chapter 9

844 96 7
                                    

9. Kebun karet pt.2

.
.
.
.
.
.

Saat ini Jevan, Agel, Savier, Agam dan Saga sedang nongkrong di kebun karet. Sebenarnya Agel, Agam dan Savier malas untuk balik lagi ke tempat ini. Tapi karena paksaan Jevan mereka jadi harus balik lagi ke kebun itu.

"Lo mau ngapain sih disini?" Tanya Agel yang sudah cape karena dari 30 menit yang lalu Jevan celingak-celinguk seperti sedang mencari sesuatu.

"Pohon mangga nya mana?" Tanyanya polos.

"Lah iya, dimana gel? Kok gaada." Ujar Saga ikut-ikutan.

Agam diam-diam merasa sangat menyesal karena tidak jadi pingsan. Harusnya rencana semalam dia jalani saja. Toh Jevan nya aja gak datang.

"Noh pohon mangga." Tunjuk Agel secara asal kearah atas.

Jevan dengan polosnya ikut mendongak.

"Jangan bilang pohon mangga ini salah satu rencana Lo?" Tanya Saga yang mulai konek.

Agel mengangguk malas.

"Ck bilang dong dari tadi. Tau gini mending gue ke toko buah daripada ikut ngegembel bareng kalian." Omel Saga sambil berkacak pinggang.

"Lah Abang gak nanya tuh. Salah sendiri main naik keatas motor si sapi." Balas Agel yang gak terima disalahin.

"Berani Lo nyolot sama yang lebih tua? Bener kan kata gue, gabung sama kalian tuh bikin gue tambah dosa."

"Abang kaya cewe pms. Jangan-jangan Abang-"

"Jangan-jangan apa hah?! Lama lama gue bawa pergi adek gue dari kalian. Bisa ikutan sesat Adek gue kalau kelamaan sama kalian."

Agam dan Savier hanya diam menyimak perdebatan kedua tetangga itu. Mereka tidak ingin menghabiskan tenaga hanya untuk berbicara omong kosong seperti itu.

"AGEL!! MANA MANGGA NYA?!" Teriak seseorang mengalihkan perhatian mereka.

"ASTAGHFIRULLAH! ADEK GUEE!!" Histeris Saga saat melihat Jevan sedang duduk anteng diatas salah satu dahan pohon karet.

Agam, Agel dan Savier tak kalah paniknya. Pohon yang dinaikin Jevan lumayan tinggi. Mereka jadi bingung gimana cara Jevan naik dan gimana cara nurunin Jevan.

"Pan! Turun pan! Nanti jatoh terus Abang yang kena potong jatah bulanan!" Teriak Saga sambil menggoyang goyang pohon karetnya.

"Ab-abang jangan di goyang goyangin! Nanti Jevan jatoh!" Teriak Jevan sambil memeluk pohon karet dengan erat.

Tak lama kemudian

BRUK

"JEVAN!" Teriak mereka kompak saat tubuh Jevan melayang dengan indahnya dari atas pohon.

"HUAAA......" Tangis Jevan kencang.

Saga segera menarik tubuh Jevan keluar dari semak-semak. Dia membantu Jevan untuk bangun dan menepuk nepuk badan Jevan untuk membersihkan rumput-rumput kering yang menempel di tubuh adiknya itu.

"Cup cup cup. Adik Abang yang ganteng udah dong nangisnya." Hibur Saga sambil mengusap air mata di pipi Jevan.

"Pung-punggung Jevan sakit hiks...." Adunya.

"Lo sih bang, maen goyang goyang pohonnya. Dah tau Ade Lo lagi cosplay jadi monyet." Omel Agel sambil mengusap-usap kepala Jevan.

"Yang nunjuk pohon mangga ada diatas siapa?" Saga menyerang balik.

"Kan-"

"Udah udah! Si bocil bukannya diurus malahan berantem terus." Lerai Savier yang sudah merasa kasian dengan Jevan.

Agam segera menarik tangan Jevan. Pria itu mengusap-usap punggung Jevan pelan.

