Museum stuff

4.2K 594 18
                                    

Karena umur Haru disini sudah 20+ tahun, dia bukan lagi 'cowok' tapi 'pria'.

Dobby tetap 'cowok' karena dia masih SMA.

***
"Sudah selesai sarapan, Kim Doyoung?" Haru bertanya dengan cangkir di tangannya. Pria berdarah Italia itu duduk di sofa, sambil melihat Doyoung yang baru turun dari lantai atas.

Doyoung menatap biasa saja pada pria yang meminum kopi itu. Dia berniat untuk pergi, namun dua orang bertubuh kekar berdiri di depannya.

"Minggir," Suruh Doyoung mengernyit kesal.

Kekehan Haru membuat Doyoung menolehkan kepalanya ke arah pria itu. "Kemari," Suruh Haru dengan seringaian manisnya.

Doyoung mendengus, melipat tangan. "Tidak ma―hei!" Doyoung berteriak ketika salah seorang penjaga menggendongnya bak karung beras kemudian mendudukkan dia di sebelah Haru.

Ketika Doyoung hendak berdiri, Haru sudah menahan bahunya sehingga cowok itu kembali duduk. "Tenang, jangan buat rusuh Kim Doyoung." Desis Haru berbicara tajam membuat Doyoung diam.

Haru tersenyum melihat cowok di sebelahnya menurut untuk diam. Tangannya terulur untuk mengusap rambut cokelat madu Doyoung. "Jaga sikap, turuti aku jika kau tidak mau di hukum, paham?"

Doyoung melirik Lucire yang berdiri bersender tak jauh darinya. Seringai-an cowok itu membuat Doyoung menggerut bibirnya kesal.

"Paham, Kim Doyoung?" Ulang Haru membuat Doyoung mengangguk cepat. Haru tersenyum, dia mengusak kepala cowok itu sebelum berdiri. "Saya akan pulang pukul 4 pagi, sementara kau di urus oleh Lucire."

Lucire mengangguk, tapi kemudian dia sadar dan menatap Haru bingung. "Saya, tuan?"

Haru mengangguk. Membuat Lucire semakin bingung. "Lalu bagaimana dengan.."

"Saya bisa urus sendiri." Sela Haru tajam. Matanya menatap Lucire seolah dia tidak menerima pertanyaan lagi. Lucire hanya mengangguk pasrah.

Setelah kepergian Haru, Doyoung langsung berdiri kembali dan memilih berjalan-jalan. Cowok itu bertanya, kenapa dia bisa sampai disini, padahal sebelumnya..

"Kau kenapa mengikuti-ku?" Doyoung bertanya tidak suka melihat Lucire berjalan di belakangnya.

Lucire berdecak jengkel, "Kau kira aku mau mengikutimu?" Lucire berjalan mendekat, dia mengangkat dagu Doyoung hingga mendongak menatapnya. "Kalau bukan karena Tuan Ilario, aku tidak akan―"

"Jaga sikap anda Tuan Alveano." Tegur seorang perempuan tua yang sibuk bersih-bersih.

Lucire berdecak, menjauh dari Doyoung yang langsung lari membuat Lucire berdecih jengkel.

"Sikapnya bocah sekali." Kesal Lucire berlari mengejar Doyoung.

Cowok manis Kim itu bersembunyi di dapur, tepatnya di belakang kitchen counter sambil mengatur nafasnya. Tangannya langsung menutup mulutnya sendiri ketika mendengar suara langkah kaki masuk ke dalam dapur.

Doyoung memejamkan mata, menahan nafasnya sebisa mungkin.

Sedangkan Lucire menatap jengah cowok di depannya yang duduk bersender di meja dapur. Lucire berjongkok dengan satu kaki bertumpu.

"Hei," Panggil Lucire jengah. "Kau fikir kita bermain petak umpet hah?" Tanya Lucire jengkel. Dia berdiri kembali kemudian menarik salah satu tangan Doyoung sampai cowok itu bangkit.

Lucire terkejut melihat darah keluar dari hidung Doyoung. Pria itu panik, kemudian langsung menggendong cowok itu pergi ke kamarnya.

Sambil berlari, Lucire menekan cip di telinganya. "Panggil dokter cepat!" Suruhnya tegas.

[✓] THE DEVIL MAFIA (DE' ILARIO SEASON 1)Where stories live. Discover now