💌۱۵

127 32 2
                                    

"Fokus, Khairin. Banyak ayat yang tertukar-tukar dari tadi."

Khairin tidak bisa melupakan ucapan ustazahnya atas koreksian terhadap hafalan tadi siang. Khairin merebahkan tubuhnya di ranjang. Kalau diingat akhir-akhir ini banyak hafalan yang berantakan. Mulai dari hafalan hadis yang sebenarnya itu tidak terlalu panjang saja bisa tidak lancar, dan kelupaan jadwal juga membuatnya tidak bisa menghafal dengan maksimal.

"Sedih, ya ... hafalannya belum tuntas," kata Najma, duduk di samping Khairin.

Sontak Khairin membangkitkan tubuhnya, duduk dengan sempurna di samping Najma, "Iya, nih. Tadi aku ada yang lupa ayatnya. Kayak ketuker, gitu. Padahal udah mau kelar," jelas Khairin, tanpa menyembunyikan rasa sedihnya.

Nyaris saja Khairin bisa menuntaskan satu surah hari ini, tetapi terhalang oleh ayat-ayat yang tertukar. Seketika semuanya menjadi buyar dan gagal. Kesempatan untuk mengulangi sudah diberikan tiga kali, tetapi masih seberantakan itu. Sehingga, Khairin diberi waktu tiga hari untuk kembali memperbaiki hafalannya. Ketika sudah bisa lancar dari awal sampai akhir, maka bisa dinyakatan tuntas.

"Yah, menurut aku ... akhir-akhir ini fokus kamu emang sudah beda, Khai."

Khairin tidak mengerti arah pembicaraan Najma, "Maksudnya?"

"Ya, kamu mah kebanyakan mikirin yang lain, gitu."

"Enggak, sih," elak Khairin. "Kayaknya emang salahku aja yang tiba-tiba blank."

"Ya, blank itu karena pikiran kamu yang terpenuhi dengan hal lainnya, Khairin sayang," ucap Najma dengan gemas.

Benar juga. Khairin terdiam sejenak. Memikirkan hal lain apa yang sampai buat hafalannya jadi begini. Bukannya mendapatkan jawaban, justru membuat kepala semakin pening. Baik, saat ini Khairin tidak perlu memikirkan yang lain dulu. Yang ia butuhkan hanya istirahat. Mungkin karena terlalu kecapekan dengan segala aktivitas membuatnya jadi tidak bisa fokus. Pikiran pun jadi kemana-mana.

Khairin harap itu bukan sebuah alasan untuk dirinya sendiri. Dulu, walau banyak aktivitas yang mengguncang, hafalannya bisa tetap berjalan dengan baik.

"Nih!" Najma memberikan mushaf Khairin yang sempat ditaruh di meja. "Sekarang, mulai atur jadwal lagi buat menghafal. Juga, istirahat secukupnya."

Khairin masih mendengarkan ucapan Najma, walau pikirannya masih melayang jauh kemana. Ia menerima pemberian Najma.

"Coba baca ayat 1-20!" perintah Najma, seraya membuka mushaf miliknya. "Aku yang nyimak."

Mungkin dengan begini, Najma berharap bisa membantu Khairin untuk memperbaiki hafalan yang sempat berantakan. Akhirnya, Khairin menuruti saja kemauan Najma. Jarang-jarang, kan Khairin mau nurut Najma. Ini sebuah kemajuan atau kemunduran, bahkan sedari tadi Khairin tidak melihat Inara.

Ayat demi ayat telah dilafalkan Khairin. Namun, jangan heran apabila Najma banyak mengomel. Eh, lebih tepatnya mengoreksi. Titisan ustazah Yasmin ini memang tidak bisa terelakkan lagi.

"Ah, Khairin," desah Najma. "Pantas aja disuruh ngulang. Maaf, tapi ini hafalan kamu bener-bener terlihat buruk."

Oke, mood Khairin menjadi buruk lagi. "Huft!" Khairin menutup mushafnya, menaruh kembali di meja. "Ya, gimana dong?"

Rasanya Khairin ingin pasrah saja untuk hari ini. Tadi sudah dimarahi oleh ustazah, sekarang oleh teman sendiri. Kalau memang kesalahannya, Khairin bisa apa?

✉✉✉

Semenjak kejadian hafalan tidak tuntas itu, membuat Khairin banyak diam dan melamun. Inara yang paham dengan karakter Khairin yang selalu ceria, tukang onar, jadi merasa heran dengan tingkahnya akhir-akhir ini.

TERUNTUK KHAIRIN ✔Where stories live. Discover now