Bab 18

5.6K 531 6
                                    

Welcome to Impian Athira ...
Vote dulu!

Happy Reading!!

••••

Suasana di mobil ini tak seperti biasa, yang dulunya ramai dengan pertengkaran kecil antara Athira dan Irgi telah hilang. Keluarga ini pun sedikit canggung karen terlalu banyak perdebatan diantara mereka, ditambah tak ada kehadiran Erga di Aini.

Erga adalah pemersatu keluarga ini jika terdapat keributan kecil, tapi pemersatu itu tidak ada di sini. Membuat kelurga terpecah berai.

"Athira rindu Bang Erga," gumamnya menatap jalan raya malam itu.

"Athira! Nanti Papi sama Mami duluan yang turun. Inget pakai jaket, masker sama kaca mata," peringat Erlan saat mobil mereka memasuki pekarangan restoran itu.

"Dan Irgi, jaga adikmu. Jangan biarkan dia kabur,"

Irgi mengangguk kecil, "Iya Pi,"

"Kita sudah sampai Pak," ujar Abraham.

"Ayo Mi," ajak Erlan keluar dari mobil.

Setelah kepergian kedua orang tuanya, Athira terpaksa memakai masker dan kaca mata.

"Pakai jaket lo," titah Irgi.

Athira menatap jaket dipangkuannya, itu milik Saddam. Sosok yang diklaimnya sebagai calon Imam-nya kelak.

"Buru!"

"Iyaa!"

"Gue pinjem lagi yah Dam,"

Restoran ini terlihat agak sepi, membuat Erlan sedikit lega, dengan ini kedatangan mereka tidak terlalu terekspos.

"Lelet amat si jalan lo," decak Irgi di sampingnya.

"Yah kalo lo mau duluan, yah duluan aja," sahut Athira malas. Tanpa ba, bi, bu, Irgi langsung berjalan mendahuluinya, meninggalkan Athira.

"Kenapa semua orang berubah," cicit Athira menahan genangan air itu untuk menetes.

"Non saya boleh bicara," ucap Abraham belakangnya.

"Yaa," sahut Athira.

"Apa yang dilakukan Non benar, tapi Papi non juga benar, dia hanya tidak mau di cap jelek,"

"Apa ketika seseorang memutuskan untuk berhijab itu salah? Apakah akan di cap jelek?"

"Mungkin dicap kampungan Non,"

"Stop," ... "Lo gak perlu ikut campur, di mana meja-nya,"

Setelah beberapa saat, Athira telah duduk di samping Mami-nya. Di depan sana ada sosok lelaki parubayah seumuran dengan Papi-nya. Mereka terlihat sangat dekat, seperti dua sahabat yang baru saja bertemu.

Begitu-pun dengan Mami-nya, mereka terlihat larut dengan perbincangan mereka. Yang satu berbicara bisnis, yang satu berbicara fashion.

"Athira muak," cicitnya.

"Oh iya, anak mu kenapa belum dateng juga,"

"Mungkin sudah dekat,"

"Maaf Raka telat," ujar cowok dengan suara baritonnya. Semua pasang mata melirik ke arah cowok itu.

"Raka,"

"Athira,"

"Kalian saling kenal?"

"Iya Yah, Athira adik kelas aku,"

"Wahh, kebetulan sekali," ujarnya tersenyum senang.

"Sebaiknya kita pesan makanan dulu," ujar Abi disetujui semuanya.

Impian Athira Where stories live. Discover now