Ingatan Pertama (2)

177 22 0
                                    

Begitu Larevta masuk ke rumah, ia tahu ada sesuatu yang ganjil. Pamannya memang sering mengadakan pesta, tetapitidak pernah dalam keadaan sadar. Tidak juga dengan segelintir orang berpakaian rapi. Sama sekali bukan tabiat Zach.

"Ah, keponakanku yang cantik! Akhirnya kau pulang. Segera kemasi barangmu. Kau akan berlibur untuk sementara waktu," ucap Zach dengan nada riang.

Dua orang yang duduk di hadapan Zach tertawa, sementara dua lainnya yang berdiri hanya menatap Larevta dengan pandangan menelanjangi yang tidak disembunyikan.

Tak mengerti, Larevta memberanikan diri bertanya, "Berlibur ke mana, Paman?"

Ekspresi Zach yang ramah berganti dengan cepat. Tatapannya kembali berubah menyeramkan. Tatapan yang selalu diberikannya pada Larevta setiap kali tangannya memukul.

"Lakukan seperti yang kukatakan atau kau akan menyesal," desis Zach.

Larevta langsung berjalan menuju kamarnya. Selama memasukkan pakaian-pakaiannya ke dalam tas, ia tidak berhenti memikirkan setiap kemungkinan. Tanpa sengaja mata Larevta jatuh pada kalender di mejanya dan ingatannya terlempar pada Alex, bosnya, yang sedang tertawa bersama pamannya di ruang tamu.

"Oh, tidak...." bisik Larevta ngeri.

Kini Larevta tahu maksud pamannya. Karena hanya ada satu alasan mengapa Zach memanggil Alex juga meminta Larevta berkemas. Untuk acara pelelangan. Malam ini adalah malam di mana Alex memamerkan gadis-gadis cantik yang akan dijualnya. Rata-rata, para gadis itu memiliki kesulitan ekonomi yang tinggi sehingga bersedia dijual kepada pria mana pun yang mau membelinya.

Dengan kalut Larevta memikirkan jalan keluar. Tidak, ia tidak bisa membiarkan pamannya menjualnya. Segala hal yang selama ini diperjuangkannya akan sia-sia. Jika Zach menjualnya, yang mana secara tidak langsung membuatnya pergi dari Zach, maka syarat di surat wasiat orangtuanya akan terlanggar. Larevta tidak lagi memiliki masa depan yang selama ini begitu dinantikannya.

Suara gedoran di pintu membuat Larevta semakin panik. Jendelanya tidak bisa dibuka karena Zach menutupnya secara permanen tahun lalu. Larevta berpikir keras, tetapi di antara kepanikan, semuanya terlihat mustahil. Detik berikutnya, dua orang pengawal Alex masuk ke kamar dan menariknya. Segala jeritan juga tangis menyayat yang disuarakan Larevta tidak berarti. Tubuhnya sudah diseret pergi.

"Aku membencimu, Zach Graham! Aku bersumpah akan membunuhmu!" jerit Larevta penuh dendam.

Tiga jam kemudian, Larevta memandangi wajah sembapnya di dalam cermin. Suara percakapan dari gadis-gadis yang bersolek di sekitarnya tidak mampu menembus kabut dalam benaknya. Tidak, Larevta tidak akan melakukan apa pun. Satu-satunya hal yang akan dilakukan Larevta adalah membunuh pamannya yang berhati iblis.

Ketika tiba saatnya untuk dipamerkan, sekaligus menjadi yang terakhir tampil, seorang wanita dengan lipstik merah terang menarik Larevta menuju panggung.

Wanita itu berbisik, "Kau gadis kecil bodoh. Mengapa kau tidak mempercantik dirimu? Tidakkah kau tahu, jika tidak ada yang menginginkanmu, Alex akan melemparmu untuk digilir oleh pengawal-pengawalnya?"

Ucapan itu bagaikan sambaran petir untuk Larevta. Namun, semuanya sudah terlambat. Larevta bahkan tidak sempat menyesali kebodohannya, karena wanita itu sudah merenggut jubahnya dan meninggalkan Larevta hanya dengan pakaian dalamnya di atas panggung. Gadis itu tidak bisa mendengar kalimat perkenalan yang diucapkan pembawa acara, hingga seseorang menawarnya. Dilanjutkan penawaran lain. Membuat jantung Larevta berdetak seolah ingin keluar dari rusuknya.

Memories of Love (Unbroken #3)Where stories live. Discover now