Bab 31

6.3K 571 30
                                    

Welcome to Impian Athira ...
Vote dulu!

Happy Reading!!

••••

Saddam baru saja selesai sholat Ashar, sedangkan Athira masih menikmati alam bawah sadarnya. Saddam meliriknya sejenak, lalu menengadahkan tangan untuk berdoa. Setelah seperkian menit berlalu Saddam beralih mengambil Al-Qur'an di rak kitab-kitab yang tersusun di kamarnya itu.

Mata Athira mengerijap, dia terperanjat. Lalu menatap sekeliling, dia sangat asing dengan tempat itu. Tapi telinganya terasa tentram saat mendengar lantunan ayat suci Al-Qur'an yang dibacakan seseorang di depan sana.

"Gus Saddam," cicitnya. Dia menatap serius punggung lelaki yang sekarang menyandang sebagai tunangannya.

"Gue jadi merasa gak pantes," gumamnya.

"Dia ibarat berlian, sedangkan gue. Bagaikan pasir di tengah lautan," timpalnya.

"Udah, jangan banding-bandingin," ujar seseorang membuyarkan lamunan Athira.

"Ehh, Gus,"

"Eumm, Ra," panggil Saddam.

"Iya, kenapa Gus?"

"Saya bukan maksud buat ngusir, tapi kan kita belum mahrom nih. Gak bagus berduaan, jadi sebaiknya kamu kembali ke kamar mu saja yah," ucap Saddam setelah diam sejenak.

"Ehh, iya. Maaf Gus," ujar Athira berdiri.

"Permisi Gus, aku ke kamar dulu,"

"Tunggu sebentar,"

Athira membalikkan tubuhnya, "Ada apa Gus?"

Saddam terlihat membuka laci di dekat kasurnya, sepertinya ada sesuatu yang dicarinya.

"Ini, simpan baik-baik," ujar Saddam memberikan tasbih gaharu.

"Ini kan-"

"Iya, ini yang biasa saya pakai. Ini khusus buat kamu, kan kamu calon istri saya,"

Athira hanya bisa menunduk, "Makasih Gus,"

"Inget jangan hilang, jangan kasih ke siapa pun," peringat Saddam.

"Iya Gus, Insya Allah. Aku pamit yah Gus," ujar Athira membalikkan badannya. Tangan kanannya menggenggam erat tasbih itu.

•••

"Permisi Ra," ucap santri wati mendahului Athira.

Athira dibuat bingung, tak biasanya ada santri yang bersikap demikian kepadanya. Dia berusaha bersikap acuh, mungkin kebetulan saja, pikirnya.

"Assalamu'alaikum,"

"Wa'alaikumussalam, Ning Sarah, kamu,"

Sarah diam, dia memperhatikan tasbih di tangan kanan Athira. Dia yakin, itu milik kakaknya, Saddam.

"Itu punya A' Saddam kan," gumam Sarah menunjuk tasbih itu.

"Oh, ini. Iya kenaps Ning?"

"Kamu nyuri yah?"

"Ehh, enggak,"

"Udah ngaku aja,"

"Beneran enggak, suer,"

"Bo'ong pasti," ... "Sini," titah Sarah merampas paksa tasbih itu.

"Ih, jangan Ning. Ini dia kasih," sanggah Athira menarik di sisi lain tasbih itu.

"Bohong,"

"Beneran dikasih,"

"Lepas," titah Sarah.

Impian Athira Where stories live. Discover now