💌۲۰

135 37 13
                                    

Melamun. Satu hal yang Khairin lakukan semenjak diabaikan oleh orang tuanya. Bahkan, ia tidak berani untuk menghubungi orang tua lebih dulu. Khairin juga tidak yakin mereka mau menerima panggilannya. Ia cukup sadar akan kesalahan yang ia lakukan. Begitu mengecewakan.

Tidak pernah merasakan jatuh cinta yang akhirnya membuat Khairin jatuh sejatuh-jatuhnya. Tidak peduli lagi bagaimana aturan yang dibuat oleh orang tua. Seolah abai dan menganggap peraturan itu tidak pernah ada. Jika sudah kejadian begini, baru ia bisa menilai sendiri kelakuannya.

"Gapapa, Khai." Najma mengelus bahu Khairin yang tengah menangis sesenggukan.

"Namanya juga jatuh cinta, ya, 'kan?" sela Inara. Anggap saja ini hal wajar pernah dirasakan remaja, asal tidak keterusan. "Pasti bisa aja membuat lupa segalanya."

Rasanya Inara telah berbeda dari biasanya. Mungkin ia juga merasakan kapok pernah mendukung hubungan Khairin dan Aqlan. Kalau saja ia tidak mengompori Khairin dari awal, pasti gadis itu tidak pernah menjalin hubungan dengan Aqlan. Ah, tidak. Bagi Khairin, ini bukan salah Inara sepenuhnya. Memang ini sudah salahnya yang teledor membiarkan hatinya dijajak oleh lelaki yang bukan mahram.

"Aku gak tau lagi harus gimana sekarang," ucap Khairin dengan mata sendu.

Nampak Inara dan Najma menghela napas. Di saat begini, ia juga tidak mungkin memberi saran-saran yang lain, kecuali berusaha menenangkan hati Khairin.

"Kamu nggak harus ngapa-ngapain dulu," seloroh Inara.

Khairin kembali terdiam. Meskipun teman-temannya menyuruh untuk tetap tenang, tetapi kala mengingat orang tua, ia masih tidak bisa setenang itu. Kesedihan ini seperti susah untuk dialihkan ke hal lain. Padahal, Inara dan Najma sudah berusaha melakukannya. Namun, Khairin tetap menghargai kerja keras dari mereka.

Kamar yang kosong dengan penghuni semakin membuat Inara dan Najma bebas untuk memberikan asupan penguatan untuk Khairin.

"Yang perlu diingat di sini, setelah kejadian ini ... kamu bisa lebih hati-hati lagi dengan rayuan dan gombalan dari lelaki." Najma berhenti sejenak, mempersiapkan kata-kata lain. "Supaya kamu gak mudah terbuai dengan ucapan mereka," lanjutnya dengan mantap, tetapi tetap menjaga hati Khairin, biar suasana hatinya tidak memburuk lagi.

Inara mengangguk, meng-iyakan ucapan dari Najma. "Bener tuh, Khai," timpal Inara. "Abis ini jangan dengerin omonganku lagi. Emang bener-bener sesat."

Khairin tertawa kecil. Meskipun tidak pas diucapkan sekarang, tetapi ini cukup menghibur Khairin.

"Aku minta maaf, ya, Khai," ucap Inara. Ada penyesalan di lubuk hati terdalam.

Khairin memegang kedua tangan Inara, sebelum membalas, "Gapapa. Kamu gak salah," ucapnya dengan suara parau.

Tersenyum sekilas. Meskipun ada rasa sedih, tetapi Najma bersyukur atas kejadian ini. Inara dan Khairin menjadi paham satu sama lain, jika berhubungan dengan yang bukan mahram hanya akan membuat mereka terkena banyak masalah.

💌💌💌

Ustazah Yasmin datang ke kamar Khairin. Menengok keadaan Khairin yang akhir-akhir ini sangat berantakan. Nampak rasa kasihan ketika melihat Khairin yang seperti tidak ada semangat sama sekali. Semangatnya telah tersedot bersama masalah-masalah yang ia hadapi.

"Ustazah sering negur kamu bukannya apa, Khairin. Tapi, emang itu demi kebaikan kamu sendiri."

Khairin yang semula menunduk, ia mengangkat wajahnya, menatap seseorang itu yang ternyata ustazah Yasmin. Lantas Khairin tidak bisa menahan air matanya untuk menetes. Sepertinya, sudah banyak kesalahan yang ia perbuat terhadap ustazah Yasmin. "Ana minta maaf, Ust," ucapnya seraya meremas tangan Yasmin, mencium punggung tangannya berkali-kali.

