Subserve

3.6K 531 7
                                    

Crazzt!!!








Tidak ada yang bisa di lakukan laki-laki yang tergantung itu. Kedua tangannya di ikat dengan tali, kedua kakinya tergantung, kepalanya di rantai dengan pemberat di tanah.

"Kalian berempat selanjutnya." Ujar Lucire bersandar santai di pintu masuk, menatap keempat orang yang duduk di belakang temannya yang tergantung.

Melihat wajah pucat empat laki-laki itu membuat Lucire berdecih.

"Ikat mati leher mereka."

Pria berpakaian serba hitam itu mengangguk, menjatuhkan stun gun di tangannya dan berjalan ke arah empat laki-laki itu yang menjerit ampun.

Lucire menyeringai. Dia mengeluarkan hapenya yang berdering kemudian mengangkat panggil Tuannya.

"Buongiorno signore."

"Hm, bagaimana dengan lima orang itu? Pastikan mereka tersiksa."

"Sesuai kemauan anda, Tuan Ilario."

"Biarkan mereka tersiksa, jangan sampai mereka mati semudah itu."

"Saya pastikan mereka tetap sadar meskipun mereka kehilangan nafas mereka Tuan."

Setelahnya telfon di matikan oleh Haru. Lucire tersenyum miring, dia berjalan menghampiri lelaki yang tergantung itu, sudah tidak berdaya melawan.

Tangan Lucire menepuk pipi lelaki itu kencang. Dia berdecih sinis, "Dosa-mu tidak akan pernah di maafkan Tuanku. Jadi nikmati siksaan neraka dunia, baru kau mati dan lanjutkan siksaan di alam yang berbeda."

"A-apa.. dosaku? A-a-aku.. ing-ingin.. m-nebus.." Tanya-nya terengah-engah. Menatap Lucire dengan satu mata, karena mata lain sudah di keluarkan secara paksa oleh algojo.

Lucire tersenyum hina, "Menebus dosa? Kau tau Tuhan tidak akan membiarkan ciptaannya menebus dosanya ketika mereka sudah tersiksa oleh siksaannya." Kemudian Lucire menyeringai, "Dan Tuanku, mengikuti jejak Tuhannya."

Lucire berbalik badan, dengan tangannya yang masuk saku mantel hitamnya. Dia berhenti berjalan, "Biar ku beri tau satu hal, "Yang membedakan Tuhan dan Tuan Ilario adalah Tuhan yang memberikan kesempatan manusia berubah, tapi tidak dengan Tuan Ilario."

***
Di kamar, Doyoung terus bulak-balik sambil mengacak rambutnya gelisah. Kadang dia menggigit jarinya sendiri, sambil memikirkan kebodohannya.

Bagaimana bisa dia membentak Mafia kejam itu? Bagaimana nanti kalau dia di siksa? Di hukum?

"AAA!! KIM DOYOUNG BODOH!" Makinya pada diri sendiri. Dia berjongkok sambil memukul kepalnya yang menunduk. Rasanya Doyoung pengen nangis.

"Sekarang aku harus bagaimana?"

Lama Doyoung berfikir sampai suara pintu terbuka membuat cowok itu terjengklak dengan pantatnya yang jatuh ke lantai.

Doyoung meringis sambil menatap Lucire yang berdiri di sebelah pintu sedang menatapnya datar.

"Sedang apa kau?"

"Harusnya aku yang bertanya!!" Teriak Doyoung kesal. Dia berdiri, menatap Lucire kesal. "Mau apa ke kamarku?"

Lucire menggerling malas. Dia masuk ke dalam kamar kemudian berdiri di depan Doyoung.

Cowok SMA itu menelan ludahnya.

"Pakai ini saat Tuan Ilario pulang nanti." Lucire menyerahkan stelan baju berwarna hitam ke arah Doyoung.

Doyoung mengambilnya, menatap stelan hitam itu dengan alis tertekuk. "Kenapa harus hitam? Apa tidak ada warna lain selain hitam?" Jengkel Doyoung justru membuat Lucire lebih jengkel.

