Kebenaran

203 24 0
                                    

Jakarta, Maret 2019

Larevta menekan tombol pada kameranya dan momen itu terabadikan. Momen ketika Ivander tersenyum pada salah satu teman dokternya di koridor rumah sakit. Senyum Larevta mengembang demi melihat wajah Ivander yang tak lagi muram.

Sejak malam itu, mereka tidak pernah bertemu. Mereka berusaha menepati janji masing-masing. Namun, Larevta tidak bisa menahan dirinya yang selalu merasa cemas. Akhirnya, suatu hari Larevta nekat mendatangi rumah sakit tempat Ivander bekerja dan menunggu pria itu muncul.

Sejauh ini semuanya aman. Larevta bisa memastikan kondisi Ivander baik-baik saja dan tidak ada seorang pun yang tahu kegiatan barunya ini. Kegiatan yang bisa dikategorikan sebuah kriminalitas karena secara tidak langsung, Larevta menguntit pria itu.

Dalam perjalanan keluar dari rumah sakit, Larevta berhati-hati agar ia tidak bertemu dengan orang yang dikenalnya. Beberapa minggu lalu ia berpapasan dengan Jill di depan ruangan dokter kandungan. Larevta langsung pergi secepat kaki membawanya dan setelah waktu berselang tanpa ada seorang pun yang menanyakannya, Larevta menyimpulkan Jill tidak mengenalinya.

Ponsel Larevta berdering. Genan.

"Halo?" sapa Larevta setelah duduk di dalam taksi.

"Apa kau sedang bekerja?" tanya Genan.

Larevta menggeleng. Ketika sadar Genan tidak bisa melihatnya, dengan cepat ia menjawab, "Tidak. Aku dalam perjalanan pulang."

"Hati-hati, Leaf. Aku menunggumu di rumah," sahut Genan. Setelah itu telepon ditutup.

Satu jam kemudian, begitu Larevta membuka pintu rumah, Genan menyambutnya dengan pelukan hangat. Tubuh Larevta dengan mudah tenggelam dalam dekapan Genan dan pria itu memutar tubuhnya sebelum menurunkannya sekaligus memberikan satu kecupan ringan.

"Aku merindukanmu," ucap Genan.

"Ada apa? Kau terlihat sangat bahagia." Larevta meneliti wajah Genan yang berbinar gembira.

"Tentu saja aku bahagia. Kau berada dalam pelukanku," sahut Genan lugas.

Larevta memicingkan mata, lalu melepaskan diri dari Genan dan melangkah pergi. Namun, Genan berhasil menangkapnya kembali dan membawanya ke sofa. Sontak Larevta memekik, kemudian tawa terlepas dari bibirnya.

"Aku mengerti! Genan! Lepaskan aku!" jerit Larevta di antara tawanya.

Genan berhenti menggelitik pinggang tunangannya, lalu mengubah posisi duduk gadis itu hingga berada di atas pangkuannya. Tangan Genan bergerak menarik ikat rambut Larevta.

"Ada sesuatu yang harus kukatakan. Leaf, bagaimana—"

Dering ponsel Larevta menghentikan ucapan Genan. Gadis itu langsung bangkit dari pangkuan tunangannya dan merogoh tas demi meraih ponselnya.

"Ya, Patricia?"

Genan menaikkan kedua alisnya dengan ekspresi bertanya. Larevta mengangkat satu jari, tanpa kata meminta Genan menunggu.

"Ya, aku ingat. Sepertinya aku menyimpan salinannya di laptop. Sebentar, aku akan mencarinya." Larevta berkata seraya melangkah menaiki tangga menuju kamar.

Begitu sosok mungil Larevta menghilang, Genan mengalihkan pandangan pada tas yang dilempar Larevta begitu saja ke sofa. Kameranya mengintip dari celah tas yang tidak tertutup. Tanpa prasangka, Genan mengambil kamera itu dan menekan tombol yang membawanya pada foto terakhir.

"Ini...."

Ibu jari Genan terus menekan tombol menuju gambar-gambar sebelumnya. Tertegun tak percaya. Karena semua objek dalam gambar dari berbagai angle itu sama: adiknya.

Ivander yang menunduk. Ivander yang tertawa. Ivander yang memejamkan mata.

Semuanya Ivander.

Perasaan pertama yang Genan rasakan adalah bingung. Mengapa tunangannya mengambil foto-foto candiddengan Ivander sebagai objeknya? Lalu dalam gerak lambat, kesadarannya mulai menyusun satu per satu fakta tersembunyi.

Keengganan Larevta untuk menikah.

Sikap Ivander yang begitu dingin pada wanita mana pun yang mendekatinya selama satu tahun terakhir.

Ekspresi Ivander yang kaku setiap kali mereka bersama.

"Tidak mungkin...." gumam Genan.

Adiknya tidak mungkin merebut satu-satunya gadis yang Genan cintai. Dan Larevta tidak mungkin mengkhianatinya. Segala spekulasi yang ada di otaknya tidak mungkin terjadi.

Lalu apa? Penjelasan macam apa yang mampu menjelaskan bukti tak terbantahkan di tangan Genan? Apa yang sebenarnya terjadi di antara adiknya dan tunangannya?

"Genan?" panggil Larevta.

Pria itu tetap membeku. Tak merespons. Dengan kening berkerut, Larevta mendekati Genan dan begitu melihat kameranya berada di tangan Genan, langkahnya terhenti. Kini mulut Larevta yang terkunci.

Genan mengangkat kamera Larevta dan bertanya, "Apa maksud semua ini, Leaf?"

Larevta menatap tunangannya nanar.

Kebenaran baru saja menemukan jalan keluar.

Memories of Love (Unbroken #3)Where stories live. Discover now