Bab 03

9.2K 874 126
                                    

Haii!!
Welcome to Impian Athira ...
Vote dulu!

One word for this story?

Happy Reading!!

••••

Athira mendelik sebal, dia harus berdiri di depan pagar seperti gembel. Padahal ini rumahnya sendiri.

"Pak Adi mana si," decak Athira mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru halaman depan. Terlihat sunyi.

"Telpon Mami kali yah," gumam Athira mencari handphonenya.

"Sial, hp gue kan gue buang," umpat Athira setelah mengingat kejadian tadi.

"Pak Adi!!!!" teriak Athira keras, tapi nihil tidak ada yang menyahut.

"Sial banget sih gue hari ini," cicit Athira. Karena lelah, Athira memutuskan untuk duduk di pinggir pagar yang menjulang tinggi itu.

"Kenapa duduk di sana Neng?" tanya sosok wanita memakai khimar berwarna hitam. Sosok lelaki di sampingnya melirik tempat lain.

"Anu, gak ada orang," sahut Athira terkekeh. Dia paling tidak suka bertegur sapa dengan orang yang memakai pakaian seperti wanita itu. Bukan apa-apa, dia malu.

"Lo, eh kamu, Anda, ish terserah deh. Baru pindah?"

"Iya, baru pindah. Panggil saja Teteh,"

"Ohh, boleh. Yang disampingnya?"

"Ini suami saya," ucapnya mengandeng tangan sosok lelaki itu. Mata suaminya membola, sudah mati-matian dia menjaga wudhu, kini dengan santai istrinya mengandeng tangannya.

"Mi, Abi udah ambil wudhu," bisik suaminya, agar tidak di dengar Athira.

"Astagfirullah, Umi lupa,"

"Makanya jangan keasikan ngobrol," bisiknya lagi.

"Yaudah Neng, kita ke masjid dulu yah,"

"Ngapain jam segini ke masjid?" wanita itu melirik suaminya sekilas.

"Mau sholat Neng. Kita duluan yah,"

"Iya, hati-hati. Dijaga suaminya!" teriak Athira, dia menyadari istrinya itu cemburu dengannya.

Athira diam, melihat dua pasangan itu, tidak lebih tepatnya suami tetangganya itu. Dia mengingatkan Athira dengan sosok Gus doi-nya.

"Gue pengen sholat," cicit Athira.

"Tapi sholat apa?" ... "Ah, gampang tinggal ngikutin orang," timpal Athira bangkit dari duduknya.

Athira melempar tasnya melewati pagar menjulang tinggi itu. Happ, tas itu tergeletak begitu saja di sebrang sana, dia ahli dalam hal melempar.

Seperti melemparkan perasaan cowok misalnya 😌

•••

"Eh, ini Athria anaknya Yuli?" tanya ibuk-ibuk yang kebetulan sholat di masjid itu juga. Athira tersenyum sembari mengangguk.

"Masya Allah, kamu cantik banget," pujinya tersenyum, Athira juga tersenyum, dia bingung harus menjawab apa.

"Sekarang kamu kelas berapa?"

"Satu SMA Tante,"

"Anak Tante yang sulung udah kerja, yang satunya masih sekolah kelas dua SMA,"

"Demi apa gak nanya Tan. Astagfirullah," batin Athira.

"Ohh, gitu Tan," jawab Athira kikuk.

"Yang rajin yah belajarnya, nanti kalau udah siap nikah kabarin Tante. Biar Tante jodohin sama anak Tante," ucapnya tersenyum, membuat Athira meremas seragamnya. Dia mencoba tersenyum pada wanita parubayah itu.

Impian Athira Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang