My Boss! 13

30.8K 2.1K 117
                                    

"Apa yang ingin nak Faiz bicarakan dengan bapak?" Ujar Iskandar yang tengah duduk di kursi ruang keluarga hanya berdua dengan Faiz.

Hari ini adalah hari Minggu, dan Faiz memberikan libur pada karyawan proyeknya juga termasuk Aurora. Saat ini, Aurora tengah pergi bersama Alwi dan Mita ke rumah budhe Tia yang memiliki toko kue terkenal di kota itu.

"Maaf jika ini terkesan mendadak atau mungkin nanti bapak akan mengira bahwa saya terlalu cepat mengambil keputusan." Faiz menarik nafasnya sejenak. "Saya mengenal Aurora semenjak dia mengajukan lamaran ke kantor saya sebagai karyawan biasa bidang marketing sebelum akhirnya naik menjadi kepala divisi keuangan dan sekarang saya jadikan sekretaris saya."

Iskandar mengangguk dan masih duduk tenang mendengarkan penuturan Faiz.

"Jika bapak mengizinkan, saya berniat untuk mengenal lebih jauh putri bapak."

"Apa belum cukup perkenalan kamu dengan putri saya selama ini?"

Faiz mencoba tenang meski kini jantungnya sudah berdetak cepat, Faiz sudah memikirkan hal ini matang-matang, jauh sebelum ia memikirkan pengembangan proyeknya di Kalimantan. Jika saja Aurora sadar, selama ini Faiz sengaja terus menarik Aurora secara perlahan, di mulai dari kepala divisi keuangan hingga menjadi sekretaris agar Faiz memiliki kesempatan untuk mengenal Aurora lebih dekat.

Pertanyaan Iskandar dengan raut serius membuat Faiz kehilangan kata-katanya. Lelaki itu hanya diam, ia takut salah menjawab mengingat saat ini ia sedang berhadapan dengan ayah Aurora.

Sejenak hening, hingga kekehan Iskandar membuat Faiz mengangkat wajahnya.

"Jadi, sebenarnya apa keinginan nak Faiz?"

"Sebelum saya izin untuk melamar Aurora, saya izin terlebih dahulu untuk mengenalnya." Ujar Faiz tanpa keraguan sedikitpun.

Iskandar mengangguk-anggukkan kepalanya. "Hhmm...ya, sebagai orang tua tentu hal semacam ini merupakan hal yang serius. Ketika seorang ayah di mintai izin oleh seorang lelaki untuk mendekati putrinya apa kamu pikir akan semudah itu untuk mendapatkan izinnya?"

Iskandar menghela nafasnya pelan, "begini, nak. Kami akan sangat tenang jika keberadaan Aurora yang jauh dari keluarga di temani dan di jaga oleh seseorang yang dapat kami percaya. Aurora adalah gadis keras kepala yang tidak pernah mau mengalah jika dia berada dalam posisi yang benar, Aurora tidak seperti gadis lain yang mungkin akan bersikap lembut pada lelaki, dan membuka hatinya dengan mudah. Dari yang kami tahu, Aurora masih enggan untuk membuka hatinya lagi." Iskandar menjeda kalimatnya lalu tersenyum menatap Faiz yang memperhatikannya dengan serius .

"Apa kamu siap untuk tidak mengecewakan kami dan Aurora jika seandainya nanti Aurora sudah membuka hatinya untukmu?" Lanjut Iskandar

Faiz mengangguk. "Saya akan berusaha tidak mengecewakan keluarga bapak terutama Aurora."

"Jika masih ada keraguan meskipun kecil, lebih baik kamu mundur dari sekarang. Karena Aurora bukan gadis yang mudah memberikan kesempatan kedua."

"Saya tidak akan mundur, pak." Jawab Faiz cepat.

"Apa kamu bisa kami percaya untuk menjaganya?"

"Saya memiliki batasan-batasan dalam bergaul dengan bukan mahram, pak. Insyaallah saya akan tetap memegang prinsip itu."

Iskandar tersenyum lalu menepuk-nepuk ringan bahu Faiz yang duduk di sampingnya.

"Boleh saya mengajukan satu permintaan, pak?"

"Apa?" Sahut Iskandar

"Biarkan ini hanya menjadi percakapan kita, saya tidak ingin Aurora tahu terlalu cepat dan malah akan menjauhi saya."

My Boss!Where stories live. Discover now