"Udah ya? Nanti gue beliin boneka yang banyak sama biarin Lo dengerin orang gibah selama seminggu." Bujuk Agam.

Pria itu hanya akan berbicara panjang jika menyangkut salah satu dari sahabatnya itu.

Mendengar penawaran dari Agam, Jevan segera memberhentikan tangisnya.

"Hiks.... Beneran? Agam gak bohong kan?" Tanya Jevan berusaha meyakinkan.

Agam mengangguk.

Jevan langsung tersenyum senang.

Agam ikut tersenyum melihat tingkah Jevan. Seandainya dia bisa mengadopsi Jevan menjadi adik, dia akan berusaha menjadi sosok kakak yang lebih berakhlak dibandingkan Saga.

"Lo ikut motor gue, biar motor Lo dibawa bang Saga." Titah Agam.

Setelah itu mereka berempat langsung pergi meninggalkan kebun karet.

Sesampainya di rumah Jevan, mereka segera memarkirkan motornya masing-masing. Saga tidak langsung ikut masuk bersama yang lainnya, dia ingin ke warung dekat rumah Agam untuk membeli minyak urut.

Jevan, Agel, Savier dan Agam sedang duduk diruang tamu. Agam sedang membantu Jevan membuka bajunya untuk memberikan obat di punggung pria itu.

BRAK

Suara kencang itu membuat mereka serempak menoleh ke luar. Mereka bisa mendengar ada keributan diluar sana. Tak lama, Saga masuk kedalam dengan jalan yang setengah pincang.

"Kenapa Lo bang?" Tanya Savier yang merasa aneh dengan cara berjalan Saga. Perasaan tadi pria itu berjalan dengan biasa. Kok sekarang jadi pincang begitu.

"Diseruduk motor mang Udin gue." Curhatnya.

Seketika suara tawa terdengar nyaring di ruangan itu. Agel dan Savier tertawa paling kencang. Jangan tanyakan Jevan, pria itu bahkan sudah selonjoran dilantai sambil memukul-mukul paha Agam. Dia sampai melupakan rasa sakit dipunggung nya. Agam sendiri hanya tertawa kecil.

"Karma Lo bang udah bikin Ade Lo terjun bebas dari atas pohon." Ujar Agel.

Saga hanya tersenyum masam.

Pria itu menoleh kearah Jevan yang masih ngakak dilantai.

"Dek, udah dek, sini Abang urutin. Abang kalau denger kamu ketawa suka was-was sendiri. Takut ternyata lagi kesurupan." Ujar Saga sambil membantu Jevan bangun.

Pria itu menyuruh Jevan untuk duduk disebelahnya. Saga meringis melihat punggung Jevan. Ternyata punggung anak itu sedikit lebam.

"Ini sakit dek?" Tanyanya sambil mencolek lebam itu.

Jevan langsung terlonjak, pria itu langsung menepis tangan Saga.

"Sakit lah Abang!" Marahnya.

Saga berdehem kikuk.

"Bercanda. Biar suasana gak garing hehehe." Ujarnya garing.

Agel, Agam dan Savier menatap malas kearah Saga.

"Kasian gue sama Jevan yang punya kakak minus akhlak kaya bang Saga." Celetuk Savier sambil melihat kukunya.

"Napa Lo? Sirik sama Jevan yang punya Abang langka kaya gue?" Pede Saga sambil menyisir rambutnya dengan tangan yang baru saja terkena minyak urut.

"Dih? Rugi amat gue sirik. Justru gue bersyukur karena gak punya Abang kaya Lo. Bisa-bisa gue khilaf buat kirim Lo ke neraka."

Ditengah perdebatan antara Saga dan Savier, Agam terus menatap kearah rambut Saga yang terkena minyak urut. Dia jadi membayangkan seperti apa wangi rambut Saga.

Tadi pagi Saga kuliah, pulang langsung ke kebun karet, setelah itu diseruduk motor mang Udin, dan sekarang terkena minyak urut.

Agam menatap kasian kearah Jevan yang memiliki kakak seperti Saga. Keinginannya untuk mengadopsi Jevan semakin besar.







See you.......

JASA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang