Ulang Tahun

183 25 0
                                    

Jakarta, November 2018

"Ayo, Leaf. Cepat turun," ajak Genan seraya membuka pintu penumpang.

Larevta yang masih tidak percaya dengan pemandangan di hadapannya, terpana di tempat duduknya. Padang ilalang terbentang luas dan angin yang bertiup menggoyangkan tangkai-tangkai hingga menciptakan tarian seragam.

Ia menoleh pada Genan yang memandangnya dengan senyum lebar dan bibir Larevta pun membalas dengan senyum yang sama. Menyambut uluran tangan tunangannya, Larevta membiarkan pria itu membawanya ke tengah-tengah ilalang yang bergoyang.

"Sekarang, tutup matamu," ucap Genan.

Larevta mengikuti instruksi Genan. Tak lama, pria itu memintanya kembali membuka mata. Larevta kembali mematuhinya dan sebuah cupcake dengan satu lilin sudah ada di depannya.

"Karena sulit untuk menyalakan api dengan angin seperti ini, anggap saja lilin ini sudah menyala." Genan berkata dengan senyum khasnya.

Larevta tertawa pelan, lalu berpura-pura meniup lilinnya. Setelah itu Genan menyingkirkan lilin dan menggigit cupcake dalam gigitan besar, membuat Larevta kembali tertawa.

"Mengapa kau memakan cupcake-ku?" tanya Larevta.

"Potongan kue pertamamu harus untukku," jawab Genan polos. Tangannya mengulurkan cupcake ke mulut Larevta, memaksa gadis itu ikut menggigitnya. Setelah satu gigitan yang membuahkan krim tersisa di sudut bibir Larevta, Genan menundukkan kepalanya dan mengecap krim itu.

"Selamat ulang tahun, Leaf. Aku hanya ingin kau bahagia selamanya. Aku mencintaimu," bisik Genan di atas bibir Larevta.

Seperti biasa, Larevta tidak membalas ucapan cinta Genan. Gadis itu hanya mengulurkan tangannya dan memeluk Genan erat-erat. Berharap satu hal kecil itu mampu menutupi kekurangan mulutnya yang masih saja enggan untuk mengucapkan hal yang sama.

"Leaf, bisakah aku bertanya sesuatu?"

Larevta mengangguk.

Tanpa melepas pelukannya, Genan bertanya, "Mengapa kau tidak suka kusentuh?"

Membeku, Larevta terdiam.

"Maksudku, kau tidak suka disentuh siapa pun. Aku memperhatikannya. Apakah ini berhubungan dengan masa lalumu? Ada sesuatu yang membuatmu trauma?" lanjut Genan hati-hati.

Ingatan Larevta terlempar pada bulan-bulan pertama perubahan hidupnya. Zach mulai sering mengadakan pesta dan lebih sering kehilangan kesadaran ketika mengadakannya. Suatu malam, Larevta keluar dari kamarnya untuk pergi menggosok gigi. Namun, salah satu teman Zach mencegatnya dan memaksakan dirinya terhadap Larevta. Teror membungkus Larevta dengan sempurna. Tubuhnya jauh lebih kecil dibanding pria yang memaksanya itu. Lalu seseorang menolongnya. Seseorang menarik tubuh pria yang menindih Larevta itu.

Dan, orang itu adalah Zach. Ia memukuli tubuh temannya tanpa ampun. Berulang kali memaki, hingga akhirnya ia mengalihkan pandangan pada Larevta yang ketakutan.

"Macey, kau baik-baik saja? Macey, maafkan aku. Aku akan menjagamu. Maafkan aku," racau Zach seraya memeluk Larevta.

"Paman, ini aku. Ibuku sudah tidak ada. Paman, lepaskan aku!" rengek Larevta ketika pelukan Zach semakin membuatnya susah bernapas.

Zach menyadari ucapan Larevta dan meneliti wajahnya. Setelah itu tangannya terayun. Menampar wajah Larevta dengan telak. Malam itu adalah malam dimulainya kehidupan neraka Larevta. Setiap kali marah, Zach akan melampiaskannya pada sang keponakan. Dalam beberapa kalimat yang bisa ditangkap Larevta, Zach menyalahkan gadis itu atas kematian Macey.

Memories of Love (Unbroken #3)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