My Boss! 32

25.9K 1.8K 180
                                    

Yogyakarta, 08:10 WIB - Kediaman Raden Tjokro Hadiningrat.

Eyang putri nampak duduk tenang namun tak sedetikpun melepaskan tatapannya dari seseorang yang duduk di depannya. Sudah beberapa menit berlalu, seseorang itu nampak ragu untuk bersuara.

"Le, opo bener Rara ning Jogja saiki?" (Nak, apa benar Rara di Jogja saat ini?) Tanya Eyang sekali lagi pada Galih yang akhirnya menghela nafasnya.

"Enjeh, eyang."

"Kenapa  ndak kamu ajak kesini? Malah cuma ke rumah sakit. Apa pantes seperti itu?"

Jangan tanya eyang putri bisa tahu darimana, karena sudah pasti semua cucunya itu selalu dalam pengawasannya meski tak pernah mereka tahu , termasuk Aurora sendiri, kecuali Galih. Keberadaan Aurora di Jakarta pun tak lepas dari pengawasan eyang.

Galih memutar otak, ia harus menyusun kalimat dengan pas agar tidak salah bicara kali ini. Entah mengapa Galih merasa eyang menjadi sangat sensitif jika itu menyangkut Aurora akhir-akhir ini, tepatnya semenjak kedatangan Aurora ke Jogja beberapa bulan yang lalu. Bahkan Eyang tidak segan untuk...

"Galih..." Tegur Eyang ketika melihat cucunya malah terdiam.

"Ngapunten, eyang. Rara bersama rombongan dan merasa tidak enak kalau dia malah pergi sendiri." Jawab Galih tanpa berani menatap mata eyang.

Mendengar jawaban Galih, eyang putri malah terkekeh pelan.

"Anak itu masih keras kepala."

"Ngapunten eyang?" Sahut Galih bingung, tak mengerti dengan maksud ucapan eyangnya

"Rara masih belum mau orang lain tahu bahwa dia keturunan keraton." Ujar eyang pelan, ada nada kesedihan yang Galih tangkap.

"Sabar, eyang..." Galih bergerak mendekati eyang, bersimpuh di bawah lalu meletakkan kepalnya pada pangkuan eyang "Galih akan berusaha membantu agar Rara bisa dekat dengan keluarga keraton."

Eyang mengelus kepala Galih penuh sayang, "Iya, le..."

***

Pagi ini rombongan sudah bersiap untuk kembali ke Jakarta, entah mengapa Faiz memajukan jadwal kepulangan yang seharusnya dua hari lagi menjadi hari ini.

"Kita beda pesawat kan?" Tanta Ambar dengan ekspresi sedih karena Aurora harus selalu menemani bos mereka dan sudah jarang bisa bersama dirinya.

"Enggak, aku ikut kalian. Udah bilang sama pak Faiz tadi malam."

Ambar membulatkan matanya tak percaya. "Serius Lo? Kok bisa?" Ambar mendekatkan wajahnya dan berbisik "kalian beneran berantem?"

"Ra? Nyariin apa Lo?" Lanjut Ambar karena merasa dirinya di abaikan oleh Aurora sejak tadi, gadis itu terlihat sibuk meneliti isi tas selempangnya.

"Hp gue gak ada, Mbar! Duh!" Aurora menepuk pelan keningnya "ketinggalan di kamar, kalian duluan aja ntar gue nyusul pakai taksi."

Sebelum Ambar sempat menyahut, Aurora sudah berlari kembali masuk ke hotel.

"Sudah siap semuanya?" Suara dari kepala rombongan menginterupsi.

Satu persatu dari mereka mulai menaiki bus, kecuali Ambar yang masih sesekali menoleh menunggu Aurora.

"Ambar, ayo naik! Nunggu apa kamu?" Teriak kepala rombongan.

"Mana Aurora?"

Ambar yang hendak menjawab pertanyaan kepala rombongan langsung menoleh saat mendengar suara Faiz di belakangnya.

My Boss!Where stories live. Discover now