Konsekuensi Cinta

182 31 1
                                    

Kyler menghela napasnya dengan gusar.

"Hentikan, Daelan! Kau ingin mengakhiri hidupmu?" seru Kyler seraya merebut botol minuman beralkohol dari tangan Ivander.

"Berikan padaku...." sahut Ivander. Tangannya mencoba menggapai botol di tangan Kyler, tetapi tiba-tiba saja mual melandanya.

Kyler membelalakkan mata. Dengan cepat ia menarik Ivander menuju kamar mandi dan membiarkan sahabatnya itu mengeluarkan seluruh isi perut di toilet. Sejak masih menjadi mahasiswa tingkat pertama, Kyler sudah tahu batas maksimal yang bisa ditanggung Ivander. Hanya membutuhkan tiga gelas minuman beralkohol dan sahabatnya itu akan kehilangan kesadaran. Namun, malam ini, Kyler menjadi saksi bahwa rasa sakit tak tertanggung bisa menaikkan batas maksimal seseorang terhadap alkohol.

Ponsel Kyler berdering. Dari Emily.

"Ya, Ems. Ada apa? Jika tidak penting, lebih baik kau tutup teleponmu. Aku sudah cukup sibuk mengurus sahabatku yang kehilangan akalnya."

Emily justru bertanya, "Bagaimana keadaan Ivander?"

"Bukankah baru saja kukatakan ia kehilangan akalnya?" balas Kyler seraya memijat pelipisnya.

"Kyler—"

"Ia mabuk. Benar-benar mabuk. Ia menghabiskan persediaan minumanku dan sekarang kepalanya ada di dalam toilet," jawab Kyler pasrah.

Emily mendesah. "Larevta pun tidak jauh berbeda. Ia menolak makan dan terus menangis. Apa yang harus kita lakukan?"

"Membiarkannya? Mengurung mereka di satu kamar untuk berdamai? Sial, aku tidak tahu, Ems. Kaulah yang memiliki hati lembut. Hal-hal semacam ini benar-benar di luar kemampuanku," jawab Kyler.

Hening sesaat.

"Aku rasa kau benar," ucap Emily kemudian.

Kyler mengerutkan keningnya. "Aku? Benar? Apa kau baru saja membenturkan kepalamu, Ems? Sampaikan terima kasihku pada benda apa pun yang membenturmu."

"Maksudku, kita harus membuat mereka bicara, sehingga mereka bisa berdamai," jelas Emily.

"Uh ... entahlah, Ems." Kyler menggigit bibirnya. "Aku rasa itu bukan ide bagus. Aku baru saja menyaksikan interaksi mereka tadi siang. Benar-benar mengalahkan Perang Dunia II. Larevta histeris. Aku tidak yakin jika mereka kembali bertemu dan Larevta mengatakan hal serupa, aku bisa menyelamatkan Ivander."

Emily kembali mendesah. "Seburuk itu?"

Kyler tidak menjawab. Lalu ia berkata, "Untuk sementara kita biarkan saja mereka. Mungkin mereka hanya butuh waktu."

Tawa lemah Emily terdengar. "Kau juga ikut membenturkan kepalamu?"

Kyler tahu kakaknya itu memiliki rasa peduli yang sangat besar terhadap orang-orang di sekitarnya. Maka dari itu, melihat Ivander dan Larevta menderita pasti sangat membebaninya. Kyler hanya berharap semua kekacauan ini segera berakhir. Karena hal terakhir yang diinginkannya adalah membuat kakaknya ikut menderita.

"Hei, Ems. Jangan cemas. Aku akan mencoba bicara dengan Ivander serta Larevta. Semua pasti akan baik-baik saja," ucap Kyler dalam usahanya menenangkan.

"Aku harap begitu. Sampai jumpa, Ky."

Telepon ditutup.

Kyler kembali menatap sahabatnya yang kini terkulai di lantai kamar mandi, lalu menghela napas. Jika apa yang terjadi pada Ivander merupakan konsekuensi dari cinta, maka Kyler bersumpah ia tidak akan pernah jatuh cinta. Sampai kapan pun.

Memories of Love (Unbroken #3)Where stories live. Discover now