Yasmin menggeleng, mengusap lembut bahu Khairin. Kedatangannya memang bukan untuk menghakimi Khairin atas kasus yang terjadi. "Gapapa. Ini bisa menjadi pelajaran buat kamu." kata Yasmin. "Sekalian, nih. Kamu ingat kajian waktu lalu tentang surat Al-Isra' ayat 32?"

Khairin mengangguk. Walau Khairin sempat mengabaikan, tetapi Khairin tidak pernah melupakan. Mengabaikan saja sudah menimbulkan banyak salah, apalagi melupakan?

"Nah! kamu bisa menyadarkan diri kamu, mengingatkan diri kamu sendiri ... kalo pacaran itu gak diperbolehkan dalam Islam. Walau itu hanya sekedar main surat-suratan, chattingan, itu tetep gak boleh. InsyaaAllah waktu itu Wahda sudah menjelaskan dengan detail. Iya, 'kan, Wahda?" jelas ustazah Yasmin lagi, sembari meminta persetujuan kepada Wahda yang pernah menyampaikan materi tersebut, langsung di depan para santri perempuan.

Wahda yang kebetulan ada di samping ustazah Yasmin mengangguk. Membenarkan ucapan dari Yasmin. "Mungkin kamu sempat bimbang pada hidup kamu. Jadinya, gak mikir dulu ketika mau menerima Aqlan, tapi gapapa. Itu sudah terjadi. Yang terpenting bagaimana sekarang kamu bisa mengembalikan semua yang sempat hilang dalam diri kamu, Khairin." Tidak mau menghakimi Khairin, Wahda pun ikut menguatkan.

Teman-teman yang sekamar dengan Khairin pun mengangguk menyetujui. Tidak ada orang yang sempurna. Tidak ada orang yang tidak melakukan kesalahan. Namun, manusia di sini berusaha untuk menghindari kesalahan yang dilarang oleh Allah. Jikalau sudah terlanjur melakukan, manusia masih punya kesempatan untuk bertaubat.

"Iya, Rin. Kamu gak perlu terlalu menyedihkan hal ini, ya," ucap Zanna, teman sekamar Khairin. Mendekat kepada Khairin, lalu mengelus bahu juga. "Semua kesalahan bisa diperbaiki, 'kan?"

Harusnya Khairin bisa bersyukur mempunyai teman-teman yang peduli dengannya. di kala genting begini, mereka tidak pernah meninggalkan. Mereka tetap ada di samping untuk menguatkan. Apalagi, Inara dan Najma. Merekalah yang paling bingung ketika Khairin tidak bisa tertidur dengan nyenyak. Terus menemani sampai bisa tertidur, meskipun mereka harus merelakan jam tidurnya menjadi terpotong.

"Allah gak akan ngebenci kamu, kok, Khai. Aku tau mungkin kamu udah melakukan kesalahan yang Allah gak suka dengan perbuatan itu, tapi Allah pasti akan maafin hamba-Nya yang mau bertaubat dan tidak mengulangi lagi kesalahan itu," lanjut Wahda meyakinkan Khairin supaya tidak semakin drop.

Yah, benar. Khairin pun pernah membaca kata-kata itu dalam suatu buku. Allah tidak mungkin membiarkan hamba-Nya terus bersedih. Allah tidak mungkin mengabaikan hamba-Nya yang mau bertobat. Sudah tercantum dalam surah Al-Maidah ayat 39 ...

"Maka barangsiapa bertaubat (di antara pencuri-pencuri itu) sesudah melakukan kejahatan itu dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

"Untuk kasus pacaran yang pernah kamu alami ini, cukup dijadikan pelajaran aja, ya." ucap Wahda lagi.

Yasmin tersenyum melihat semua teman sekamar mau menguatkan Khairin. "Liat, tuh!" seru Yasmin tersenyum kecil. "Temen-temen kamu sayang sama kamu, loh. Mereka mau ada di samping kamu."

Khairin mengusap air matanya, dibantu dengan Yasmin. Hatinya cukup merasa lebih baik saat ini ketika mendapat banyak penyemangat. Namun, selalu saja ketika mengingat tentang dosa-dosanya ia menjadi bersedih. Kesedihan itu seperti tidak bisa dibendung. Rasanya telah banyak kesalahan yang ia perbuat selama ini.

💌💌💌

Lagi radang. :")

Jbr, 20 Juli 2021.

TERUNTUK KHAIRIN ✔Where stories live. Discover now