My Boss! 24

24.8K 2K 245
                                    

Spam komen lagi yuk biar cepet up 😚
Happy reading kesayangan ❤️

❤️❤️❤️

Pertemuan yang tak pernah Aurora duga akan secepat ini membuat gadis itu semakin susah untuk melupakan bagaimana angkuhnya Nyonya Hasan menghina harga dirinya serta keluarganya. Aurora memang bukan tipe pendendam, tapi ia bukan tipe orang yang mudah melupakan.

Faiz tidak salah dan Aurora paham akan hal itu, namun Faiz juga tak membela dirinya saat ibunya dengan sombong menginjak-injak Aurora. Mungkin karena itu ibu Faiz yang sedang berbicara hingga Faiz tak mampu bersikap? Ck! Bagaimana bisa Faiz melamarnya jika meyakinkan dirinya di depan keluarga saja sudah gagal?

Aurora tidak bisa membayangkan bagaimana nasibnya berada di tengah keluarga materialis seperti itu, di tengah keluarga yang akan hanya menilai setiap orang dari derajat yang tampak glamor. Kehidupan Aurora tidak pernah di ajarkan untuk seperti itu, dan Aurora tidak akan bisa menjadi bagian dari golongan itu. Tidak! Sekalipun mungkin nantinya akan jatuh cinta pada Faiz.

Aurora menggeleng lalu tersenyum kecut, bagaimana ia bisa menatap Faiz dengan kedua matanya jika hatinya saja tidak benar-benar jatuh pada pesona lelaki itu. Aurora bukan tipe yang mudah jatuh cinta dan perasaan yang ia rasakan akhir-akhir itu mungkin hanya sekedar 'suka' yang Aurora yakin akan segera hilang.

"Sudah sampai neng."

Aurora tersentak saat suara sopir menginterupsi lamunannya, ia segera keluar dari taksi setelah membayarnya dan melangkah tanpa beban seolah ingin meyakinkan pada semua orang bahwa Aurora tidak bisa di rendahkan begitu saja.

***

Dua lelaki yang sedang duduk di kursi kayu berhiaskan ukiran yang memiliki nilai seni tinggi itu terlihat tegang melihat kedatangan tuan rumah yang mengenakan pakaian khas. Sang tuan rumah mengambil tempat pada kursi single dan duduk penuh aura intimidasi mengamati dua lelaki yang pagi-pagi sudah bertamu ke kediamannya.

"Ada apa?"

Wendra menyikut Faiz agar segera menjawab pertanyaan sambutan yang di berikan oleh eyang Kakung.

"Maaf jika kami menganggu waktu bapak, saya kesini untuk membicarakan perihal apa yang pernah saya katakan kemarin."

Raden Mas Tjokro mengelus kumis tebalnya dan masih menatap Faiz garang. "Hal apa?"

"Tentang saya sebagai calon suami Aurora."

Wendra yang tak tahu Faiz akan berbicara hal ini sukses melotot ke arah Faiz . "Stupid! Cari mati bro?" Batin Wendra yang sudah ketar ketir menantikan bagaimana tanggapan eyang Kakung setelahnya.

"Hah! Calon suami macam apa?! Kamu pikir aku mau begitu saya setuju dan membiarkan cucuku nikah sama kamu?"

Jeder!

Faiz merasakan sedikit keretakan pada rasa percaya dirinya yang sudah ia pupuk sejak semalam.

"Rungokno le." Eyang Kakung menegakkan punggungnya lalu menatap Faiz dengan ekspresi penuh kuasa andalannya "aku ndak mau punya cucu menantu sembarangan. Apa bibit, bebet dan bobotmu sudah layak untuk menjadi bagian dari kami? Duit Ndak bisa membeli semuanya, jangan kira cucuku akan silau dengan hartamu."

Seperti tertohok tepat pada jantungnya, Faiz menundukkan kepalanya bahkan Wendra di buat tercengang dengan ucapan pedas keturunan Sri Sultan satu ini. Tidak banyak basa-basi tapi tepat sasaran.

"Saya memang bukan bangsawan, tapi saya janji akan menjaga Aurora dengan baik." Suara Faiz kembali terdengar di temani sisa-sisa keberaniannya.

"Janji opo?! Menjaga dengan baik kok sampai membiarkan cucuku kabur ke Jogja begitu saja. Jangan pikir aku ndak tahu apa yang cucuku sembunyikan, ndak mungkin Aurora sampai kesini kalau ndak sedang benar-benar sakit hati." Ucap eyang Kakung dengan nada sinis yang lagi-lagi membuat Faiz kehilangan kata-kata.

My Boss!Where stories live. Discover now