chapter 31

780 77 13
                                    

31. Kisah hidup Agam

.
.
.
.
.
.

Air mata Damian terus mengalir tanpa henti. Dia bersimpuh disamping makam itu sambil mengelus nisan yang terpasang apik disana.

"Maaf....." Lirihnya dengan parau.

Hati Damian terasa remuk, dia tidak kuat untuk menahan segala rasa yang dia tanggung.

Penyesalan yang tak berujung membuat Damian tak bisa menghentikan tangisnya. Sudah 2 jam dia berdiam diri disana. Mengeluarkan segala keluh kesahnya melalui air mata. Dia bahkan tidak mempedulikan tatapan orang-orang yang dilayangkan kepadanya.

Yang Damian pedulikan saat ini hanyalah anaknya. Dia ingin Agam kembali.

"Aku minta maaf.... Seandainya aku bisa ikhlas, mungkin anak kita gak akan seperti ini hiks....." Damian terus menerus mengucapkan kata maaf.

Leon hanya menatap miris kearah Damian. Dia tau bagaimana rasanya penyesalan terhadap anak, hati Leon saja masih terasa sakit jika mengingatnya. Walaupun Savier sudah memaafkannya, namun Leon tau jika Savier belum sepenuhnya bisa kembali terbuka kepadanya.

Apalagi Damian? Selama ini dia mempunyai banyak kesempatan untuk meminta maaf pada Agam, namun apa yang pria itu lakukan? Dia malah lebih memilih tenggelam dalam kesedihan dan menyiksa sang anak untuk melampiaskan emosinya.

Terus jika sudah seperti ini, siapa yang bisa disalahkan?

Memang kepergian orang yang disayang itu sangat menyakitkan. Tapi apakah wajar jika Damian menyalahkan kepergian sang istri kepada anaknya? Sudah menjadi resiko bukan bagi seorang ibu untuk mempertaruhkan nyawanya demi melahirkan sang anak?

Bahkan Leon masih ingat saat dimana Damian tersenyum lebar ketika mengetahui jika dia akan menjadi seorang ayah.

"Gue bakal jadi seorang ayah Yon!" Teriakan Damian disertai raut bahagianya masih terbayang dibenak Leon.

Protektif. Itulah yang dilakukan Damian selama kehamilan Kinan--istrinya. Dia bahkan tidak pernah meninggalkan rumah jika tidak ada kepentingan mendesak.

Damian selalu mengajak anaknya yang saat itu masih didalam kandungan Kinan untuk berbicara. Dia selalu menyukai setiap interaksinya dengan sang anak.

Tapi semuanya berubah saat Kinan dinyatakan meninggal dunia setelah melahirkan Agam. Anak yang selalu dia nantikan berubah menjadi anak yang paling dia benci.

Saat itu Mira masih hidup, wanita itu yang menjaga dan merawat Agam walau dia sedang mengandung Jevan.

Romeo bahkan tidak marah, dia justru ikut merawat Agam. Melindungi bayi mungil itu dari amarah Damian yang tidak terkontrol.

Sekarang Damian hanya bisa berharap jika Agam mau kembali membuka matanya dan memaafkannya.

Damian berjanji akan menebus semua waktu yang telah dia sia-siakan. Dia akan membawa Agam berlibur keliling dunia. Memasakkan makanan untuk Agam. Mengantarnya ke sekolah. Bermain bola bersama. Ya, Damian akan melakukan semua itu.

Setelah dirasa cukup, Damian mulai berdiri. Dia menepuk-nepuk celananya yang kotor karena banyak tanah yang menempel disana. Menatap nisan itu sekali lagi, setelahnya Damian pergi meninggalkan pemakaman itu.

JASA [TAMAT]Where stories live. Discover now