"Bisa kau tidak protes? Kau ini submissive Tuan Ilario."

Wajah Doyoung memerah sempurna. Dia menatap Lucire tajam. "Aku bukan submissive dia!!"

"Cih," Jengah Lucire. "Sampai kapan kau tidak mau mengakui diri sebagai submissive? Walaupun bagi ku kau biasa saja, tapi aku akui wajahmu mendukung sebagai submissive." Senyum miring jelas Lucire cetak.

Doyoung mengepalkan tangan kuat. Dia ingin membantah tapi dia mendapatkan sebuah pemikiran bagus.

"Baiklah, seterah kau. Aku akan memakainya nanti." Kata Doyoung terlihat pasrah. Dia berbalik badan, kemudian masuk ke dalam kamar mandi.

Sedangkan Lucire menatap Doyoung dengan alis naik satu.

Di dalam kamar mandi, Doyoung tersenyum di depan cermin. Mungkin dengan dia menjadi submissive Haru, pria Mafia itu tidak akan menyakitinya atau menghukumnya.

Sedangkan Lucire di luar terkekeh setelah kepekaannya datang. Dua tangannya masuk ke dalam saku, menatap kamar mandi dengan pandangan meremehkan.

"Dia tidak tau jika menjadi submissive Tuan Ilario justru semakin membuat dia tertekan. Terlebih, Tuan Ilario yang memiliki prinsip, semua miliknya bisa dia perlakukan seenaknya," Lucire terkekeh sambil berbalik badan, keluar dari kamar. "Tidak lain miliknya hanya di anggap hewan."

***

Tring!!

"Arah selatan!! Kepung dari Utara dan Selatan, tutup pintu keluar barat dan timur!"

Haru yang berdiri di tengah kepungan itu menyeringai kecil. Dia mengeluarkan sesuatu dari kantungnya dengan ekspresinya yang santai ketika bom peledak berada di tangannya.

"Radiasinya mencapai 10m! Hati-hati!"

Penjaga itu langsung mundur masih tetap menodongkan senjata mereka. Memposisikan leser tepat di dada juga kepala Haru.

Pria Ilario itu terkekeh remeh, dia melempar bom ke atas membuat ledakan itu menghancurkan atap. Helikopter di atas, menurunkan tali yang langsung di terima oleh Haru.

Sebelum pergi, Haru berpamitan dengan tangannya juga kedipan meremehkannya.

Saat di heli, Haru melepas maskernya. Dia berdiri membuat angin-angin menerbangkan rambutnya. Wajah datarnya menatap tempat yang hancur karenanya.

Haru mengeluarkan benda yang dia curi tadi. Sebuah cincin pernikahan yang seharusnya akan di gunakan tadi. Cincin itu Haru jatuhkan dengan santai.

Dia menolehkan kepalanya ke belakang, menatap perempuan muda yang meringkuk dengan dress putih.

Haru berbalik tubuh sempurna ke arah perempuan itu. Dia berjalan, kemudian berjongkok di depan perempuan itu, mengangkat dagunya.

"Katakan,"

"Terima kasih, aku janji akan mengabdi padamu. Aku akan membalas kebaikanmu." Tangis perempuan itu berterima kasih. Dari pada menikah dengan seseorang yang sering melukainya, dia memilih untuk menjadi pelayan dari pria di depannya.

Haru menyeringai. Tangannya menghapus air mata perempuan itu.

"Mengabdi padaku, akan ku jamin hidupmu tidak akan di usik lagi oleh benalu." Bisik Haru dengan suara rendahnya.

Perempuan itu mengangguk kencang, sambil menangis. "Aku akan mengabdi padamu. Bahkan jika kau mau tubuhku, akan ku berikan."

Haru mengangkat ujung bibirnya. Dia menutup mulut perempuan itu dengan jari telunjuknya.

"Ingat ini, iblis tidak membutuhkan tubuh-mu, tapi jiwamu."

[✓] THE DEVIL MAFIA (DE' ILARIO SEASON 1)Where stories live. Discover now