chapter 10

891 98 0
                                    

10. Pou dan Revan

.
.
.
.
.
.

Malam ini mereka berlima sedang kumpul di teras rumah Jevan. Agel dan Savier sedang Mabar, Jevan sedang mengacak-acak rambut Saga, Saga yang sedang memberi makan peliharaan Jevan dan Agam yang sibuk menghitung jumlah orang yang berlalu-lalang didepan rumah Jevan.

"Bang, rambut Abang bau kemenyan." Ujar Jevan tiba-tiba.

"Ppfftt." Agam menahan tawanya. Sudah dia duga jika bau rambut Saga akan bermacam-macam. Karena sejak tadi Saga belum juga keramas.

Karena prinsip Saga yaitu, 'mandi pagi, ganti baju siang, keramas 2 hari sekali.'

Jadi siap-siap aja bau rambut Saga akan seperti itu selama 2 hari kedepan.

"Enak aja! Rambut Abang wangi tau. Tadi pagi baru keramas." Sewot Saga.

Jevan hanya mencebikan bibirnya kesal.

Brumm

Bunyi deru motor dan sorot cahaya langsung membuat mata mereka menyipit. Tak lama setelah motor itu terparkir, bunyi motor itu mati diikuti oleh padamnya cahaya dari motor itu.

"Ga!" Sapa orang itu.

Saga masih mengerjapkan matanya untuk menyesuaikan pengelihatannya.

"Gila van! Motor Lo berasa pake cahaya ilahi. Sampai sepet mata gue." Omel Saga pada orang itu.

"Ha?" Tanya Jevan bingung.

Saga menyentil dahi Jevan gemas.

"Revan cil, bukan Jevan. Gausah kegeeran mangkanya."

Jevan mengangguk paham. Pria itu kembali melanjutkan kegiatannya yaitu memberi makan Pou. Sedari tadi Saga telah memberi makan dan memandikan kedua kucingnya. Jadi sekarang dia mengurusi Pou nya.

Agam yang merasa bosan karena sudah tidak ada yang lewat lagi akhirnya lebih memilih menyimak obrolan Saga dan temannya itu. Sepertinya Agam mulai ketularan kebiasaan sesat Jevan.

"Besok Minggu bro." Ujar Saga sambil menepuk pundak Revan.

Revan hanya memandang Saga dengan aneh.

"Terus?" Tanyanya singkat.

Revan ini 11 12 sama Agam. Irit bicara.

"Berarti libur dong." Lanjut Saga.

Revan masih diam. Pria itu mencoba menebak kemana arah dari pembicaraan Saga itu.

"Terus?"

"Terus besok gue mau tidur seharian." Ujar Saga sambil menepuk dadanya bangga.

Revan memijat pelipisnya lelah. Jadi dia disuruh datang kesini malam-malam hanya untuk mendengarkan perkataan 'bermutu' Saga?

Diam-diam Agam merasa bersyukur karena memiliki teman seperti Agel, Savier dan Jevan. Dia merasa kasian dengan temannya Saga yang harus ekstra sabar untuk menghadapi sikap Saga yang 2 kali lebih barbar daripada Agel dan Savier.

"Udah?" Tanya Revan dengan nada rendahnya.

Saga menyengir. Dia tau pasti Revan sedang menahan emosinya.

"Yes! Gue menang!" Seru Savier sambil berjingkrak-jingkrak.

"Lo pasti curang! Gue tau Lo terbang kan tadi?!" Tuduh Agel yang merasa tak terima karena kalah.

"Mana bisa ager! Dikata kita lagi Mabar Sakurani bisa terbang segala."

Ager adalah sebutan dari Savier kalau anak itu udah ngerasa gedeg sama sikap Agel.

JASA [TAMAT]Where stories live. Discover now