chapter 33

827 88 22
                                    

33. Masih tentang Saga

.
.
.
.
.
.

Mendengar pekikan nyaring dari Jevan, Agel dan Savier langsung menoleh secara serentak. Mereka terkejut lantaran pelaku 'penculikan' si bocil adalah Damian.

Damian menggendong tubuh Jevan. Dia mengelus punggung Jevan guna menenangkan anak itu yang terus meronta minta diturunkan.

"Ini ayah." Ujarnya.

Setelah itu Jevan berhenti memberontak. Dia menatap kearah sang pelaku yang ternyata benar bahwa itu adalah Damian.

"Yayah ihh.... Jevan takut tau." Omelnya.

Damian terkekeh kecil, dia selalu suka setiap kali Jevan memanggilnya dengan sebutan 'yayah'.

"Kenapa tutup lagi?" Tanyanya pada Agel.

Alis Agel mengkerut bingung, "tutup apaan? Tutup usia?" Tanyanya gak konek.

Pletak

Savier menjitak kepala Agel.

"Tutup pintunya ager. Ayah nanya kenapa pintunya ditutup lagi tadi." Savier menjelaskan secara rinci.

Damian mengangguk, sepertinya dia akan mengangkat Savier menjadi penerjemah khusus perkataannya.

"Ooohhh...." Agel mengusap tengkuknya salah tingkah.

"Anu... Itu-"

"AGAM! AGAM UDAH BANGUN?!" Pekikan Jevan memotong perkataan Agel.

Diam-diam Agel mengelus dadanya lega karena Jevan sudah mengalihkan perhatian Damian.

Didalam Agam mengangguk, dia mengulas senyum hangatnya pada si bontot. Jevan memberontak minta diturunkan, akhirnya Damian menurunkan Jevan.

Jevan berlari masuk kedalam kamar rawat Agam. Dia langsung naik dengan kesusahan keatas ranjang. Namun karena susah, akhirnya Jevan naik keatas kursi yang tadi digunakan oleh Damian untuk menyuapi Agam.

Setelah berhasil, Jevan segera memeluk Agam yang dibalas dengan senang hati oleh Agam.

"Agam Jevan kangen.... Agam lama banget bobonya. Masa seminggu gak bangun-bangun." Celotehnya.

Agam tersenyum tipis, dia mengusap rambut Jevan dengan gemas.

"Maaf." Ujarnya tulus.

"Ada yang nafas tapi gak dianggap. Apa tuh?" Suara Agel tiba-tiba terdengar.

"Gak tau, kok nanya gue. Nilai biologi gue aja selalu remed." Sahut Savier acuh.

Agel mengerucutkan bibirnya, dia menjambak rambut Savier.

"Dasar manusia titisan sapi! Gak bisa diajak kompromi banget sih."

Savier balas menjambak Agel, "Lo kenapa sih? Lagi pms Lo?!"

Sebelum membuat keributan semakin parah, akhirnya Damian menarik kerah seragam kedua anak itu.

"Berisik." Lerai nya.

Damian jadi mengingat kembali masa kecilnya dengan ketiga kawannya itu. Leon dan Farel yang selalu berantem persis seperti Agel dan Savier. Dan dia lah yang menjadi pemisah jika kedua orang itu sudah mulai jambak jambakan.

Sedangkan Romeo sendiri yang menjadi kompor meleduk. Dia yang akan membuat suasana menjadi semakin panas.

"Marahin aja yah! Sapi sama Agel selalu ribut."

Agam menggeleng pelan mendengar perkataan Jevan. Dia mengelus rambut Jevan yang sedang berbaring di pahanya. Agam kasian melihat Jevan yang terlihat kelelahan. Entah bagaimana caranya kedua orang itu mengurus si bontot.

JASA [TAMAT]Where stories live. Discover now