16

9.9K 1.8K 178
                                    

Jangan lupa vote dan komen.

Selamat membaca ^^


***

Di perjalanan menuju rumah sakit, tasya terus memerhatikan celcius yang menyetir dengan santai.

Sosok celcius saat mengendarai moge, memang sangat tasya sukai. Duduk di belakang tubuh jangkungnya, lalu menikmati angin yang menerpa tubuh, membuat tasya merasa hidup dan berdebar-debar.

Tapi, saat ini, postur tubuh celcius yang rileks dengan satu tangan pada setir mobil, dan tangan satunya menggenggam tangan tasya, tak kalah menarik dengan saat ia memacu mogenya. Perasaan aman dan tenang, kembali dirasakan tasya ketika bersama pria bermata biru tersebut.

"Kok aku gak pernah sadar, ya?"

"Hm? Kamu ngomong apa?" Tanya celcius, karena ia tidak memahami apa yang baru saja tasya katakan.

"Gak ada." Tasya menggeleng, kemudian tersenyum. Kali ini, tasya mulai melihat celcius dengan pandangan berbeda.

Dari dulu, celcius memang selalu tenang di depan tasya. Tentu, ada saat di mana ia marah beberapa kali. Tapi, ia tidak pernah bersikap kasar kepada tasya. Ia selalu mengalah, dan mengikuti tasya yang kekanak-kanakan.

Celcius, selalu melakukan hal-hal kecil, yang membuat tasya merasa diperhatikan sepenuhnya. Karena itu, tasya mulai memikirkan satu hal yang tak pernah terlintas di benak tasya.

Bagaimana, jika pria berambut putih dan mata biru itu, menemaninya, hingga akhir hayatnya?

Bagaimana, jika dirinya dan celcius...

"Sya?"

"Ya?"

"Nikah, yuk."

"Gak!!!" Seru tasya.

"Oke. Nanti aku tanya lagi. Siapa tau kamu berubah pikiran."

"Gak!! Gak akan pernah!! Hmmpph!!" Tasya mendengus, kesal. Ia mengalihkan wajahnya dari celcius, lalu melihat pemandangan gedung-gedung tinggi di luar.

Celcius bodo!! Padahal aku...

***

Dari pintu masuk rumah sakit, tasya dan celcius telah menarik perhatian para perawat wanita, dan beberapa kaum hawa.

Selain karena rambut putih dan mata biru, jemari tasya dan celcius yang saling bertautan, membuat mulut para perawat yang sudah merindukan gosip baru, mulai bergerak dengan gemulai.

"Eh?! Itu pacarnya dokter tasya?!" Tanya seorang perawat bertubuh gempal.

"Ih! Boleh nikung, gak?" Sambung yang lainnya.

"Pelet aja, gimana?"

Semua berbalik, dan melihat salah satu dokter pria, yang menatap buas ke arah celcius.

Sepanjang jalan menuju ruangan heru, tasya mulai mendengar bisikan dan tatapan lapar para rekan sejawatnya.

"No! Dia milik aku!" Alarm rasa memiliki tasya, mulai berbunyi di kepalanya.

Apa lagi, ketika seorang dokter yang terkenal sebagai ratu putih di RS universitas mercy, melangkah di kejauhan dengan anggunnya.

Sial! Malah ketemu nenek sihir!

"Dokter tasya!"

Tuh, kan. Pasti ada maunya.

Tasya berhenti, dan memaksakan senyumnya kepada renata.

Devil For Rent - Fix You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang