My Boss! 16

26.1K 2.1K 94
                                    

"Hatcim!"

Faiz menghela nafasnya melihat Aurora yang kembali bersin sejak setengah jam yang lalu setelah Aurora memaksa ingin memakan ice cream satu cup besar.

"Pakai jaketnya!." Faiz masih berusaha memaksa Aurora agar mengenakan jaketnya karena sejak tadi gadis itu menolak untuk mengenakan jaket Faiz.

"Enggak mau, aku gak papa kok." Aurora menghentikan langkahnya lalu menatap kerumunan pedagang es jeruk peras yang tak jauh dari tempatnya berdiri.

"Apa?" Tanya Faiz ketika Aurora mendongak dan menatapnya dengan senyum, senyum yang Faiz sudah tahu artinya.

"Kesana ya..." Aurora menunjuk objek yang ia perhatikan beberapa saat lalu dan kembali menatap Faiz yang kini menatapnya dalam diam.

"Kamu mau aku di penggal sama Abang kamu kalau biarin kamu begini?"

"Ih, apaan sih? Aku kan bukan anak kecil lagi, lagian itu cuma es jeruk bukan..."

"Bukan apa?" Potong Faiz yang sudah melipat kedua lengannya di depan dada "bukan ice cream?"

"Satu..." Faiz mulai berhitung melihat Aurora yang sudah menutup wajahnya "dua, tiga."

"Hatcim!" Sekali lagi Aurora bersin dan sudah terlihat hidungnya yang memerah.

"Aku baru tahu kalau kamu se bandel ini," Faiz memasangkan dengan paksa jaketnya pada tubuh kecil Aurora.

"Jalan sama mas Faiz gak jauh beda jalan sama Abang!" Aurora menggumam kesal yang tentunya masih bisa Faiz dengan dengan baik.

"Oke," ucap Faiz yang membuat fokus Aurora kembali padanya "kamu boleh membeli es apapun yang kamu inginkan, tapi jangan salahkan aku kalau kepulangan kita ke Jakarta ditunda sampai satu Minggu lagi."

Aurora cepat-cepat menggeleng mendengarkan penawaran yang Faiz berikan. Demi apapun! Aurora lebih baik tidak minum es daripada harus menunda lagi kepulangan mereka ke Jakarta, selain karena muak dengan Dirga, Aurora juga memikirkan bagaimana nasib novelnya yang sudah hendak terbit itu.

"Fine! Pak boss menang!" Aurora berjalan terlebih dahulu meninggalkan Faiz yang menyunggingkan senyumnya lalu segera menyusul Aurora.

***

"Kenapa dia?" Tanya Alwi melihat Aurora yang langsung masuk ke dalam kamar masih mengenakan jaket kebesaran milik Faiz

"Gak saya bolehkan buat minum es lagi, tadi udah bersin-bersin." Jawab Faiz seraya meletakkan dua kotak martabak ke atas meja.

"Ibu dan bapak sudah tidur?" Lanjut Faiz menanyakan keberadaan orang tua Aurora karena melihat rumah yang sudah sepi

"Belum, mama sama ayah tadi kerumah budhe." Jawab Alwi yang langsung membuka sekotak martabak pembelian Faiz.

Faiz ikut duduk di sebelah Alwi yang menonton siaran berita di televisi. "Abang gak ikut keluar juga?"

Hampir saja Alwi tersedak dan menyemburkan martabak yang ia kunyah ketika mendengar Faiz memanggilnya Abang, selama ini memang mereka sangat jarang berkomunikasi santai dan memanggil nama mengingat mereka sama-sama sibuk kerja dan hanya bertemu di meja makan.

Faiz yang merasa salah bicara hanya bisa mengusap tengkuknya dengan canggung. Malu yang teramat sangat karena ucapan refleknya memanggil Alwi dengan sebutan 'abang'.

"Enggak, lagian gak ada pacar yang di apelin. " Jawab Alwi lalu terkekeh bersama Faiz.

"Kita seumuran jangan panggil Abang, aku belum setua itu, kecuali kamu udah nikah sama adikku baru kamu panggil aku Abang." Lanjut Alwi Seraya menatap Faiz yang hanya diam.

"Kapan mau nikahin dia?"

"Hah?" Faiz menegang dengan detak jantung yang tak menentu mendengar pertanyaan yang Alwi lontarkan.

"Siapa yang mau nikah?"

Suara Aurora menginterupsi keduanya yang sontak menoleh dan mendapati gadis itu tengah berjalan menuruni tangga.

"Nih, bos kamu mau nikah" jawab Alwi santai yang membuat Aurora mengerutkan kening lalu  menatap Faiz dengan tajam.

"Oh, bagus deh." Jawab Aurora seraya berjalan menuju dapur tanpa menatap Alwi maupun Faiz.

Aurora mengabaikan suara-suara di belakangnya karena tiba-tiba saja ia merasa kesal, bahkan Aurora tak menggubris teriakan Alwi yang menanyakan sesuatu padanya.

"Take a breathe..." Gumam Aurora dengan segelas air hangat di tangannya kemudian meminumnya hingga habis dan mendudukkan dirinya di kursi meja makan.

"Mau nikah ya?" Gumam Aurora sekali lagi lalu merebahkan kepalanya pada meja makan dan perlahan ia mulai terlelap.


To Be Continue


🐾🐾😂😂 Maaf ya, jahil .

My Boss!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang