My Boss! 2

50K 3.1K 185
                                    

Lingkaran hitam di bawah mata Aurora semakin terlihat jelas menginjak hari terakhir dirinya kerja lembur, bahkan tak jarang gadis itu harus rela meminum obat magh setiap pagi lantaran malamnya ia tak segan meminum kopi demi bisa membuka matanya dengan lebar ketika rasa kantuk menyerang. Bahkan, semenjak menerima tugas rodi dari Faiz, Aurora tidak sempat lagi melanjutkan revisi terhadap naskah novelnya yang akan segera ditertibkan.

Dengan langkah malas, Aurora mengetuk pintu ruangan Faiz, pasrah dengan keadaan andai saja hari ini bos galak itu akan kembali meledak-ledak jika seandainya ada kesalahan dari laporan yang Aurora kerjakan.

"Masuk!"

Aurora meletakkan map di atas meja kerja Faiz tanpa basa-basi, gadis itu menutup mulutnya yang hendak menguap namun gagal! Bahkan rasa kantuknya seketika hilang saat mendengar gebrakan meja yang di lakukan oleh Faiz.

Aurora mengelus dadanya pelan. "Alhamdulillah, masih hidup." Batin Aurora . "Ada apa pak? Ada yang salah dengan laporan saya?"

"Belum saya periksa."

"Lah, tadi kenapa bapak gebrakin meja?"

"Buat ngusir rasa ngantuk kamu yang sebentar lagi akan menular pada saya." Jawab Faiz seraya mulai meraih map di depannya kemudian membukanya.

'gak waras memang bos ku ini' batin Aurora yang di tutupi dengan senyum paksa. "Selera humor bapak lumayan."

"Selera humor kamu itu yang keterlaluan! Apa apaan ini?! Bukankah saya minta kamu supaya cek ulang data keuangan dari tiga tahun yang lalu?!"

"Salahnya dimana pak? Itu sudah saya kerjakan," geram Aurora menahan amarahnya yang siap meledak.

"Salahnya, kamu mengeluarkan uang sepuluh juta tanpa persetujuanku! Uang apa ini?!"

Aurora nampak terkejut dengan itu. "tidak pak! Saya selalu mengajukan anggaran terlebih dahulu pada bapak sebelum mengeluarkan uang, jika bapak setuju akan saya keluarkan, dan jika tidak ya tidak mungkin."

"Lalu ini apa?!" Faiz menunjuk data dua tahun yang lalu, dimana ada laporan uang keluar tanpa sepengetahuannya.

"Itu kan laporan karyawan sebelum saya. Saya kan baru satu tahun kerja. Ya saya tidak tahu, pak."

"Tidak tahu bagaimana?! Seharusnya kamu mencari tahu, mencari datanya! Kalau kamu bilang tidak tahu, saya harus tanya ke siapa lagi?!"

"Tanya aja sana sama karyawan yang dulu! Bodo amat pak! Saya mau pulang!"

Faiz hanya melongo melihat Aurora pergi begitu saja dari ruangannya setelah mengakhiri perdebatan mereka dengan suara lantang dan ekspresi kesal luar biasa.

"Dasar manusia tak berperikemanusiaan! Kan bisa gak usah marah-marah, dia pikir dia aja yang bisa teriak?!" Aurora mengomel sepanjang jalan menuju ruangannya yang kebetulan satu lorong dengan ruangan Faiz. Ia tak peduli lagi, kepalanya terasa hampir pecah hanya karena menampung semua kemarahan Faiz yang seenaknya itu. Kondisi tubuh yang kurang tidur bahkan kurang makan membuat Aurora semakin emosional. Aurora butuh istirahat, titik!

"Dasar bocah! Dimarahin gitu aja ngambek!" Faiz menggelengkan kepalanya mencoba tidak peduli dengan aksi mogok kerja satu karyawan yang sering dia buat emosi itu.

Ingatan Faiz kembali memutar saat dimana ia melihat wajah pucat Aurora dan lingkaran hitam di bawah matanya, menunjukkan bahwa gadis itu sudah bekerja keras untuk menyelesaikan laporan yang Faiz minta dengan tepat waktu. Memang tidak perlu lagi diragukan, Aurora adalah karyawan yang bisa di andalkan dalam bidang manapun meski gadis itu menduduki posisi keuangan. Aurora bahkan bisa memberikan trik marketing yang bagus, dan pernah juga membantu bidang lapangan untuk mengurus proyek yang mangkrak beberapa bulan.

Sebenarnya tidak ada poin minus Aurora dalam hal pekerjaan, hanya saja Faiz butuh hiburan, dan obyek hiburan Faiz adalah Aurora, karena gadis itu bekerja langsung di bawah pengawasannya dan bertanggung jawab penuh atas semua tugas yang Faiz berikan.

"Gak mungkin kan Aurora depresi karena kerjaan dari gue?!" Faiz bermonolog ria di dalam ruangannya.

***

"Ra! Lo mau kemana?!" Tanya Ambar yang baru saja masuk kedalam kantor bersama tim lapangannya.

"Mau ke rumah sakit," jawab Aurora yang nyatanya membuat Ambar panik luar biasa.

"Lo sakit Ra? pucet banget, dan hidung Lo..."

Aurora mengangguk lalu segera menerima tissue yang di berikan Ambar padanya untuk mengelap darah yang keluar dari hidungnya.

"Hati gue yang disakitin, hidung gue yang berdarah." Balas Aurora dengan jari-jari yang masih menahan aliran darah dengan tissuenya.

"Siapa yang nyakitin Lo , Ra?!" Teriak Ambar setelah melihat Aurora sudah berjalan meninggalkannya.

"Bos galak!" Balas Aurora dengan lantang, mengabaikan sekitarnya yang menatap gadis itu dengan horor.


To be continue.

To be continue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Boss!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang