My Boss! 7

38K 2.5K 88
                                    

Aurora berjalan menuju ruangan barunya dengan membawa barang-barangnya yang sudah ia masukkan ke dalam kardus, jam makan siang yang biasanya selalu menyenangkan sangat berbeda dengan yang ia rasakan beberapa saat lalu. Jika biasanya Aurora akan makan siang bersama karyawan lain termasuk Ambar di kantin perusahaan,siang tadi Aurora harus dengan patuh mengikuti Faiz untuk menemani lelaki itu bertemu beberapa klien perusahaan guna membahas rencana proyek yang akan di buka di Kalimantan. Dengan gontai, Aurora meletakkan kardusnya di atas meja, perut yang belum terisi makanan membuatnya meringis karena merasa perih pada lambungnya. Aurora terduduk di kursi dan langsung merebahkan kepalanya di atas meja bertumpukan lengan kecilnya yang nampak kurus.

Ucapan Faiz yang mengatakan agar menemuinya setelah makan siang nyatanya salah, bahkan Aurora belum sempat memasuki kantin, lelaki itu terus menelponnya tidak sabaran, memintanya agar segera keruangannya.

"Jangan pingsan."

Suara berat di sertai sentuhan dingin di pipinya membuat Aurora berjingkat, gadis itu mengangkat kepalanya melihat sebotol air mineral dingin di atas meja dan sekotak makan siang dengan label resto yang biasa ia kunjungi tertempel di atas kotak makan itu. Aurora menegakkan tubuhnya, menatap Faiz yang juga tengah menatapnya dengan tatapan tak terbaca seperti biasanya.

"Untuk saya?"

Faiz mengangguk "saya tidak ingin ada drama sekretaris telat makan siang lalu pingsan karena harus menemani bosnya rapat dadakan."

Aurora hanya mendengkus mendengar ucapan Faiz yang selalu tidak enak di dengar. Gadis itu meraih botol air mineral lalu membukanya dan segera meneguk hingga setengah airnya yang terasa membuatnya kembali hidup.

"Bapak tidak makan?" Tanya Aurora karena ia tahu bahwa Faiz juga belum makan siang.

"Tidak." Jawaban singkat tanpa penjelasan mengakhiri percakapan mereka karena Faiz langsung memasuki ruangannya begitu saja.

Aurora mengedikkan bahunya tidak peduli, ia langsung membuka kotak makan siang itu dan seketika matanya berbinar melihat ayam goreng lengkap dengan lalapan serta sambal di dalamnya.

"Selamat siang."

Aurora yang hendak memulai acara makannya seketika menegakkan tubuhnya dan menjauhkan kotak makan siang itu dari depannya, beruntung mejanya ada sekat papan tiga puluh centimeter meter di bagian depan, hingga bisa menutupi barang-barang di baliknya termasuk kotak makan siang Aurora, sangat tidak sopan jika seorang sekretaris ketahuan makan siang di jam yang sudah lewat.

Aurora tersenyum menyambut kedatangan tamu dengan postur tinggi besar dan hidung mancung serta jambang yang menghiasi wajah berumurnya.

"Selamat siang, pak. Ada yang bisa saya bantu?"

"Apa Faiz ada di dalam?"

"Apa bapak sudah ada janji untuk bertemu beliau hari ini?" Tanya Aurora masih dengan senyum yang juga di balas senyum ramah oleh pria seumuran ayahnya itu.

"Belum, tapi bisakah saya masuk?"

Aurora terdiam sejenak, jika pria itu sudah bisa masuk sejauh ini melewati resepsionis di depan, berarti pria itu memang diizinkan untuk bertemu dengan bosnya.

"Sesuai prosedur seharusnya saya menanyakan dahulu kepada pak Faiz, jika anda tidak keberatan untuk menunggu beberapa menit."

Pria itu terkekeh pelan lalu mengangguk-angguk. "Aku tidak keberatan menunggu sesuai prosedur, lakukan tugasmu, nak."

Aurora kembali tersenyum dan kini semakin lebar mendengar nada jenaka dari pria ramah di depannya. Aurora segera menghubungi Faiz yang entah sedang apa di dalam ruangannya.

My Boss!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang