Tonight

3.7K 520 10
                                    

ceklek

Ketika pintu terbuka, Haru menatap laki-laki manisnya sedang meringkuk di dekat jendela. Haru menyeringai tipis, melangkahkan kakinya mendekat ke arah Doyoung.

Pria itu berjongkok. Tangannya di taruh di kepala Doyoung membuat laki-laki itu gemetar sesegukan. Pelan-pelan tangan Haru mengusap rambut Doyoung, sampai turun ke sisi kiri dan berhenti di pipi juga telinga.

"Why? Kau melihatnya?" Tanya Haru tersenyum lembut. Mendongakan dagu Doyoung dengan tangannya.

Mata sembab itu tidak berani terbuka. Tetap tertutup sambil sesegukan, justru membuat Haru semakin nafsu menjadikan Doyoung submissive- nya.

"Aku bertanya, kau―"

"Kenapa kau tega membunuhnya? Dia perempuan. Bagaimana bisa kau membunuhnya tanpa ragu seperti tadi?" Tangisannya semakin jadi, menutup matanya rapat-rapat dengan kedua tangannya yang gemetaran.

Ekspresi Haru tetap datar, tidak perduli apa yang di bicarakan Doyoung. Tangannya mengusap kening laki-laki itu, "Lalu?"

Doyoung menggigit bibir dalamnya menahan ketakutannya. Tapi justru dia semakin menangis, kepalanya ikut merunduk dalam.

"Aku takut.."

Mendengar cicitan ketakutan itu membuat Seringai-an Haru melebar. Lelaki itu menarik lengan Doyoung agar mengikutinya, dan melempar lelaki manis itu ke kasur.

Haru mengukung tubuh Doyoung dari atas, menaruh kedua tangannya di dua sisi kepala lelaki manis di bawahnya. Beling hitamnya menatap mata Doyoung.

"Kau takut? Denganku?" Haru bertanya, mengusap-usap lembut hidung kecil Doyoung. Bibirnya tersenyum senang.

Sedangkan Doyoung memejamkan mata dengan dua tangannya yang mencengkeram selimut. Tubuhnya gemetar dalam beku.

"Ak-ku tidak nyam-man." Lirih Doyoung memohon. Semakin kuat mencengkeram selimutnya.

"Hm?" Haru menekuk alisnya bingung. Dia tersenyum kecil, sambil mencium kening lelaki manis di bawahnya, dengan mata terpejam. "Kau tau? Perempuan tadi, bahkan membiarkanku bersetubuh dengannya."

Doyoung semakin gemetar. Air matanya sudah turun, ketakutan.

"Tapi ku tolak," Haru kini berbisik di telinga Doyoung membuat wajah lelaki itu harus menoleh ke samping. "Kau tau kenapa?" Bisiknya bertanya lembut. Haru menyeringai tipis, menggigit ujung telinga Doyoung membuat cengkeraman lelaki Kim itu semakin kuat menahan sesuatu yang menggesek telinganya. "Karena kau, submissive-ku."

Tangan bebas Haru pelan-pelan membuka kancing piyama Doyoung satu persatu. Sampai pada titik, dimana tidak ada lagi kancing yang terkait, sehingga dada hingga perut submissive-nya terlihat jelas di matanya.

"Bagaimana kalau malam ini, ku jadikan kau submissive- ku?" Tangannya membelai leher sampai menurun ke dada lelaki manisnya membuat tubuh Doyoung semakin gemetar tak nyaman.

Ketika Haru hendak mencium bibir Doyoung yang tengah menghembuskan nafas kecil, sebuah alarm berwarna merah menyala, membuat Haru berhenti bergerak.

Lucire masuk ke dalam kamar setelahnya. Dia menelan ludah panik karena salah memilih waktu masuk. "S-saya sepertinya, tid-tidak pe-rl-lu memberi ta-tau an-anda." Ucapnya membungkuk lalu pergi keluar dan menutup pintu kamar.

