Bab 12

6.3K 614 19
                                    

Haii!!
Welcome to story Impian Athira ...
Vote dulu!

Happy Reading!!

••••

"Huff, seger," gumam Saddam setelah keluar dari kamar mandi. Wajahnya yang terkena air terlihat mempesona, membuat siapa saja pasti terkesima. Tapi sayangnya di sini tidak ada siapa pun untuk menikmati pemandangan ini.

"Handuk di mana?" gumamnya melangkahkan kakinya menuju lemari. Tangan kanannya terulur untuk membuka pintu, membuat sebuah amplop putih terjatuh ke lantai.

"Ini apa?" Saddam berjongkok untuk mengambilnya.

Tanpa banyak bicara lagi, Saddam membuka amplop itu. Di dalamnya terdapat sebuah kertas.

"Nak, Umi pengen kamu punya istri, Umi sama Abi udah tua. Umi ada calonnya"

Kira-kira seperti itulah isi surat dari Umi Bilqis. Saddam meningat beberapa hari yang lalu, saat Sarah memberikan amplop itu.

"Maksud Umi siapa," batinnya sembari memasukkan kertas itu ke tempat asalnya, lalu diletakkannya di laci dekat tempat tidur.

•••

"Pengajiannya jam berapa Bi?" tanya Saddam setelah meneguk sebuah kopi susu.

"Jam setengah dua, nanti Ashar di sana," sahut Kiyai membuat Saddam mengangguk kecil.

"Abi udah mendingan?"

"Alhamdulillah,"

Ayah dan anak ini sedang duduk di teras ndalem, memperhatikan santri-santri yang berlalu lalang. Jam pun sudah menunjukkan waktu makan siang, itulah sebabnya mereka berhamburan menuju kantin.

"Aa', Abi, makanan sudah siap," ujar Sarah menghampiri keduanya. Keduanya hanya mengangguk kecil.

•••

Keluarga kecil ini sedang menikmati makan siang bersama, seperti pada umumnya suatu keluarga. Walaupun Sarah mondok di Pesantren abinya sendiri, Sarah tetap menginap di pesantren, tapi kalau sarapan akan ke ndalem. Itu adalah syarat dari Sarah dulu.

"Gimana, sudah kamu buka Dam surat dari Umi?"

"Uhukk, uhukk,"

Sarah memberikan segelas air putih ke kakaknya itu, "Hati-hati Dam," cicit Kiyai.

"Iya, Bi," jawab Saddam setelah meneguk air putih itu.

"Barusan Saddam baca Mi,"

"Jadi gimana?"

"Saddam belum siap Mi, Saddam belum punya pekerjaan tetap, nanti anak-istri Saddam kasih makan apa,"

"Itu perkara gampang Dam, pasti ada jalannya,"

"Saddam boleh tau calonnya siapa?" tanya Saddam berusaha santai, dia bersusah payah menyuap sesendok nasi.

"Ustadzah Arumi," sahut Umi Bilqis tersenyum kecil, begitu pun Sarah.

"Uhukk, uhukk,"

"Aa' bandel, minum,"

Saddam diam sejenak, dia tidak bisa mengekspresikan isi otaknya, "Umi gak salah?"

"Tidak, dia cocok buat kamu Dam,"

"Tapi-"

"Udah lah A', Aa' suka kan sama Ustadzah Arumi, waktu itu aja sampai tau kalau Ustadzah lagi pengen eskrim,"

"Tapi-"

"Kemarin Umi juga udah panggil Ustadzah Arumi, dia cuman diam," ujar Umi Bilqis.

"Abi, Saddam belum siap," adu Saddam kepada abinya.

Impian Athira Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang