Bab 28

6.2K 586 39
                                    

Welcome to Impian Athira ...
Vote dulu!

Happy Reading!!

••••

"Jelasin semuanya ke ane,"

Raka menatap sahabat kecilnya itu, lalu beralih menatap danau di depannya.

"Gue gak bermak-"

"To the point,"

Raka menghela nafas panjang, lalu mulai menceritakan kejadian yang sebenarnya kepada Saddam.

"Ane gak habis pikir, temen ane sendiri," Saddam tak bisa menyelesaikan kalimatnya. Dia hanya bisa menggelengkan kepala.

"Gue khilaf Dam, waktu itu gue kembali dianya udah ngilang,"

"Ane yang bawa Amel ke sini,"

"Amel?"

"Nama cewek yang udah ente rusak masa depannya,"

"Gue bakalan tanggung jawab,"

"Telat,"

"Gak, intinya gue bakal tanggung jawab,"

"Ikut ane,"

•••

Hari ini begitu mengejutkan, siapa sangka kejadian tak terduga memang selalu datang diakhir. Kini Raka yang berada di kursi yang ditempati Saddam tadi, para tamu pun sedikit dibuat kebingungan. Tapi untungnya Kiyai Lutfi bisa menangani ini semua.

Sedangkan Athira sedang sibuk dengan pekerjaannya, dia sebenernya terkejut. Orang yang dulunya dijodohkan dengan dirinya, ternyata sekarang menikah. Benar kata orang, kalau bukan jodoh. Mau bagaimana pun pasti tidak bakalan menyatu.

Tak terasa acara telah selesai, lambat laun tamu undangan pun sudah pulang. Ada pula yang masih berbincang dengan Kiyai.

"Aa',"

"Kenapa Sar?"

"Sarah kasian deh sama Aa',"

"Kenapa?"

"Perjodohan sama Ustadzah Arumi batal, nikah sama Amel juga batal. Kasian deh," ledek Sarah terkekeh kecil.

"Makanya, dibilang nikah sama Ustadzah Arumi saja. Ini bandel,"

"Namanya juga bukan jodoh,"

"Iyain, selamat menikmati masa jomblo yang diperpanjang," ujar Sarah meninggalkan kakaknya itu.

"Siapa bilang, orang saya mau ngelamar cewek," gumamnya.

"Siapa Aa'?" tanya Sarah memutar tubuhnya 180 derajat.

"Liat aja nanti,"

Athira diam, dia tak sengaja mendengar perbincangan kakak beradik itu. "Baru juga seneng pernikahannya batal, eh ini dianya mau ngelamar orang lain. Gak beruntung banget gue," batin Athira. Dia lebih memilih pergi dari hadapan keduanya, sebelum hatinya lebih dalam tersakiti.

"Athira!" panggil Saddam.

"Jangan nyaut Athira jangan," batinnya.

"Athira! Tunggu!"

"Kenapa Gus?" tanya Athira menghadap Saddam.

"Erga di mana?" tanya nya melirik samping, matanya berusaha untuk tidak menatap Athira.

"Gak tau Gus, ada apa yah,"

"Ada sesuatu yang mau diomongin, penting,"

"Apa?"

Impian Athira Where stories live. Discover now