My Boss! 30

21.6K 1.6K 160
                                    

Hai, author balik lagi 😂 setelah sekian purnama melalui banyak kesibukan akhirnya bisa temu kangen sama kalian 😘

Maafkan author yang menghilang tanpa kabar 😔 makasih yang masih setia menanti dan kasih semangat. Love u all 💙

***

Dengan tampilan outfit serba hitam, Aurora masih setia menatap pantulan dirinya di depan cermin. Riasan tipis yang membuatnya terlihat semakin cantik tak bisa menutupi kemarahan gadis itu pada dirinya sendiri. Ya, Aurora marah, kesal, dan entahlah...gadis itu hanya tak tau bagaimana cara mengungkapkan perasaannya saat ini.

"Huft! Harusnya lo sadar, Ra...lo bukan siapa-siapa jadi gak ada hak lo marah karena ada cewek lain..."

Aurora menarik nafas dalam lalu menghembuskan perlahan setelah mencoba mengingatkan dirinya sendiri bahwa memang tidak ada ikatan apapun diantara dirinya dan Faiz.

"Hiks..." Aurora memukul dadanya sendiri yang tiba-tiba kembali sesak, gadis itu mencoba untuk tidak menangis dengan mendongakkan wajahnya agar matanya yang mulai memanas tak akan meneteskan air mata.

Masih diam dalam keheningan kamar yang cukup luas, Aurora di kaget kan dengan suara ketukan pintu. Gadis itu kembali mengatur nafasnya, memperbaiki tampilannya dan segera berjalan untuk membuka pintu tanpa ingin membuat seseorang di luar sana terlalu lama menunggu.

"Sudah siap?"

Aurora tersenyum lalu mengangguk, "ayok!"

"Bisa jalan?"

Pertanyaan itu membuat Aurora meringis, "bisa tapi pelan-pelan."

"Mau aku gendong aja?" Canda Galih yang di hadiahi cubitan pada lengan berototnya oleh Aurora.

"Sembarangan! Ini cuma lecet bukan lumpuh."

Seketika Galih mengeluarkan tawa gelinya. Lalu menawarkan lengannya yang kekar untuk di gandeng Aurora.

"Pegangan sini, kalau ga mau di gendong." Ujar Galih.

Sejenak Aurora terdiam, mendongak menatap sepupunya lalu tersenyum.

"Matur suwun, pak dokter." (Terimakasih, pak dokter)

"Njeh, sami-sami, monggo..." (Iya, sama-sama, ayo...)

Keduanya nampak seperti sepasang kekasih yang serasi, meski pada kenyataannya mereka hanyalah sepasang sepupu yang saling menyayangi.

"Beruntung liftnya gak jauh, kalau jauh kamu beneran aku bawakan kursi roda," canda Galih seraya menepuk kepala Aurora dan bertepatan dengan pintu lift yang terbuka.

"Ra..." Suara lirih yang mengalihkan perhatian keduanya ternyata berasal dari seseorang yang baru saja keluar dati lift.

Aurora mencoba bersikap biasa saja meski jantungnya berdetak tak karuan.

"Ehm...pak Faiz, selamat pagi. Saya izin tidak ikut sarapan bersama karena ada kepentingan pribadi."

Tidak seperti yang Aurora duga, Faiz memberikan ekspresi datar kemudian mengangguk. "Jangan lupa lapor kepada ketua rombongan."

Untuk sejenak dadanya kembali terasa sesak namun segera ia abaikan.

"Terimakasih." Ucap Aurora lirih.

Tanpa mengatakan apapun lagi Faiz segera berlalu dari hadapan Aurora dan Galih.

"Kalian ada masalah?"

Pertanyaan Galih hanya di sambut gelengan kepala oleh Aurora.

***

Faiz meletakkan lunch box yang sedari tadi ia bawa ke atas meja. Pagi-pagi Faiz sudah bergegas mencari soto ayam untuk di berikan kepada Aurora sebagai permintaan maaf atas kejadian tadi malam. Tapi, siapa sangka jika pemandangan pertama yang ia dapat adalah Aurora bersama lelaki lain.

My Boss!Where stories live. Discover now