chapter 2

1.2K 104 4
                                    

2. Gosip dan pak Asep

.
.
.
.
.
.

Gaduh. Itulah suasana yang pertama kali terlihat ketika melewati kelas JASA. Saat ini kelas mereka sedang free class. Guru mata pelajarannya tidak masuk dan juga tidak ada tugas. Jadinya kelas itu langsung berubah menjadi ramai.

BRAK

"Eh ayam." Latah Jevan saat Agel menggebrak meja. Posisi duduknya yaitu Agam dan Jevan duduk dibelakang Savier dan Agel. Memang sebuah kesalahan jika Agel dan Savier disatukan. Tapi mau bagaimana lagi. Jevan udah lengket sama bangkunya sedangkan Agam sudah mager untuk pindah. Lagian dia juga bisa langsung menendang bangku mereka jika berbuat gaduh.

"Kenapa lagi?" Ujar Agam kalem sambil menulis sesuatu pada bukunya.

Tadi saat Jevan mengintip, ternyata pria itu sedang menghitung jumlah hutang yang dimiliki oleh Agel dan Savier.

Kedua anak itu suka sekali meminjam uang pada Agam. Tapi tidak pernah membayarnya. Jangan bilang Agam rela menyerahkan uangnya begitu saja, dia akan rutin menghitung hutang mereka dan setiap akhir bulan dia akan menagihnya langsung kepada orang tua mereka.

Gak jarang Agel dan Savier terkena omelan dari orang tua mereka. Tapi mereka gak pernah kapok buat minjem uang ke Agam. Karena menurut mereka gak enak kalau makan pake uang sendiri. Jadi mereka gak masalah kena omel yang penting mereka bisa makan gratis.

"Gue dapet gosip yang hot." Seru Agel antusias.

Savier langsung berbalik, Jevan langsung mengambil posisi nyimak, dan Agam langsung menaruh pulpennya diatas buku.

"Apa?" Ujar Savier gak sabaran.

"Kalian tau kan si ketos itu pacaran sama anak band?" Ujar Agel memulai sesi pergibahan.

Jevan, Savier dan Agam mengangguk serentak.

"Katanya mereka dikabarin putus! Putus bro!" Seru Agel gak nyantai.

"Gibah mah gibah aja! Gausah pake muncrat segala!" Marah Jevan sambil mengelap mukanya dengan kemeja Agam.

Agam langsung menjauhkan tubuh Jevan dengan mendorong wajahnya menggunakan telapak tangannya.

"Jorok." Desisnya.

"Dah lanjut." Ujar Savier sambil memukul punggung Agel.

Agel mau marah, tapi hasrat gibahnya sudah menggebu-gebu.

"Kalian tau ga kenapa mereka bisa putus?" Tanya Agel sambil menatap satu persatu temannya.

Mereka bertiga menggeleng serentak.

"Katanya nih ya.... Si cewenya itu ternyata transgender." Ujar Agel sambil memelankan suaranya diakhir kalimat.

"Ha?! Gausah bercanda Lo!" Sentak Savier gak percaya.

Wajah Agam juga berkerut bertanda sedang memikirkan ucapan Agel.

"Trans.... Transgender itu apa?" Tanya Jevan polos.

Agel dan Savier langsung pura-pura ngelanjutin gibahnya. Agam yang melihat itu hanya pasrah.

"Ganti jenis kelamin." Jelas Agam singkat.

Jevan mengerjap polos.

"Ganti kelamin? Berarti 'itu' nya di operasi dong?" Tanyanya lagi.

Agel dan Savier langsung membalikan badannya ke depan ketika mendengar pertanyaan dari Jevan.

"Bukan. Berubah. Dari cowo ke cewe." Jelas Agam lagi.

"Kaya yang suka di lampu merah?"

"Bisa jadi."

"Berarti mantan pacarnya si ketos itu yang suka di lampu merah?" Tanya Jevan makin jauh dari topik.

Agam mendesah frustasi. Dia lalu menendang bangku Agel dan Savier bergantian. Kode untuk membantunya.

Tapi mereka tetap diam. Seolah tak menyadari kode dari Agam.

Agam menendang bangku mereka semakin kencang.

Dengan kesal Savier berbalik, "intinya mantannya si ketos tuh asalnya cowo terus dia berubah jadi cewe." Setelah itu dia kembali menghadap ke depan.

