chapter 25

699 78 17
                                    

25. Kesedihan Leon

.
.
.
.
.
.

Saat ini Jevan sedang duduk dengan kepala yang tertunduk dihadapan Romeo. Ruang tamu dirumah Jevan itu menjadi tegang karena Romeo masih menatap tajam kearah Jevan.

"Jelasin." Suara Romeo terdengar berat.

Jevan sibuk meremas-remas jarinya untuk menghilangkan kegugupannya.

"Jevan cuma kepo....." Cicit anak itu dengan kepala yang masih tertunduk.

"Kepo? Kamu bahayain diri sendiri hanya karena kepo?! Masih untung disana ada Gama yang jagain kamu? Kalau enggak? Jevan bisa jamin kalau balok kayu itu gak bakal kena kepala Jevan?!" Rentetan amarah Romeo menggema diruang tamu itu.

Air mata sudah menggenang di pelupuk mata Jevan, anak itu masih setia menunduk.

Agam yang melihat sahabatnya ketakutan pun langsung angkat bicara, "maaf dad, ini juga salah Agam, Agam lalai jagain Jevan sampai Jevan lolos dari pengawasan."

Pandangan Romeo beralih kearah Agam. Tatapan matanya masih tajam.

"Siapa yang suruh kamu ngomong?" Tanyanya datar.

Agam menelan ludahnya dengan gugup, Romeo jika sudah marah akan sangat menakutkan.

"Sekarang masuk ke kamar, jangan keluar sebelum Daddy suruh."

Tanpa aba-aba Jevan langsung berlari ke kamarnya. Suara gebrakan tanda pintu ditutup dengan kencang terdengar sampai ruang tamu.

"Harusnya Lo jangan terlalu keras ke anak Lo," nasehat Leon yang sedari tadi menyimak bersama yang lain.

"Tau apa Lo soal anak? Anak Lo aja kami yang urus," ketus Romeo.

Suasana langsung hening. Perkataan Romeo langsung menusuk perasaan Leon.

Farel hanya diam. Dia tau sahabatnya itu sedang emosi. Jika Romeo sedang emosi memang sangat menyeramkan.

Savier yang merasa tak nyaman dengan arah tujuan pembicaraan pun memutuskan untuk pergi keluar. Pria itu berencana untuk mengambil es krimnya yang berada di kulkas rumahnya.

Namun saat pria itu hendak menyeberang....

Tin

Tin

"DEN SAPIER!! MINGGIR! REM NYA BLONG LAGI!!" Teriak mang Udin panik.

Savier langsung menoleh, mata pemuda itu melotot kaget. Saat hendak menghindar, sepertinya sudah terlambat. Savier pun terserempet hingga nyusruk ke semak-semak.

"Aduh....." Ringisnya.

Matanya sudah berkaca-kaca. Entahlah, perasaan Savier tiba-tiba saja menjadi sensitif. Pemuda itu hanya duduk diam diantara semak-semak sambil sesenggukan.

"SAVIER!"

"SAPI!"

Teriak Agam, Agel, Saga, Romeo, Farel dan Leon. Mereka semua langsung berlari keluar ketika mendengar teriakan mang Udin disusul suara tabrakan yang lumayan kencang.

JASA [TAMAT]Onde histórias criam vida. Descubra agora