Red room

2.2K 344 21
                                    

"Aw

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Aw.. akh.."

Rintihan sakit itu keluar dari bibir Doyoung. Laki-laki itu bangkit pelan-pelan, dengan telapak tangannya yang bertumpu di lantai. Matanya terbuka, memperhatikan sekeliling dengan kernyitan tipis.

Kemudian Doyoung melihat ke arah Crana yang tergeletak di lantai masih tidak sadarkan diri. Laki-laki Kim itu menyeret kakinya yang sakit, menghampiri Crana.

"Hei," panggil Doyoung menepuk pelan pipi Crana. Beruntung, anak perempuan itu langsung membuka matanya, membuat Doyoung menghela nafas lega. "Bisa bangun?"

"Hm.." Crana menganggukan kepalanya sembari perlahan menegakan punggungnya. Dia menoleh ke sekitar dengan tatapan bingung. "Kita.. dimana Kak?"

Doyoung hanya menggeleng. "Tidak tau."

"Bibi.. Bibi El tidak ada." Ucap Crana sadar jika wanita tua itu tidak ada disini. Dia menatap Doyoung dengan tatapan ketakutan. "Gimana nih Kak.."

Doyoung mengelus punggung Crana mencoba menenangkan. "Bisa berdiri?" Tanya Doyoung membuat Crana mencoba berdiri. Bersyukur, kaki anak perempuan itu tidak apa-apa.

"Sini aku bantu berdiri."

Meskipun anak kecil, ternyata Crana bisa membantu Doyoung berdiri perlahan. Hingga keduanya memilih untuk mengikuti arah lorong, sembari saling berpegangan.

Ketika mereka di depan lukisan itu, ada dua arah lorong berikutnya. Keduanya memilih ke arah kanan sebagai arah yang baik. Sayang, keadaan perlahan berubah gelap karena tidak ada lampu merah seperti sebelumnya.

"Kak.. aku sesek.. gelap.." cicit Crana mengadu.

Doyoung mengelusi rambut Crana sambil merapatkan tubuh anak kecil itu ke dalam rangkulannya. "Ada aku, kamu gak sendiri. Tenang aja ya."

Jujur Doyoung juga takut, tapi dia harus lebih berani.

Crana memejamkan matanya, mencoba menganggap gelapnya ruangan ini hanya karena matanya terpejam saja. Satu tangannya, mencengkram kuat dadanya, sebisa mungkin tidak sesak.

Saat keluar dari lorong, Crana kembali membuka mata dan membuka mulutnya kecil merasa takjub melihat ruangan merah dengan deretan lukisan wajah di dindingnya.

"Banyak lukisan ya Kak.."

Doyoung hanya mengangguk. Kakinya bergerak semakin masuk, dengan kepalanya yang terus melihat lukisan-lukisan itu.

Ruangan ini hanya di terang-i obor merah. Dinding yang bercat merah, juga sebagian sofa di lapisi kain putih yang sudah berbecak darah. Lantai dasarnya di lapisi karpet merah, membuat warna darah menjadi samar atau menyatu.

Genggaman Crana dan Doyoung terlepas karena anak perempuan itu yang berlari kembali ke Belakang, tepatnya ke arah kain yang menutupi sesuatu yang panjang. Tangan kecilnya terulur, membuka kain putih itu dan mendapati peti besar.

"Kak Doyoung!!"

Panggilan itu membuat Doyoung tersentak, tidak jadi membuka kain yang menutupi lukisan itu. Doyoung berlari ke arah Crana, dengan wajah panik.

"Ada apa?"

"Itu," Crana menunjuk lewat kode mata, memberi tau Doyoung peti di sebelahnya. Laki-laki Kim itu menatap dalam peti itu.

―sebelum akhirnya, Doyoung membuka peti itu dan mendapati tubuh telanjang wanita yang sudah berlumurkan darah di setiap sisi. Satu kakinya terpotong sampai ke lutut. Juga lehernya yang terpotong, tidak memiliki kepala.

Doyoung sampai terkejut dengan nafas memburu kuat. Langkahnya mundur perlahan dengan tatapan kosong saking terkejutnya. Berbeda dengan Crana yang justru semakin maju, dan memegang kalung yang yang di pakai wanita itu.

"Crana!"

Reflek kalung di tangannya jatuh ke lantai, membuat kalung salip yang berceceran darah itu, tergeletak di lantai.

Crana berjongkok, kembali memungut kalung itu dan membersihkan lambangnya sehingga mendapati ada sesuatu yang tergantung di salip

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Crana berjongkok, kembali memungut kalung itu dan membersihkan lambangnya sehingga mendapati ada sesuatu yang tergantung di salip.

"Ini.. kalung milik katolik ya.."

Tiba-tiba kalungnya langsung di sambar Doyoung membuat Crana kaget. Laki-laki Kim itu menaruh kalung itu di meja, dan menggeleng ke arah Crana. "Jangan ambil apapun."

Anak perempuan itu mengangguk mengerti. Dia mengikuti Doyoung yang berjalan lebih dulu di depannya. Sesekali Crana akan menoleh ke belakang, dia seperti merasakan ada yang mengikutinya dari belakang.

Seperti.. terbayang sosok mayat di peti itu yang berjalan menyeret kakinya, mengikuti dirinya dengan kaki jenjang juga kepala buntung.

Tubuh Crana bergidik ngeri, lantas mempercepat larinya ke arah Doyoung.

Doyoung mengajak Crana ke arah pintu yang tak jauh. Namun saat membuka pintu itu, Doyoung langsung menjerit membuat Crana terkejut lantas menghampiri Kakaknya itu.

"Kak Doyoung!"

Crana langsung membeku di sebelah tubuh Doyoung yang jatuh ke lantai dalam keadaan duduk. Sekarang Crana mengerti, kenapa Kakaknya ini bisa berteriak keras.

―kepala yang di gantung dengan wajah putih pucat juga perpotongan leher yang berbekas kan darah kering. Juga rambut yang menjuntai ke bawah, dalam keadaan terurai kusut.

"Cantik.."

"Tuan Kim!" Teriak Lucire masuk ke dalam ruangan. Kakinya berhenti bergerak begitu matanya melihat wajah itu yang sudah cukup lama tidak ia lihat. Kedua tangan Lucire terkepal, lalu menatap Doyoung. "Seharusnya.. anda tidak berada disini.."

Dokter memberikan suntikan ke arah Lucire. Pria itu berjalan mendekat, lalu menyuntikan suntikan di tangannya ke sisi leher terbuka Doyoung membuat lelaki Kim itu menahan teriakannya dengan desisan pelan.

Pelan-pelan tubuh Doyoung oleng, dan berakhir ambruk begitu saja. Crana menatap kakaknya itu yang di gendong oleh Lucire, membawanya keluar dari ruangan itu dengan dirinya yang di ajak keluar oleh El.

"Nona Crana."

Crana mendongak, menatap El.

Wanita itu tersenyum, memberikan seringai-an kecil namun sangat mengerikan.

"Jika anda buka mulut dan menceritakan ini ke Tuan Kim, maka Tuanku sendiri yang akan membunuhmu, mengerti?"

[✓] THE DEVIL MAFIA (DE' ILARIO SEASON 1)Where stories live. Discover now