Janji Hati

184 26 0
                                    

"Larevta, kau mendengarku?"

Pertanyaan itu menarik Larevta dari jurang tempatnya berada. Setidaknya dalam pikirannya.

"Apa?" gumam Larevta.

Ivander melirik Larevta sesaat, sebelum kembali memusatkan perhatian pada jalan di depannya. Hari ini Larevta lebih banyak melamun. Bahkan ketika Ivander berkata mereka akan pergi berkencan ke toko kue milik Emily, reaksi Larevta tidak seperti yang diharapkannya.

"Kau tidak ingin belajar membuat kue hari ini?" tanya Ivander.

"Siapa bilang?" balas Larevta bingung.

Ivander menghela napas. "Lalu mengapa wajahmu seperti itu?"

"Aku lupa membawa kameraku," kilah Larevta.

Ivander tentu tidak percaya pada penjelasan singkat itu, tetapi ia tidak mengatakan apa pun. Mereka diselimuti keheningan hingga mobil Ivander berhenti di depan sebuah toko bernuansa cokelat. Karena masih pagi, tirai yang menutupi dinding kacanya belum dibuka.

Emily berjalan keluar dan menyambut mereka.

"Selamat pagi, Emily. Maaf merepotkanmu," sapa Larevta.

"Bukan masalah. Aku orang yang selalu bangun pagi. Ayo, silakan masuk," balas Emily ceria.

Pelajaran membuat cupcake pagi itu sangat menyenangkan. Larevta bisa mengalihkan perhatian dari mimpinya yang aneh dan berkonsentrasi pada orang-orang di sekitarnya. Saat sedang menunggu cupcake selesai dikukus, Larevta bertanya pada Emily tentang pesta adiknya semalam.

"Penuh dengan bencana. Pamanku pulang ke rumah dan tepat seperti dugaanku, Kyler dihukum. Ia dilarang pergi ke bengkel selama satu bulan. Entah apa yang sebenarnya mereka berdua lakukan," jawab Emily.

Larevta mengerutkan kening. "Bukankah Kyler seorang dokter?"

"Ya. Itulah tepatnya yang menjadi masalah. Kyler ingin berhenti dan melanjutkan bisnis bengkelnya, tetapipamanku menolak dengan keras. Yah, setelah segala hal yang dilakukan Paman untuk kami, aku tidak bisa menyalahkannya. Lagi pula sejak kecil Kyler memang sangat sulit diatur. Perkembangan otaknya tidak diimbangi dengan perkembangan mentalnya. Terkadang aku berpikir ada beberapa bagian dari dirinya yang tidak ikut berkembang karena kejadian itu," jelas Emily dengan nada muram.

Larevta tidak bertanya lebih lanjut karena ekspresi Emily yang begitu sedih. Untungnya, Emily melanjutkan ceritanya tanpa perlu Larevta minta.

"Saat aku berusia enam belas tahun—Kyler empat belas—orangtua kami bercerai. Ayah melanjutkan hidup dengan keluarga barunya, sementara Ibu berkubang dalam alkohol. Setelah Ibu meninggal, Ayah menolak untuk mengurus kami dan sejak itu kami diurus oleh Paman. Kyler adalah anak emas di keluargaku. Dia sangat memuja Ayah. Ketika kenyataan berteriak lain padanya, Kyler memilih sebuah penyangkalan. Ia hidup dalam dunia impiannya."

Emily menarik napas dan berkata, "Lalu Kyler bertemu dengan Ivander. Dalam satu dan lain hal mereka begitu serupa. Bersama, mereka banyak melakukan hal yang lebih berguna sampai akhirnya berhasil lulus dengan gelar dokter. Bahkan mengambil spesialisasi setelahnya. Terkadang aku berpikir yang lebih pantas menjadi kakak Kyler adalah Ivander. Karena jelas, Kyler sama sekali tidak pernah mendengarku."

Cupcake mereka sudah siap dan selama beberapa saat mereka sibuk menghias. Ketika sudah selesai, Larevta menunjukkan cupcake-nya dengan bangga pada Ivander yang berada di dalam toko. Pria itu membalasnya dengan satu acungan jempol.

Memories of Love (Unbroken #3)Where stories live. Discover now