#2

2.4K 198 2
                                    

Naruto berlari tak tentu arah hingga sampai ke ruangan Hokage.

"JIJI?",panggil Naruto berlari menghampiri sembari berteriak.

"..."

Hiruzen pun segera mendongak untuk mendapati Naruto yang baru saja masuk dengan ngos-ngosan tapi tidak berkeringat.

"Mengapa Jiji tetap mendaftarkanku ke akademi?",tanya Naruto heran.

"Jiji hanya mendaftarkanmu, tidak mengira kau akan datang langsung kemari"

"Mengapa Jiji melakukan itu?",tanya Naruto lagi.

"Kau hanya tidak tahu kapan kau akan berubah pikiran"

"..."

"Naruto.. Jiji tahu kau sudah mengubah pikiranmu sekarang, tapi Jiji tetap ingin kau mendapatkan pembelajaran dari akademi bersama anak-anak lain yang seumuran denganmu"

"Jiji?",panggil Naruto menggumam tidak mengira.

"..."

"Meski pada akhirnya aku tidak akan pernah datang ke akademi tanpa mengetahui apapun?"

"Ya",balas Hiruzen tanpa ragu.

*****

Pagi harinya, sosok Naruto sudah ada untuk pertama kalinya di kelas akademi tanpa seorang pun sudah datang mendahuluinya sementara Naruto memilih duduk di tempat paling ujung di kelas.

"H-hei! Bukankah dia adalah anak tidak tahu malu itu?"

Terjadi bisik-bisik tetangga saling bersahutan yang jelas-jelas di dengar oleh Naruto.

Benar-benar seperti di awal, tidak ada satu pun yang membela atau hanya sekedar membantah perkataan mereka tentang Naruto disana. Naruto sendiri sudah mengira hal itu pasti akan terjadi.

"..."

Kelas sudah dimulai dari beberapa saat yang lalu sementara Naruto hanya diam mendengarkan sejak tadi. Dia sama sekali tidak membuat kerusuhan yang selalu menjadi karakteristik dirinya di mata orang-orang.

Naruto terlihat sangat pendiam dan menjadi misterius karena tidak diketahui apakah ia sedang mendengarkan atau hanya sekedar melihat.

"H-hei! Bukankah dia tidak terlihat seburuk apa yang keluargaku katakan? Setidaknya dia tidak seburuk Sasuke si terlalu sombong karena sedikit populer"

Yang lain pun ikut menyahuti sementara Naruto tengah berjalan turun untuk keluar dari kelasnya. Iruka pun tidak bisa mengomentari apapun atas sikap Naruto sejak tadi, mereka bahkan tidak terlalu dekat untuk itu.

Sehari, dua hari hingga seminggu setelahnya pun sama. Hal itu pun sampai di telinga Hokage Ketiga.

'Sepertinya dia benar-benar tidak ingin ke akademi tapi dia tetap datang',ucap Hiruzen dalam hati sembari melihat ke arah pemandangan desa kemudian ke langit dengan pemandangan yang mulai meredup karena gelap.

*****

Sebulan setelahnya, kabar duka menyelimuti seluruh klan Uchiha, khususnya Sasuke. Uchiha terakhir yang masih hidup karena belas kasihan.

Sementara Naruto melewati hari-harinya seperti biasa tanpa mempedulikan hal itu.

Hari penentuan kelulusan pun hampir dimulai, saat ini adalah saat dimana pertandingan persahabatan kecil-kecilan terjadi.

"Sasuke Uchiha"

"Kyaaaaaaaaaaaaa",jeritan histeris para fans girl.

"Uzumaki Naruto"

"....",hanya keheningan panjang.

"Silahkan maju ke depan!"

"..."

Iruka melirik ke kiri dan ke kanan setelahnya berucap,"Hajime!"

Tapi tidak ada satu pun yang maju untuk menunjukkan diri akan memulai.

"Apa yang kalian lakukan?",tanya Iruka tak mengerti.

"Hajime!"

"..."

Tidak ada yang terjadi lagi.

"Sasuke, Naruto? Kenapa diam? maju dan mulailah pertandingan persahabatan ini!"

Seluruh area pun diselimuti sorakan para fans girl dan tatapan heran dari para siswa prianya.

"Aku menyerah!",ucap Naruto setelah sekian lama membuat tatapan heran pada orang-orang di sekelilingnya karena tidak melawan meski Sasuke sudah mulai menyerang.

"..."

Naruto memasuki apartemennya tepat ketika matahari hampir menutup sinarnya di hari itu.



























Selasa, 20 Juli 2021
9:37

Naruto's Life ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang