chapter 8

837 94 0
                                    

8. Interogasi

.
.
.
.
.
.

Keesokan harinya, Agel, Agam dan Savier sudah standby di kebun karet komplek sebelah. Mereka sedang menunggu kedatangan Jevan yang tak kunjung datang.

Berkali-kali mereka menelfon nomor Jevan namun tak ada satupun yang diangkat oleh anak itu.

Agam melihat jam tangannya. Jarum pendeknya sudah menunjukkan angka setengah satu.

Sudah 1 setengah jam mereka menunggu di kebun itu.

Sedari tadi Agel mengeluh soal bau dari pohon karetnya yang sudah ditebang beberapa. Savier sudah menghabiskan satu botol sofel untuk digosok di badannya. Dan Agam sudah bermandi keringat saking panasnya. Tapi anak itu masih belum menunjukkan batang hidungnya.

"Anjir! Awas aja tuh bocah kalau ketemu. Gue giling semua boneka nya." Marah Agel.

"Atau jangan-jangan tuh anak malah kencan?" Cetus Savier.

Agam dan Agel langsung memikirkan perkataan Savier. Benar juga. Sepertinya anak itu sedang kencan.

"Coba kita cek rumahnya. Siapa tau dia ada disana." Usul Agam yang sudah gak tahan dengan rasa panas yang menyengat.

Akhirnya mereka bertiga memutuskan untuk pergi ke rumah Jevan.

Disisi lain, Jevan langsung terlonjak kaget dari tidurnya. Pria itu langsung menatap kearah jam yang sudah menunjukkan pukul 12 siang.

"Astaghfirullah! Jevan telat! Alamat gak dapet mangga banyak." Panik Jevan sambil terburu-buru masuk kedalam kamar mandi.

10 menit kemudian, Jevan sudah keluar dari kamarnya. Dia segera membuka lemarinya dan seketika terpaku melihat jas formal yang diberikan oleh Daddy nya tahun lalu untuk ulang tahun perusahaan milik keluarganya.

Jevan sangat menyukai pakaian itu. Dia ingin memakai pakaian itu untuk datang ke mall tempat dirinya mengambil hadiah give away.

Usaha Jevan untuk spam komentar tidak sia-sia. Akhirnya dia bisa memenangkan hadiah utama dari give away itu.

Jevan memakai jas itu untuk memeriksa apakah masih muat atau tidak. Bisa berabe urusannya jika jas nya kekecilan saat akan dipakai di hari H.

Setelah memakai jas nya, Jevan tersenyum lebar kearah cermin. Dirinya sangat tampan jika menggunakan jas ini. Pantas saja banyak perempuan yang tertarik kepadanya.

Pada akhirnya Jevan melupakan rencananya untuk datang ke kebun karet itu. Pria itu malah sibuk bergaya didepan cermin.

Agam, Agel dan Savier yang mengamati tingkah Jevan dari depan pintu hanya terdiam kaku. Bahkan Agam yang selalu berfikiran positif sudah ikut berfikir jika Jevan sudah memiliki pacar.

Agel diam-diam mengambil foto Jevan dan mengirimkannya kepada Saga. Tak lama balasan dari Saga diterima oleh Agel. Pria itu mengatakan jika akan langsung pulang.

"Ck, Jevan kok cakep banget ya? Hebat banget mama sama papa bisa punya anak seganteng Jevan." Narsis Jevan sambil menyisir rambutnya dengan jarinya.

Savier sampai bergidik ngeri melihat tingkah alay Jevan.

"Tuh bocil kerasukan boneka kuningnya kali." Ucap Agel Pelan.

Agam dengan sengaja menelpon nomor Jevan. Tak lama suara ringtone ponsel Jevan menggema di seluruh kamar yang bernuansa kuning itu.

"Ya ampun! Jevan lupa!" Seru Jevan ketika melihat siapa yang menelponnya.

"Bagus ya Lo, mentang-mentang udah punya pacar jadi lupa sama sahabatnya." Sinis Agel sambil melangkah kedalam kamar.

Jevan, bocah polos itu terlonjak kaget melihat kedatangan Agel yang tiba-tiba. Tak lama matanya mengerjap polos mendengar perkataan Agel.

"Pacar? Siapa yang punya pacar?" Tanyanya bingung.

"Ya Lo lah, siapa lagi." Sewot Savier.

Jevan semakin bingung. Sejak kapan teman-temannya ini ada di kamarnya. Dan sejak kapan pula dia mempunyai pacar? Orang yang dia suka aja tidak ada.

BRAK

"Mana Jevan?!" Teriak Saga sambil mendobrak pintu kamar Jevan.

Pria itu menghampiri Jevan yang semakin melongo melihat kakaknya yang datang sambil berteriak heboh itu, "Lo udah punya pacar dek? Jawab Abang! Jangan diam aja!" Tuntut Saga sambil mengguncang guncang badan Jevan.

Kepala Jevan terasa pusing. Guncangan dari kakaknya itu tidak main-main kencangnya. Dia berasa lagi naik rollercoaster dadakan.

Agam yang melihat itu jadi gak tega. Pria itu segera menjauhkan Saga dari Jevan.

"Udah bang, nanti anaknya pingsan." Ujar Agam.

Saga menurut, pria itu mundur sebanyak 3 langkah.

"Jawab Abang. Kamu udah punya pacar?" Tanya Saga ulang.

Jevan menggaruk kepalanya bingung. Kenapa dari tadi dia dituduh sudah punya pacar.

"Pacar? Jevan mana punya pacar bang." Jawab Jevan jujur.

Seketika ruangan itu menjadi hening.

"Gausah bercanda Lo! Jelas-jelas kemaren Lo sibuk main hp sambil senyum-senyum." Seru Agel menyudutkan Jevan.

"Jevan kan kemaren sibuk ikut give away. Dari mana pacarannya?" Tanya bocah itu semakin bingung.

"Give away?" Beo Agam.

Jevan mengangguk antusias, "iya! Jevan kemaren ikut give away. Terus Jevan seneng banget karena bisa menang." Cerita anak itu dengan semangat.

"Gimana caranya biar bisa menang?" Tanya Saga penasaran. Karena pria itu sering sekali buat akun dan ikut give away tapi gak pernah menang.

"Jevan spam komentar sebanyak-banyaknya bang! Eh tadi malem diumumin kalau Jevan menang hadiah utama." Girang Jevan sambil bertepuk tangan.

Akhirnya Agam mengerti alasan Jevan sibuk bermain ponsel. Ternyata anak itu sibuk spam komentar untuk menang give away.

"Jadi kemaren Lo gak chattan sama pacar Lo? Tapi sibuk spam komentar?" Ujar Agam mengutarakan pemikirannya.

Jevan mengangguk membenarkan.

"Terus Lo kenapa tadi gak datang? Kita udah nungguin Lo 1 setengah jam." Ujar Savier yang merasa kesal dengan kenyataan konyol itu.

Jevan menyengir merasa bersalah.

"Jevan semalam bergadang buat nungguin pengumuman pemenang. Terus Jevan juga sengaja gak tidur biar bisa datang paling awal. Eh jam 8 Jevan gak kuat nahan ngantuk jadinya ketiduran deh." Cerita Jevan polos.

Agel dan Savier tersenyum masam. Sia-sia waktu 1 setengah jam mereka untuk menunggu Jevan di kebun karet itu.






See you.........

JASA [TAMAT]Where stories live. Discover now