Haru berdecak kecil sambil menegakan tubuhnya, kembali berdiri. Sementara Doyoung tetap menangis tanpa suara dengan bibirnya yang tetap menghembuskan nafas karena saat ini hidungnya tersumbat sampai memerah.

Haru mati-matian menahan nafsunya. Dia kembali mencodongkan badannya ke Doyoung yang masih sesegukan. "Tidurlah." Suruhnya mengusap lembut rambut Doyoung sebelum pergi keluar dari kamar.

***
Haru turun dari lantai atas, bersama Lucire di belakangnya. Ketika dua pria itu sudah berada di bawah, mereka menatap satu penjaga yang berlutut dengan tangannya yang menyodorkan sebuah surat yang berbecak darah.

"Surat ini di kirim lewat burung. Kami membunuh burung itu kemudian mengambil surat ini dari kakinya." Kata penjaga itu, dengan kepala tertunduk.

"Mana kepala burung itu?" Haru bertanya, membuat penjaga itu langsung menyodorkan kepala burung Merpati berwarna putih yang sudah berdarah di bagian perpotongan leher.

Sedangkan Lucire bergerak untuk mengambil surat itu, dan membacanya dalam diam. Ketika selesai membaca, Lucire menyeringai.

"Salam dari saya, musuhmu. Beberapa hari yang lalu kita bertemu, di tempat kematian seseorang yang berharga bagimu. Saya bertanya-tanya, apalagi cara yang bisa saya gunakan untuk menghancurkan jiwamu. Kemudian saya mendapatkan sebuah cara, untuk menghancurkan jiwamu dengan cara yang sama." Lucire menjeda, melirik Haru yang sudah mengepalkan kepala burung itu di tangannya.

"Membunuh submissive- mu."

Haru langsung melemparkan kepala burung di tangannya dengan deru nafas memburu. Ekspresi iblisnya terlihat jelas, sampai mengeluarkan aura membunuh.

"Cari tau dari mana asal burung ini, sekarang!" Teriak Haru memerintah. Menatap penjaganya yang berlari keluar dengan terburu-buru.

Kemudian Haru menatap Lucire. "Kau jaga Kim Doyoung." Titahnya sebelum pergi keluar dari rumah, membawa pistol Colt M.

Lucire membuang nafas. Dia pergi ke lantai atas, membuka pintu kamar dan melihat Doyoung masih di posisi yang sama, telentang di kasur dengan kepalanya yang kini menoleh ke sisi kanan, juga matanya terpejam sembab.

Lucire menghampiri Doyoung. Berdiri di sisi kasur. Dia menghela nafas kecil sebelum akhirnya mencodongkan badannya untuk mengkancingi piyama Doyoung kemudian mengangkat tubuh lelaki itu dan menaruh di tempat yang benar.

Lucire tidak basa-basi dan langsung berbalik badan untuk keluar. Namun sejenak Lucire terdiam mendengar rintisan menyesakkan yang keluar dari bibir Doyoung.

"S-sakit.."

Lucire kembali berbalik badan, menatap wajah yang bergerak gelisah juga pelipisnya yang basah. Kedua tangan Doyoung mencengkeram kuat selimutnya dengan sesekali bibirnya bergumam 'sakit'.

Lucire menghampiri kasur kembali lalu menaruh tangannya di kening Doyoung kemudian merasakan panas yang sangat menyakitkan. Lucire menarik kembali tangannya, yang sudah membekas merah kehitaman layaknya terbakar api.

"Sak-kit.."

Kini urat leher Doyoung tercetak jelas. Wajahnya semakin memerah dengan cengkeramannya yang semakin kuat di selimut. Lucire menatap bingung calon submissive Tuannya.

Kemudian mata tajamnya, mendapati siluet seorang lelaki yang berlari di depan jendela dengan pakaian serba hitam.

Sekarang Lucire mengerti. Dia langsung berlari mengejar penyusup itu lewat jendela.

"Tembakan pistol ke lantai dua, 90° dari arah kiri kamar Kim Doyoung."

[✓] THE DEVIL MAFIA (DE' ILARIO SEASON 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang