💌۱۷

123 35 22
                                    

"Kamu gak bales surat dari Aqlan?"

Khairin menghentikan langkahnya saat mendengar suara Layla. Ia menengok ke arah gadis itu. Namun, seperti tidak ada minat untuk menjawab. Lantas Khairin hanya menggelengkan kepala pelan, kemudian langsung melenggang pergi dari sana. Tidak tahu lagi bagaimana respon dari Layla.

Ketika di perjalanan menuju kamar, Khairin bertemu dengan Kalina.

"Khairin, kamu disuruh ke ruang BK," ucap Kalina, memberitahu. "Tadi Ustazah Yasmin nyariin kamu."

"Aku?" Khairin menunjuk diri sendiri. "Dicari Ustazah Yasmin?"

Kalina mengangguk.

"Kenapa, ya? Aku ada salah, kah?" Tidak salah kalau Khairin bingung. Seingatnya dia tidak melakukan kesalahan apa-apa hari ini mau pun kemarin. Mengenai hafalan Al-Qur'an, ia sudah mendapatkan hukuman tersendiri dari ustazah yang bertugas. Ah, apa karena berturut-turut tidak hafal, jadi sampai dilaporkan ruang BK, ya. Tidak, tidak. Khairin harus membuang pikiran buruk itu. Mungkin saja ia dipanggil karena urusan lain.

"Aku nggak tau, Rin," jawab Kalina. "Tadi cuma disuruh gitu aja sama Ustazah."

Khairin membulatkan bibirnya. "Oke. Aku ke ruang BK dulu. Makasih, ya."

Melanjutkan kembali perjalanan yang sempat tertunda. Namun, bukan ke kamar tujuannya, melainkan ke ruang BK. Sesampainya di depan ruang BK, Khairin melihat ustazah Yasmin yang ... sepertinya sedang menunggu dirinya. Langsung saja gadis itu menghampiri ustazah Yasmin.

"Ustazah Yasmin nyari ana?" tanya Khairin terlebih dahulu. Kali saja ada kesalahan. Namun, melihat raut wajah ustazah Yasmin yang tidak enak membuat bulu kuduk Khairin berdiri. Kayak ada aura setan di sekitar. Canda setan.

"Ayo masuk dulu!" Tanpa menjawab pertanyaan dari Khairin, Yasmin langsung menarik tangan Khairin masuk ke ruang BK.

Seketika Khairin merasa terkejut, saat di sana penuh dengan orang. Ada beberapa ustaz dan ustazah yang melihat ke arah dirinya. Pandangan Khairin menyelidik ke arah kanan ...

... ada Aqlan di sana, yang pandangannya menunduk ke arah bawah. Pikiran Khairin mulai tidak tenang. Ada banyak orang, termasuk Aqlan. Kenapa ini? Khairin terus bertanya-tanya dalam otaknya, tentu saja tidak mendapatkan jawaban. Mau bertanya langsung ke orang-orang di sana?

Tidak keburu ... bibir Khairin terlanjur tidak bisa bilang apa pun selain menuruti perkataan ustazah yang menyuruhnya untuk duduk.

"Kamu tau salah kamu apa, Khairin?"

Jujur saja Khairin tidak tahu. Kalau bersangkutan dengan Aqlan berarti ... ah, tidak. Khairin menggelengkan kepala pelan, tetapi kepo juga dengan jawabannya.

"Kamu gak sadar sudah melakukan kesalahan besar di pesantren ini?" Ustazah Dina mulai menekankan setiap kata-katanya. Jelas itu membuat Khairin semakin takut. Bahkan, ia tidak berani untuk melirik kemana pun selain ke bawah, melihat sepatunya sendiri.

"Baik. Ada santri yang lapor ke Ustazah kalo kamu sama Aqlan ...," Guru BK menggantung ucapannya. "Kamu sama Aqlan pacaran."

Sontak Khairin menegakkan tubuhnya, terkejut dengan apa yang dikatakan oleh guru BK. Sepertinya, tebakan Khairin tidak salah.

"Benar, Khairin?"

Bibir Khairin berat untuk menjawab pertanyaan itu. Tidak menjawab pun mungkin guru BK sudah tahu jawabannya.

"Ustazah bertanya sama kamu, Khairin!" tegas ustazah Dina, selaku guru BK.

"I-iya, Ustazah," jawabnya dengan tergagap.

TERUNTUK KHAIRIN ✔Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