💌Extra Part ۴

117 22 2
                                    

"Ngelamun teroosss," cibir Farrel. "Hafalan noh lanjutin!"

Aqlan terkesiap ketika Farrel tiba-tiba muncul di hadapannya. Padahal, lagi seru-serunya menonton santri putri yang kerja bakti. Sudah siang begini mereka belum usai juga membersihkan area asrama putri. Memang perempuan itu agak ribet, kalau bersih-bersih harus kinclong.

Senyuman yang terpancar di wajah Aqlan justru membuat Farrel semakin bergidik ngeri.

"Heh! Di sini ada orang, loh," sentak Farrel yang merasa terkacangi.

Aqlan memutar bola mata. "Iya, tau. Ganggu aja."

"Jiaakhh. Orang yang lagi bucin emang beda."

"Bucin apa, sih?" celetuk Aqlan tidak terima. "Orang lagi menikmati udara doang."

Farrel berdecih. "Apaan? Orang dari tadi cuma ngelamun, senyum-senyum. Kesambet?"

"Nggak," elak Aqlan cepat.

Farrel memang tidak ada habisnya untuk menggangu ketenangan Aqlan. Apalagi saat ia lebih sering mengirimi Khairin surat, Farrel semakin menjadi kelakuannya. Teman yang satu itu sering mengejek Aqlan adalah orang gak jelas. Namun, setidak jelas apa pun, yang penting Aqlan masih lebih waras dari pada Farrel.

Cowok itu sebenarnya juga tahu kalau surat yang dikirimkan ke Khairin kadang terkesan alay, lebay, dan receh ... tetapi kalau Khairin suka 'kan jadi tidak masalah.

"Udah," Farrel menutup wajah Aqlan, lalu membawanya masuk ke kamar. "Dosa diliatin mulu."

Pasrah. Hanya itu yang bisa dilakukan Aqlan. Kalau sabdanya Farrel keluar, sudah tidak bisa dibantah lagi. Lagipula sebentar lagi memasuki waktu Zuhur. Mungkin nanti Aqlan akan bertemu Khairin di masjid.

"Kalo Khairin udah tau suratnya dari siapa, kenapa nggak sekalian ditembak aja, Lan?"

Aqlan yang tadinya rebahan, langsung menjadi terduduk karena ucapan Farrel. Jujur saja, hal itu tidak pernah terpikirkan dalam benak Aqlan.

"Yang bener aja," ucap Aqlan setengah tidak percaya. "Ini pesantren, Rel. Kalo ketauan bukan maen hukumannya. Ngirim surat aja sering bikin deg-degan, apalagi pacaran."

"Yah, penakut," ejek Farrel dengan wajah tidak berdosa. "Gak bakal ketahuan, sih. Asal main rapi aja."

Aqlan mengerutkan kening. "Main rapi tuh kayak gimana?"

"Ya, saling jaga rahasia. Seperti yang aku bilang waktu itu."

Respons dari Aqlan hanya berdeham.

Berbicara memang mudah, tetapi untuk melakukannya tidak semudah apa yang dibayangkan.

💌💌💌

Waktu yang terus berlalu, entah dapat dorongan dari mana, Aqlan malah terkena omongan Farrel yang nyeleneh. Dimulai dari acara kirim surat sampai acara nembak menembak, itu semua sudah dilakukan oleh Aqlan. Sekarang yang terjadi adalah hubungan antara Aqlan dan Khairin lebih dari teman.

Tidak peduli lagi apa yang akan dihadapi ke depannya, yang penting bahagia saja dulu. Mungkin benar kata Farrel ... selama bisa main rapi, ya tidak bakal ketahuan. Kalau ketahuan pun pasti gampang tertebak siapa pelakunya. Kalau tidak Farrel, ya ...

"Gak mungkin kalo Layla nanti bakal cepu, sih. Lha wong dia aja yang nyampein dari awal sampe sekarang. Nethink amat, dah," seloroh Farrel.

"Bukan nethink. Ini tuh waspada, Rel. Kita kan gak tahu siapa yang berkhianat?"

Ah, Rasanya Aqlan hanya menambahi beban untuk diri sendiri. Padahal, sejauh ini hubungan dengan Khairin masih adem ayem tanpa ada yang tahu, kecuali orang-orang yang terlibat di dalamnya.

TERUNTUK KHAIRIN ✔Where stories live. Discover now