Agam menatap Jevan yang sedang terdiam. Dia tau jika pria itu sedang mencerna ucapan Savier.

Saat Jevan akan membuka mulutnya lagi, seseorang tiba-tiba muncul di pintu kelas.

"Yang namanya Agam dipanggil pak Asep." Setelah itu dia pergi begitu saja.

Agam langsung merasa lega karena orang itu sudah menyelamatkannya dari pertanyaan Jevan. Dengan segera dia bangkit dan keluar.

Agel, Savier dan Jevan menatap punggung Agam yang mulai menjauh dari kelas. Mereka merasa bingung dengan pak Asep. Kan yang sering berbuat ulah mereka, kok yang dipanggil Agam?

===°°°===

Agam berjalan dengan tenang kearah ruang BK. Walaupun dia paling dewasa diantara ketiga temannya yang lain, tapi tak menutup kemungkinan jika dia tidak pernah masuk ruang BK.

Tok tok tok

Setelah mengetuk pintu Agam langsung masuk ke dalam. Dia bisa menemukan pak Asep yang sedang duduk dengan 2 siswa dihadapannya.

"Permisi pak, bapak manggil saya?" Tanya Agam sopan.

Pak Asep mengangguk, "duduk dulu."

Agam segera duduk di sofa paling ujung.

"Nah Agam, kamu pasti kenal mereka kan?" Tanya pak Asep pada Agam.

Agam hanya mengangguk.

"Bagus," pak Asep tersenyum puas. "Saya ingin mulai sekarang kamu berteman dengan mereka berdua." Titah pak Asep.

Agam mengerutkan alisnya tak suka. Dia bisa mengerti tujuan pak Asep.

"Maaf pak, saya gak bisa." Tolak Agam lugas.

"Mereka ini murid baik loh. Arkan si ketua OSIS dan Gama si kapten basket. Mereka cocok sama kamu." Bujuk pak Asep.

"Menurut saya, saya lebih cocok dengan sahabat saya." Bantah Agam.

"Sahabat kamu itu sesat semua gam. Bapak gak mau populasi siswa nakal makin bertambah."

"Ada hak apa bapak menjelek-jelekkan mereka?" Nada suara Agam menajam.

"Saya sebagai guru BK hanya ingin meminimalisir kenakalan para murid. Saya hanya tidak ingin jika kenakalan seperti mereka mempengaruhi banyak murid." Keukeuh pak Asep.

Agam menghela nafasnya lelah. Dia tidak bisa menyalahkan pak Asep karena memang para sahabatnya selalu membuat ulah. Tapi dia juga tidak mau jika harus diatur-atur seperti ini apalagi sampai harus meninggalkan para sahabatnya.

"Maaf pak, begini saja. Biar kami yang ikut dalam pertemanan Agam selama seminggu. Jika selama itu mereka terus berulah maka Bapak bisa memaksa Agam keluar dari pertemanannya. Namun jika mereka tidak berbuat ulah, maka bapak tidak berhak untuk menyuruh Agam berpisah dari sahabatnya."

Arkan. Si ketua OSIS memberi saran. Dia sebagai ketua OSIS memang ingin memberi yang terbaik kepada sekolahnya. Namun jika dengan cara ini menurut Arkan kurang tepat. Karena dirinya pun tidak akan suka jika dipaksa meninggalkan orang yang berharga bagi dirinya.

Pak Asep terdiam sebentar untuk berfikir, tak lama dia mengangguk setuju.

Sementara Agam terdiam memikirkan reaksi para sahabatnya itu. Mereka jarang menerima orang baru di pertemanan mereka. Jadi bagaimana reaksi ketiga temannya jika ada orang baru di pertemanan mereka?

Terlebih lagi Agam gak bisa ceritain masalah ini kepada mereka. Bisa-bisa Agel dan Savier mengamuk jika tau hal ini. Walau sifat mereka abnormal, namun jika menyangkut urusan JASA mereka akan sangat sensitif. Apa yang akan terjadi pada pak Asep jika mereka tau kalau dia mencoba membuat JASA kehilangan sosok ayah?

Tapi yang lebih Agam pikirkan adalah, apakah Arkan dan Gama kuat jika harus bergabung bersama mereka? Agam sih kuat karena sudah lama bersama mereka. Dia jadi gak yakin sama keputusan yang Arkan bikin.







See you..........


JASA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang