41: LDR

389 32 4
                                    

Lara menyipitkan matanya, ia merasa silau dengan cahaya yang masuk ke dalam kamarnya. Apa ini sudah pagi? Lara spontan melihat ke jam dinding di kamarnya. Shit! Pukul 9:30.

Jadwal flight Ajil menuju Australia pukul 10:30, Lara memang belum telat namun rumahnya dengan Ajil jaraknya tidaklah dekat. Langsung saja, tanpa pikir panjang Lara langsung lompat dari tempat tidurnya untuk keluar dari kamar, tapi sebelum itu ia menyempatkan untuk mengambil tissu basah yang ada di meja riasnya.

Lara membuka pintu utama rumahnya dengan terburu-buru. Untungnya, ada supirnya yang sedang memanaskan mobil. Lara berlari kearah supir pribadi Mamanya itu, "Pak, Lara minta tolong anterin ke rumah Ajil sekarang Pak" ujar Lara.

Pak Andi, supir pribadi Mamanya itu melihat penampilan Lara yang masih menggunakan piyama itu. "Non beneran mau pergi sekarang?" Tanya Pak Andi.

"Iya Pak, ayo Lara buru-buru" ucap Lara yang bergerak masuk ke dalam mobil.

Di tengah-tengah perjalanan ke rumah Ajil, Lara menyempatkan untuk mengelap wajahnya dengan tissu basah yang ia bawa. "Pak, bisa agak cepetan lagi gak??"

"Bisa Neng bisa"

Mobil yang dikendarai oleh Pak Andi melaju lebih cepat. Lara mengecek kantung yang ada pada piyamanya. Ah sial, dia lupa membawa ponsel.

Semesta sepertinya sedang berpihak kepada Lara. Jalanan pagi ini tidak macet. Dari kejauhan, Lara dapat melihat dari dalam mobil, Ajil dengan yang lainnya sudah berada di halaman rumah.

"Pak, jangan pulang" ucap Lara pada Pak Andi. Tanpa menunggu jawaban dari sang supir, Lara dengan buru-buru turun dari mobil. Ia berlari menghampiri Ajil, lalu mendekap erat tubuh kekasihnya itu.

Semuanya terkejut, terutama Ajil. Disana sudah ada Mira, Valerie, dan Morgan. Mira tersenyum melihat Lara yang terlihat sangat tak mau berpisah dengan anaknya itu.

"Ekhem!" Sindir Morgan. Sembari melihat ke atas langit Morgan berkata, "mentang-mentang udah baikan" ucapnya.

Lara melepas dekapannya dengan pelan sembari menunduk malu. Ajil yang melihatnya terkekeh dan mengacak-acak gemas rambut Lara. "Masih pake piyama lagi. Belum mandi nih pasti" tebak Ajil.

Lara melotot kearah Ajil, lalu ia melirik sedikit kearah Mira yang hanya tersenyum melihatnya. Lara memukul pelan lengan Ajil, "malu tau" kata Lara.

"Ooh malu sama camer yaa??" Tanya Ajil dengan suara yang sengaja ia keraskan, membuat bola mata Lara membulat, kesal dengan Ajil. Kemudian, Lara melihat kearah Mira sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal dan menyengir canggung.

"Ah, udah-udah. Jil, jadi lo mau berangkat atau gak nih? Nadya sama Kyla pasti udah nunggu di bandara. Ketinggalan pesawat, ntar nanges" ujar Morgan. "Iya, yasudah sana berangkat" tambah Mira.

Ajil tergerak memeluk Bundanya tercinta, "jaga diri baik-baik Bun, Ajil gak disini lho nanti Bunda kangen gak ada yang bandel lagi sama Bunda" tutur Ajil membuat Morgan bersorak ria. "Yess! Berarti gue gak bandel!" Serunya mengundang pukulan kecil dari Valerie.

"Lo gak bandel sama Bunda lagi, tapi sama Kak Valerie noh bandel" ujar Ajil yang sudah melepas dekapannya dengan Mira. Kini bergantian dengan memeluk sekejap Valerie, "Kak, jaga si dede bayi ya" ucap Ajil membuat Valerie tersenyum lembut kearahnya, "iya" jawab Valerie.

"Dan lo," ucap Ajil yang kini telah berhadapan dengan Morgan, saat Ajil ingin memeluk sang Abang, tiba-tiba Morgan malah menghindar. "Udah, ntar aja di bandara. Gue kan harus anter lo dulu" ujar Morgan yang berjalan masuk ke dalam mobil.

Tanpa sepengetahuan Morgan, Ajil rasanya ingin sekali meninju kepala Abangnya itu. Ngeselin bener, gak ngerti lagi. Ajil membalikkan badannya menghadap Lara yang tersenyum manis kepadanya.

AJILARA (SELESAI)Where stories live. Discover now