Kencan

246 33 1
                                    

Tiga puluh menit kemudian, Larevta sudah duduk di dalam mobil yang dikemudikan Ivander. Dari penunjuk jalan, mereka memasuki jalan bebas hambatan Interstate 25 menuju kota Colorado Springs.

"Kita akan pergi ke mana?" tanya Larevta.

Ivander melirik gadis cantik yang duduk di sisinya, lalu mengulurkan sebuah kotak.

"Cupcake!" seru Larevta. Melupakan pertanyaannya yang belum dijawab, gadis itu sibuk menggigit cupcakecokelatnya.

"Bisakah aku mendapatkan cupcake itu? Perutku mengadakan unjuk rasa di sini," ucap Ivander.

Larevta menyuapkan potongan cupcake ke mulut Ivander. Bibir pria itu menangkap jari telunjuk Larevta dan setelah menjilatnya, Ivander mengisapnya.

Sekujur tubuh Larevta bergetar. Seperti ada aliran listrik yang tiba-tiba menyengatnya. Tergesa, Larevta menarik jarinya. Namun, jarinya bersentuhan lagi dengan bibir Ivander dan ketika Ivander mengedipkan sebelah mata, gadis itutidak bisa menyembunyikan semburat merah yang mewarnai wajahnya.

Astaga, betapa memalukan! keluh Larevta dalam hati.

Seakan reaksinya belum cukup buruk, kini ada sesuatu dalam tubuhnya yang meronta. Larevta menggigit bibirnya. Hanya Ivander yang tahu sudah sejauh mana hubungan mereka. Namun, bagi Larevta, yang sama sekali tidak bisa mengingat, sentuhan sederhana semacam itu saja hampir membuatnya pingsan.

"Kau tidak akan membaginya lagi denganku?" goda Ivander.

Larevta mencebikkan bibir, membuat Ivander tertawa. Demi mengabaikan Ivander, Larevta kembali memakan cupcake-nya. Namun, ucapan Ivander berikutnya berhasil membuat makanan dalam mulutnya berpindah jalur.

"Kau tahu, aku bisa menepi dan meminta bagianku langsung dari mulutmu. Aku yakin rasanya akan lebih manis karena bercampur dengan bibirmu."

Larevta tersedak hingga matanya berair. Setelah berhasil menghentikan batuknya, Larevta melemparkan tatapan mematikan ke arah Ivander. Meski tentu, wajah memerahnya sama sekali tidak membantu.

"Ini, makanlah yang banyak," ucap Larevta seraya menjejalkan cupcake hingga mulut Ivander tercoreng krim.

Selama sesaat mereka tertawa karena wajah Ivander yang kotor, lalu Larevta kembali makan. Perutnya benar-benar berteriak kelaparan dan selusin cupcake di pangkuannya sangat menggugah selera.

"Di mana kau membeli cupcake ini? Rasanya sangat lezat," tanya Larevta masih dengan mulut sibuk mengunyah.

Ivander tersenyum melihat antusiasme tunangannya, lalu menjawab, "Di toko temanku. Emily. Aku akan mengenalkannya kepadamu nanti."

"Jadi, mobil ini miliknya?" balas Larevta. Memperhatikan interior mobil yang bersih dan terawat.

"Bukan. Ini mobilku. Adik Emily—Kyler—adalah temanku semasa kuliah. Ia memiliki bengkel dan aku menitipkan mobilku padanya," jelas Ivander.

"Oh," gumam Larevta. Lalu ia teringat pada hal lain; pekerjaan Ivander. "Aku bertanya-tanya, bagaimana kau bisa pindah bekerja secepat ini?"

Ivander tetap fokus pada jalan di hadapannya ketika menjawab, "Setelah kau bertunangan, aku memutuskan untuk pindah. Sesungguhnya kepindahan ini tidak secepat yang—"

"Kau?" tanya Larevta bingung. Mengapa Ivander berkata seolah-olah hanya Larevta yang bertunangan?

"Kita," ralat Ivander tergesa. "Maksudku, setelah kita bertunangan."

Memories of Love (Unbroken #3)Where stories live. Discover now