Past

2.5K 396 13
                                    

"RahaA," sebut Haru masuk ke dalam ruangan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"RahaA," sebut Haru masuk ke dalam ruangan. Manik gelapnya menatap pria yang terikat menggantung dengan pola bintang segi lima.

RahaA mengangkat kepala, menatap Haru dengan tatapan datarnya, seperti tak minat menanggapi Haru.

Haru hanya terkekeh melihat tatapan RahaA. "I like your gaze, A." Kemudian bibirnya tersenyum miring. "Sayang sekali kau bukan slave-ku."

Suara tapakan sepatu berdengung di dalam gedung. Haru melangkah lebih dekat ke arah RahaA, dengan senyumannya yang licik melihat RahaA hanya menatapnya sama, tidak ada ketakutan sama sekali.

"Kau.. benar-benar menghancurkan mood-ku." Haru tiba-tiba merubah senyumannya menjadi sebuah kebencian dengan tatapannya yang tajam. Satu tangannya mencekik leher RahaA, yang tidak bereaksi sama sekali.

Lalu, RahaA mengangkat ujung bibirnya, menatap remeh Haru.

"Aku.. sudah terbiasa menghadapi sifat iblis sepertimu, bahkan lebih buruk."

Haru mengeraskan rahang juga cengkeramannya. Manik hitamnya menyeret RahaA masuk ke dalam lobang gelap membuat nafas seketika sesak.

"Aku membenci kesombongan-mu, manusia."

RahaA mengindik bahu dengan tatapannya yang masih meremehkan. "Kau tau? Aku sudah banyak menerima semua rasa sakit yang Iblis berikan dalam bentuk hukuman. Jadi.. apapun yang kau lakukan, tidak ada apa-apanya, Ilario."

"AKH!!" Teriak Haru melepas cengkeramannya. Dadanya naik turun saking marahnya mendapat respon RahaA. "Lucire!"

Pria Alveano itu masuk ke dalam ruangan. Dia berdiri di belakang Haru sambil membungkuk tubuh.

"Cari kelemahannya."

Lucire hanya mengangguk sekali sebelum menyingkir, berdiri di dekat tembok dengan iPad di tangannya. Sementara Haru, menatap RahaA yang memejamkan mata.

Tangan Haru yang menyelinap di dalam kantung, keluar dengan mengenggam korek. Tatapan pria itu kosong, dengan tangannya yang membuka-tutup korek api.

"Aku membenci kekuatan-mu, manusia."

"Aku tau," RahaA membalas. "Iblis hanya mencintai rasa sakit, kelemahan, dan mental lemah seperti submissive-mu itu."

Bukannya marah, Haru justru terkekeh. "Benar. Aku setuju dengan pemikiran-mu. Iblis hanya mencintai mental lemah manusia untuk di hasut sampai jatuh ke dalam api neraka. That is fun." Kekeh-nya di akhir.

RahaA tersenyum sinis mendengarnya.

Kemudian Haru lebih mendekat. Dia menyalakan Zippo di tangannya, mendekat ke arah RahaA, dan menempelkan api di leher pria itu.

"Tapi aku tidak akan membiarkannya tersiksa di neraka. Cukup aku, hanya aku, yang membuatnya menderita." Bisiknya mematikan Zippo sampai terlihat bekas memerah di leher RahaA.

Lucire mendekat ke arah Tuannya, dia membisikan di telinga Haru membuat pria itu mengangguk mengerti.

"Keluarlah."

Lucire mengangguk, dia segera pergi dari ruangan, meninggalkan hawa gelap dari ruangan. Seketika semuanya berubah menjadi sangat menegangkan hanya dengan melihat tatapan Haru yang kosong dengan manik hitamnya.

"RahaA," Haru menyebut. "Apa yang kau alami 20 tahun lalu?" Tanyannya sembari membuka-tutup Zippo membuat suaranya menjadi lebih dominan.

RahaA tidak membalas.

"Satu. Memotong daging. Dua. Memotong daging. Tiga. Memotong daging." Haru mengukir senyum miringnya. "Daging siapa yang kau potong dengan pisau?"

Kedua tangan RahaA terkepal kuat, dengan matanya yang mengkilat dendam.

"Satu malam, tiga orang. 15 bagian tubuh yang terpotong, dan.. satu keluarga."

RahaA semakin terpancing emosinya membuat Haru terkekeh senang.

"Satu permintaan, di malam hari, adalah ending dari keluarga yang―"

"DIAM!" Teriak RahaA dengan maniknya yang semakin gelap. "Diam atau―"

"Kematian datang tanpa mereka sendiri tau. Kematian datang hanya dalam satu hari, satu malam, di saat satu permintaan keluar dari bibir putra mereka."

"DIAM!!" RahaA semakin marah. Rahangnya mengeras membuat Haru mengindik bahu terhibur.

Kemudian jari telunjuk Haru di tempelkan di bibirnya dengan tatapan meremehkan. "Jangan berisik, mereka sedang tertidur." Haru tertawa melihat reaksi RahaA yang kosong. "inilah keahlianku, merusak jiwa. Bukan psikopat yang menyiksa fisik." Kemudian Haru tersenyum. "Nyatanya, jiwa lebih mudah di hancurkan daripada merobek kertas."

RahaA sama sekali tidak membalas apapun. Dia seperti terkurung kembali dalam masa lalunya. Hal itu yang membuat Haru kembali mendapatkan mood baiknya, dan semakin gencar menghancurkan jiwa lemah RahaA.

"Lalu, saat ini kau adalah seorang budak bukan?" Haru tersenyum menyedihkan. "Kau pria, tunduk pada seorang wanita tua? Dasar kaum bawah."

Kini kedua tangan RahaA mengepal kuat.

"Selera Tuanmu benar-benar rendahan. Bagaimana bisa dia memilih orang yang memiliki mental lemah sepertimu? Bahkan Lucire, ku habisi nyawa orang tuanya saja dia tidak bereaksi menyedihkan sepertimu."

"Kau tidak tau apa-apa."

"Aku tau, semuanya." Ralat Haru tersenyum kemenangan. "Dari mulai kau tumbuh dari pelukan hangat wanita tua yang ringkih, sampai kau besar tanpa beban yaitu.. ibumu sendiri."

"Sekali lagi kau bicara tentang―"

"Bukan begitu kenyataannya? Kau membunuhnya karena wanita lemah itu beban bagimu. Kau malu, merasa hina, menanggung beban, karena itu kau membunuhnya." Haru terkekeh. "Bahkan ayah dan adik kecilmu yang berusia 2 tahun, ikut kau bunuh karena beban."

Rasa amarah RahaA sudah tidak bisa di toleransi lagi. Pria itu memberontak dengan amarah yang membuncah. Tubuhnya terus bergerak brutal membuat suara besi berkecambuk terus terdengar mengerikan karena suara jeritan gila RahaA.

Sedangkan Haru hanya mengangkat ujung bibirnya dengan dua tangan masuk ke dalam saku melihat RahaA menggila.

"Aku mencintai kehancuran jiwamu, A."

[✓] THE DEVIL MAFIA (DE' ILARIO SEASON 1)Where stories live. Discover now