chapter 17

721 84 3
                                    

17. Kekecewaan Savier

.
.
.
.
.
.

Sore ini JASA sudah berada di parkiran sekolah untuk bersiap-siap pulang. Arkan dan Gama tidak ikut mereka karena urusan masing-masing. Gama yang ingin latihan basket dan Arkan yang katanya ada keperluan penting.

Jadi mereka saat ini tinggal berempat. Seperti biasa.

"Gak ada bedanya ya kalau Arkan dan Gama hadir diantara kita. Mereka gak ikut kita aja rasanya biasa aja." Oceh Agel sambil memasang helm nya.

Jevan mengangguk setuju.

"Iya, untung sekarang hari terakhir. Jadi abis itu kita bisa bebas kaya dulu." Setuju Savier.

Namun sebelum pria itu menaiki motornya, ponsel Savier bergetar tanda ada pesan masuk.

Mama❤️
Sa, mama pulang hari ini ya? Maafin mama yang belakangan ini gak ada kabar.

Setelah membaca pesan dari mamanya, Savier langsung melompat-lompat bahagia. Dia bahkan berjoget-joget tak tau malu di parkiran.

Agel, Agam dan Jevan sampai dibuat malu dengan kelakuan Savier yang kaya monyet itu.

"Lo itu kodratnya udah jadi sapi bukan monyet." Seru Agel sambil menghentikan aksi gila Savier.

"Ager! Mama gue pulang woy!" Teriaknya sambil memeluk Agel dengan erat.

"I-iya lepas-sin gue. Gu-e kecekek." Ujar Agel terbata-bata karena pelukan Savier yang sangat kencang.

Sambil cengengesan, Savier melepaskan pelukannya. Dia menepuk pundak Agel sebagai permintaan maaf.

"Kalian duluan aja. Gue mau mampir ke kafe mau beli makanan buat Mama." Terang Savier yang masih mempertahankan senyum bahagianya.

Agam menggeleng tegas. "Kita ikut!" Titahnya tak terbantahkan.

Savier mengangguk saja. Dia mana bisa membantah perintah Agam.

Sesampainya di kafe, mereka berempat langsung masuk. Agel, Agam dan Jevan menunggu di kursi dekat pintu masuk sedangkan Savier pergi menuju tempat pemesanan.

Agel, Agam dan Jevan menunggu sambil berbincang. Tapi tatapan Jevan seketika terpaku pada sesuatu.

"Itu papa ya?" Tanyanya sambil menunjuk kearah sosok yang dia sebut tadi.

Agel dan Agam langsung menoleh kearah tempat yang ditunjuk oleh Jevan.

Pandangan mereka ikut terpaku melihat pria itu. Itu memang benar. Papa Savier berada disini, tapi dia tidak sendiri. Dia sedang bersama anak lelaki lain dihadapannya. Interaksi mereka sangat akrab layaknya ayah dan anak.

"Itu bukannya......"

"Udah, jangan diliatin lagi. Nanti Savier tau. Kita biarin aja dulu, kalau udah jelas baru kita kasih tau dia." Potong Agam sambil kembali menunduk untuk membaca bukunya.

Walau ragu, Jevan dan Agel ikut mengalihkan pandangannya kearah lain.

"Udah yok!" Savier tiba-tiba saja datang sambil menenteng beberapa kantung.

JASA [TAMAT]Where stories live. Discover now