💌۸

197 49 3
                                    

Malam ini udara terlalu dingin untuk Khairin yang tidak betah dengan dingin. Biasanya ia bisa sampai demam jika udaranya terus-terusan begini, tetapi karena hari ini ada jadwal kajian di masjid, ia tidak boleh melewatkannya. Melewatkan satu kali saja, ancamannya akan terkena hukuman dari ustazah. Khairin melihat Wahda—teman sekamarnya—sedang bersiap-siap menyampaikan kajian hari ini. Dari kemarin malam sibuk berlatih supaya tidak lupa dengan apa yang akan disampaikan.

Kajian di pesantren ini seringkali diadakan setiap seminggu sekali. Untuk pematerinya juga dipilih dari santri putri secara bergantian.

Saat ini, para santri tengah berkumpul di masjid. Tema kajian hari ini "Labuhkan Cinta Pada Dia Yang Halal". Semua mata tertuju pada pemateri yang sedang bertugas menyampaikan, tak terkecuali Khairin, Inara, dan Najma.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh."

Awal-awal pemateri memberikan sambutan kepada ustazah dan para santri putri yang sudah bersedia untuk hadir dan mendengarkan. Kajian hari ini dikhususkan untuk santri putri saja. Untuk santri putra memiliki jadwal yang berbeda. Hal ini dilakukan supaya tidak terjadi campur baur diantara keduanya.

"Ya, materi hari ini yang ingin ana sampaikan yaitu tentang pergaulan anak remaja di masa sekarang. Sesuai dengan tema, ya. Labuhkan Cinta Pada Dia Yang Halal. Namun, ketika kita melihat zaman sekarang, banyak sekali remaja yang sudah berani untuk bermain cinta-cintaan. Bahkan, mereka tidak hanya sekadar pacaran biasa saja, tetapi sudah berani melakukan hubungan yang lebih. Apakah seperti itu tidak merusak remaja zaman sekarang?" Wahda berhenti sejenak, untuk mendengarkan respon teman-temannya.

"Merusak," jawab santri putri dengan serentak.

"Betul. Tentu saja itu akan merusak, bahkan juga bisa merusak masa depan kita nanti. Kejadian-kejadian tidak senonoh sudah banyak sekali terjadi. Mereka yang berpacaran di luar sana juga ada yang hamil di luar nikah. Seberani itu remaja untuk melakukannya. Kemungkinan juga mereka tau, bahwasanya hal itu dilarang sama Allah, dilarang oleh agama, dan harus dijauhi karena hukumnya haram. Namun, seolah mereka tidak tau atau justru tidak mau tau lagi."

Di tengah penyampaian materi, Khairin menguap. Badannya juga menggigil karena dingin. Kemungkinan gadis itu tidak fokus dengan materi yang disampaikan saat ini.

"Itulah ciri-ciri orang fasikh. Ketika mereka tau hukumnya haram tetapi ternyata masih dilakukan. Miris, ya?" Wahda lebih maju ke depan. "Harapannya, kita di sini tidak melakukan seperti itu juga. Karena rugi sekali jika kita sampai terjerumus ke lubang maksiat." Wahda mengambil napas sebelum melanjutkan.

"Nah! mungkin yang sering ana dengar ... kita gak pacaran, kita temenan aja tapi saling mengingatkan dalam kebaikan. Hmm ... ana sempat mikir sejenak. Kalo hal itu sampai ada yang membenarkan, ini remaja makin banyak yang tersesat."

"Jadi begini teman-teman. Seperti yang ada dalam surah Al-Isra ayat 32 ..."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
TERUNTUK KHAIRIN ✔Where stories live. Discover now