chapter 26

703 77 12
                                    

26. Garel

.
.
.
.
.
.

Garel, kakak dari Farel. Pria itu memiliki wajah yang tak kalah tampan dari para ayahnya JASA. Bedanya pria itu memiliki sifat yang berbanding terbalik dengan Farel. Jika Farel pecicilan, maka Garel kaku.

Garel memiliki satu anak kandung, yaitu Reksa. Seperti kata pepatah yang mengatakan 'buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.'. Maka Reksa pun memiliki sifat yang 11 12 dengan ayahnya.

Mereka melangkahkan kakinya memasuki kediaman Romeo yang tampak ramai dari luar. Diikuti seorang gadis yang mengikuti langkah mereka dengan cemberut.

"Assalamualaikum." Salam Garel dan Reksa secara serempak.

Wajah orang-orang yang berada diruang tamu itu langsung menoleh kearah mereka.

"Bang Garel?" Sahut Farel yang tak percaya dengan kehadiran sang kakak yang datang dengan tiba-tiba.

Garel tetap memasang wajah lempengnya. Dia kemudian duduk disebelah Savier.

Reksa pun duduk disebelah Agel. Sedangkan satu-satunya gadis yang berada disana hanya berdiri. Dia tidak mendapatkan tempat yang kosong lagi.

"Siapa tuh?" Tanya Agel yang baru melihat sosok gadis yang dibawa oleh Garel.

Gadis yang ditanya langsung memasang wajah polosnya, "halo, nama aku Gisella Anastasia. Aku anaknya ayah Garel." Ujarnya sambil tersenyum manis.

"Hah?!" Sahut orang-orang yang mendengar perkataan dari Gisel.

"Kakak Gisel mukanya kaya nenek-nenek." Bisik Jevan dengan pelan ditelinga Savier. Anak itu masih berada diatas pangkuan Savier.

"Ppfftt..." Savier menahan tawanya mati-matian. Dia langsung menutup mulut Jevan karena Garel berada tepat disebelah mereka.

"Abang ih, Jevan bener kan? Pipinya juga merah kaya abis ditampar." Lanjutnya lagi tanpa dosa.

"Napa sih?" Tanya Saga yang heran melihat sang adik dan Savier yang sedang berbisik-bisik ria ditambah dengan suara cekikikan Savier yang mirip tikus kejepit.

"Enggak bang, Jevan lagi ngomongin ondel-ondel tadi." Sahut Savier.

Saga memicingkan matanya curiga, kemudian dia menaikkan bahunya acuh.

"Jangan gitu ah, gak enak ada bapaknya disebelah." Ujar Savier sambil mengelus rambut Jevan.

Gak tau aja dia kalau Garel lagi nahan ketawanya. Dia tentu saja bisa mendengar suara bisik-bisik Jevan.

Garel langsung mengangkat tubuh Jevan dari atas pangkuan Savier. Jevan terpekik kecil, dia mengeratkan pelukannya pada Savier.

"Aaaa.... Jangan angkat-angkat Jevan." Rengeknya.

Jevan kan takut, dia baru aja ngomongin anaknya Garel.

Garel menatap kearah Savier seolah mengatakan jika dia harus melepaskan Jevan. Dengan was-was Savier melepaskan cengkraman Jevan pada bajunya.

"Jevan sama om Garel ya? Om Garel kan baik." Bujuknya.

Jevan mulai melepaskan cengkramamnya. Tubuh mungilnya akhirnya berpindah keatas pangkuan Garel.

Garel segera memeluk tubuh Jevan dengan gemas. Dia sangat merindukan para bocah yang berada disini. Maklum, anaknya sedatar tembok. Jadi dia sengaja bawa anaknya kesini, siapa tau ketularan gemesnya Jevan atau absurdnya Agel serta Savier. Kalau Agam sih jangan ditanya, sama aja kaya anaknya. Datar.

"Ekhem, jadi kapan Lo punya anak lagi? Mana udah besar pula." Tanya Farel sambil melirik Gisel.

Garel menatap malas kearah Farel. Bisa tidak dia diam dulu, Garel kan lagi temu kangen sama keponakannya yang paling gemes.

JASA [TAMAT]Where stories live. Discover now