Padang Ilalang

166 26 2
                                    

Setengah jam kemudian, Ivander menghentikan mobilnya di depan sebuah rumah mewah yang dikelilingi pagar besar. Mobil-mobil yang Larevta yakin hanya pernah dilihatnya di majalah atau televisi berjajar rapi di pekarangan. Larevta bersyukur dalam hati karena mengikuti nalurinya untuk membeli gaun baru dan berdandan. Entah apa yang akan terjadi jika ia datang dengan penampilannya yang biasa.

Namun, paranoia Larevta tidak terbukti, karena meskipun rumah itu mewah, pesta di dalamnya benar-benar pesta khas anak muda. Hampir menyerupai pesta yang dulu pernah didatanginya semasa kuliah. Meski tentu saja, minuman dan makanan yang tersaji di rumah Kyler terasa sepuluh kali lebih baik.

"Sebenarnya ini pesta apa?" tanya Larevta ketika mereka melewati pintu utama. Tadi siang saat Larevta bertanya apakah ia harus membeli hadiah, dengan tegas Ivander menggeleng.

"Pesta Kyler. Ia sudah biasa menggelar pesta semacam ini," jawab Ivander.

Larevta mengerutkan kening. "Untuk apa?"

Ivander tersenyum. "Untuk membuat pamannya marah."

Dari arah berlawanan, Kyler melambaikan tangan dan mulai berjalan ke arah Larevta juga Ivander. Setelah membalas sapaan beberapa orang yang mencegatnya di jalan, Kyler melanjutkan langkah.

"Senang melihat kalian di sini. Bagaimana? Apa pestaku sudah memenuhi standar?" sapa Kyler ceria.

Larevta tersenyum. Sangat sulit tidak tersenyum pada pria yang terlihat tidak memiliki beban itu. Belum sempat Larevta ataupun Ivander menjawab, seorang wanita dengan rambut yang diikat menjadi satu ke belakang menghampiri Kyler dan menarik telinganya kuat-kuat.

"Kyler Lexander Reed! Apa yang sudah kau lakukan? Kau kehilangan akalmu!" teriak wanita itu. Tanpa ampun, tangannya menarik lebih kuat.

Kyler meringis dan berusaha melepaskan diri. "Astaga, Ems! Kau bisa memutuskan telingaku! Lepaskan!" serunya.

"Tidak sebelum kau mengusir seluruh teman bodohmu ini! Apa kau ingin dihukum lagi? Paman akan murka begitu tahu kau melakukan hal semacam ini lagi!"

"Baiklah. Lepaskan telingaku dulu, Ems. Aku tidak bisa mengusir teman-temanku jika kau terus menarikku seperti ini," sahut Kyler.

Begitu telinganya bebas, Kyler melemparkan tatapan mematikan pada wanita itu dan kembali menghadap Ivander juga Larevta dengan tampang polos. Seakan tidak terjadi apa-apa.

"Larevta, ini adalah kakakku, Emily." Kyler memperkenalkan mereka dengan santai. Setelah itu ia melarikan diri, menjauh dari jangkauan kakaknya.

Emily menghela napas, tahu bahwa adiknya yang nakal itu tidak akan menepati janjinya. Mengulas senyum, Emily mengulurkan tangannya pada Larevta.

"Senang bertemu denganmu, Larevta. Kau gadis yang menyukai cupcake cokelat, bukan?" sapa Emily.

Larevta melirik Ivander sebelum membalas uluran tangan Emily.

"Kau pemilik toko itu?" tanya Larevta.

Emily mengangguk, sementara Ivander berkata, "Tunanganku ini ingin belajar membuat kue. Mungkin kau bisa mengajarinya?"

"Tentu saja. Aku akan sangat senang menghabiskan waktu dengan gadis yang sudah berhasil menaklukan seorang Ivander Daelan," sahut Emily ramah.

Mereka terus berbincang hingga orang-orang semakin larut dalam pesta dan Larevta mulai merasa tidak nyaman. Memang tidak ada yang minum di antara mereka bertiga, tetapi bau alkohol yang semakin pekat membangunkan sesuatu dalam diri Larevta.

Memories of Love (Unbroken #3)Where stories live. Discover now