chapter 32

790 83 6
                                    

32. Kebahagiaan Agam

.
.
.
.
.
.

"Anak ayah lagi istirahat ya? Pasti Agam capek sama ayah." Lirih Damian sambil mengelus rambut Agam dengan lembut.

Saat ini hanya ada mereka berdua. Damian selalu menjaga Agam. Dia ingin menjadi orang yang pertama kali dilihat oleh Agam saat anak itu mulai membuka matanya.

Hanya suara dari mesin EKG yang membuat suasana didalam ruang rawat Agam tidak terlalu hening. Damian menatap wajah anaknya dengan intens. Dia bisa melihat jika Agam memiliki wajah gagah sepertinya. Namun bibir dan mata mirip seperti Kinan.

Sejujurnya Damian merasa asing dengan wajah anaknya sendiri. Damian akui jika dia tidak pernah memperhatikan anaknya dari dulu. Bahkan dia selalu pergi selama berbulan-bulan tanpa mempedulikan kondisi sang anak yang dia tinggalkan sendiri.

Kepala Damian tertunduk. Matanya kembali memanas. Dia terisak pelan. Apa yang telah dia lakukan selama ini? Kinan bahkan sudah mempertaruhkan nyawanya demi melahirkan Agam. Namun dia malah menyia-nyiakan pengorbanan sang istri.

Damian merasa malu. Dia datang begitu saja seakan-akan tidak pernah melakukan hal yang buruk. Bahkan Damian tidak bisa melupakan tatapan ketakutan Jevan dan tatapan terkejut dari Agel ketika pertama kali bertemu dengannya setelah 3 tahun tidak bertemu.

Untuk Agam sendiri, Damian tidak pernah memunculkan dirinya dihadapan sang anak. Dia takut, takut akan kembali melampiaskan emosinya pada Agam. Bahkan saat di pengadilan itulah pertemuan pertama mereka setelah 3 tahun berpisah.

Jari telunjuk Agam mulai bergerak. Kedua matanya secara perlahan mulai terbuka. Agam mencoba untuk menjernihkan pandangannya. Dia meringis ketika merasakan sakit di kepalanya.

Mendengar suara ringisan yang tak asing bagi Damian, pria itu segera mengangkat kepalanya. Dia terkejut ketika menyadari jika sang anak sudah sadar.

"A-agam? Agam bisa denger ayah?" Tanya Damian terbata-bata.

Matanya memanas menahan haru yang menyeruak didalam hatinya. Damian bersyukur bisa kembali melihat bola mata kecoklatan milik Agam yang sama persis sepertinya.

Agam mengerjapkan matanya. Dia tidak salah mengenali orang kan? Apakah efek kecelakaan yang dia alami menyebabkan fungsi mata dan telinganya menjadi sedikit bermasalah?

Tidak mungkin kan ayahnya mau menunggunya untuk sadar? Bahkan Agam tadi mendengar jika ayahnya baru saja menyebut dirinya sendiri dengan sebutan 'ayah'.

Sepertinya Agam masih dibawah pengaruh obat bius.

"Agam, hey nak, kenapa diam aja? Ada yang sakit hm? Ayo bilang sama ayah."

Uhuk uhuk

Agam spontan terbatuk saat menyadari jika dia tidak sedang berhalusinasi. Dia bisa merasakan tatapan khawatir dan suara lembut Damian begitu nyata.

Tes

Bukan suara yang menjelaskan apa yang dirasakan oleh Agam. Tapi air matanya yang menjelaskan. Anak itu menangis. Meluapkan semua emosi yang dia rasakan.

Damian menutup rapat mulutnya saat melihat jika sang anak menangis. Apakah segitu besarnya efek yang dia berikan pada Agam?

Dengan perlahan Damian naik keatas brankar tempat dimana Agam berbaring. Dia menidurkan tubuhnya disebelah Agam. Dengan lembut Damian memeluk tubuh Agam.

JASA [TAMAT]Where stories live. Discover now