chapter 16

803 91 2
                                    

16. Masih soal Agel

.
.
.
.
.
.

Siang ini, Agel sudah diperbolehkan pulang setelah dirawat selama 2 hari. Masalah Nia kemarin tidak ada penyelesaian apa-apa karena Nia tidak ingin meminta maaf kepada Agel dan Agel pun tidak ingin berniat untuk bertemu dengan Nia lagi.

Dengan senyum lebarnya, Agel melangkah masuk kedalam rumah dan duduk di rumah tamu. Pria itu langsung merebahkan tubuhnya diatas sofa sambil menonton TV.

Farel yang melihat tingkah sang anak hanya menggeleng pelan dan melanjutkan langkahnya kearah kamar. Tak lama, Jevan, Agam, Savier, dan Saga datang. Mereka tidak bisa ikut menjemput kepulangan Agel karena sekolah.

"Woy bro, gimana kabar Lo?" Sapa Savier sambil ikut duduk di dekat Agel.

"Alhamdulillah gue baik. Jatoh dari tangga mah kecil buat gue." Jawab Agel sambil tersenyum remeh.

"Iya ya, bahkan setelah masuk kedalam jurang pun Lo tetep bisa bernapas ya?" Savier mengangguk menyetujui.

"Agel, kalau mau jatoh lagi ajak Jevan ya? Soalnya Jevan pengen nyobain rasanya jatoh sampai masuk rumah sakit kaya Agel." Ucap Jevan polos sambil menggoyang goyangkan tangan Agel.

TAK

"Mulutnya. Gausah ngadi ngadi Lo!" Omel Saga sambil menyentil mulut Jevan.

"Kan waktu itu Lo udah pernah jatoh dari pohon karet cil, harusnya pas itu Lo minta dibawa ke rumah sakit." Ucap Agel.

Pria itu lalu merubah posisi dari tiduran menjadi duduk sambil bersandar.

Jevan terlihat terdiam sebentar, "kalau gitu, Jevan mau balik ke kebun kemaren aja. Abis itu jatohin diri lagi. Nanti kalian bawa Jevan ke rumah sakit ya?" Ujarnya sambil menatap satu persatu wajah teman-temannya.

Saga mengusap wajahnya frustasi.

"Dah! Dah! Ganti topik!" Seru Savier sambil menepuk tangannya.

"......." Tidak ada yang berbicara. Karena sejujurnya mereka pun sudah tidak punya topik lain.

"Tik tik tik......
Bunyi hujan diatas genting-"

"Genteng cil bukan genting." Potong Agel menghentikan nyanyian gabut Jevan.

"Lah bener kok, genting bukan genteng." Bantah Jevan yang merasa tidak setuju dengan perkataan Agel tadi.

"Genteng! Apaan tuh genting, gue baru denger."

"Tapi Jevan dengernya genting, agelll."

"Heh, sehari-hari orang bilangnya apa? Genteng kan? Gak ada tuh yang pake genting."

"Ge-"

"Udah deh! Mau genting, genteng, gentong sekalian gue gak peduli! Yang gue peduliin sekarang cuma perut gue! Gue laper!" Teriak Savier gak tau malu.

Pria itu segera berlalu ke meja makan dan membuka tudung saji. Dia langsung tersenyum kecut ketika menyadari tidak ada sedikitpun makanan disana.

JASA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang