Blood

3.2K 466 13
                                    

ceklek











Haru masuk ke dalam kamar. Pagi buta, pukul 4 dia menghampiri submissive-nya yang tetap berada di tempatnya seperti beberapa jam yang lalu. Kakinya bergerak menghampiri Doyoung, lalu berdiri tepat di belakang lelaki itu.

Haru dapat melihat kornea mata Doyoung yang terpaku pada sosok di depan yang kehilangan kepalanya. Tapi pandangan itu kosong, seolah jiwanya hilang dari tubuh, terjebak di suatu delusi menakutkan yang iblis ciptakan.

Haru membuang nafas kasar. Dia berjongkok di depan Doyoung. Tangannya membuka ikatan di sisi ranjang, membuat dua tangan Doyoung otomatis terjatuh begitu saja. Doyoung seperti terkuras seluruh tenaganya, sampai tidak mampu menggerakkan satu syaraf lewat otaknya.

Maka dari itu, Haru mengangkat tubuh submissive-nya ala bridal dan membawanya ke kamar mandi. Dia menidurkan Doyoung di bak, lalu menyalakannya air hangat sehingga pelan-pelan darah di tubuh submissive-nya menghilang.

"Berbicaralah." Suruh Haru melipat tangan, memperhatikan tatapan submissive-nya yang tetap kosong. "Jangan terus berikan tatapan seperti itu, aku akan semakin cinta padamu, dan membuatmu menjadi submissive ku secepatnya."

Mata Doyoung berkedip sekali. Dia melirik Haru dengan mata merahnya yang sembab juga meneteskan air mata tanpa sadar.

"Ak-aku.."

"Hm?" Haru berjongkok, mendekatkan telinganya ke Doyoung.

Bibir Doyoung gemetar. Dia memejamkan mata sebelum akhirnya berbisik, "Ak-aku.. mem-ben-nci.. ibl-lis.."

Hening di dalam kamar mandi. Air di bak penuh, dan mengalir turun ke lantai.

Sejenak Haru terdiam mendengar bisikan lemah submissive-nya, tapi kemudian dia menyeringai tipis, sembari membalikan wajahnya, menatap Doyoung.

Kemudian tangan Haru dengan cepat menjerat dagu Doyoung. Tatapannya yang tajam, terus menatap mata Doyoung yang memejamkan mata sakit.

"Iblis tidak perlu cinta. Iblis hanya mencintai nafsunya. Iblis tidak berperasaan, dan tidak mencintai kaum lemah seperti kalian." Kemudian Haru menarik dagu Doyoung mendekat sampai bibir Haru kini berdekatan dengan telinga Doyoung. "Iblis bergerak sesuai nafsu."

Setelahnya Haru melepas jeratannya. Dia berdiri, lalu mematikan air. Kemudian Haru menggendong tubuh submissive-nya dan menutupi dada telanjang Doyoung dengan handuk. Dia keluar dari kamar mandi, mendudukan Doyoung di sisi ranjang.

Haru pergi ke lemari dan mengambil stelan pakaian. Dia kembali ke hadapan Doyoung lalu tangannya dengan cepat menghandukkan tubuh Doyoung lalu memakaikan pakaian.

"Berdiri,"

Melihat Doyoung tidak berdiri membuat Haru menarik tangan Doyoung sampai laki-laki itu berdiri. Ketika tangan Doyoung di lepas, laki-laki itu langsung kembali jatuh ke kasur membuat Haru berdecak.

"Lemah, lemah, lemah!" Kesal Haru pergi ke lemari. Dia mengambil tali, lalu kembali ke Doyoung dan menarik dua tangan laki-laki itu kemudian mengikatnya di atap kasur, hingga Doyoung berdiri dengan kaki menjinjit.

Doyoung merundukan kepalanya. Posisi seperti ini membuat dia pusing dan lemas.

Sedangkan Haru membuka celana Doyoung. Mengganti celana dalam juga celana luar tanpa ekspresi nafsu.

Setelah menggantinya, Haru berdiri kemudian mengangkat wajah Doyoung yang pucat tapi justru terlihat cantik di matanya. Tangan Haru membelai pipi Doyoung, mengelusnya lembut.

"Kau masih ingin membela manusia setelah kemarin kau sendiri yang merasakan egoisnya sifat manusia?" Haru bertanya, dengan senyum datarnya juga tangannya yang mengusap mata Doyoung.

Laki-laki itu tidak menjawab. Bibirnya kelu mengeluarkan satu kata pun.

"Sepertinya kamu masih belum mengerti. Tidak apa, seiring berjalannya hari kau tinggal disini, kau akan paham, siapa yang lebih buruk." Haru menjauh, hendak pergi keluar kamar.

Tapi mendengar suara perut submissive-nya membuat Haru mendesah malas. Dia berbalik badan, kembali berdiri di depan Doyoung yang kini memelas dengan wajah pucatnya.

"Pinta-lah."

"Aku ingin makan."

"Hm?" Haru menekuk alisnya. "Apa untungnya aku memberimu makan?" Tanya Haru melipat tangan di dada, menyeringai.

Keram di perut Doyoung semakin perih. Dia menatap manik kelam Haru dengan matanya yang memerah menahan perih di perutnya.

"Apa kau ingin menjadikan orang mati sebagai submissive mu?"

Haru menatap Doyoung dengan kening mengernyit tipis. Tapi kemudian senyumnya terukir. Tangan Haru terulur untuk membuka ikatan lalu menahan tubuh Doyoung yang hampir ambruk.

Tangan Haru dengan lembut mengelus punggung Doyoung juga mengusap-usap rambut belakang submissive-nya.

"Sekarang kau paham, jika iblis akan bergerak jika dirinya mendapat keuntungan."

"Bukankah manusia juga seperti itu?" Doyoung bertanya, tapi Haru bukannya marah justru terkekeh.

"No. Meskipun manusia dan iblis suka keuntungan, tapi iblis akan setia pada Tuan mereka, sampai Tuan mereka sendiri yang berkhianat," Haru mendekatkan bibirnya ke telinga Doyoung, "Yaitu, manusia."

Haru menjauhkan kepalanya. Tangannya terulur masuk ke tengkuk Doyoung kemudian mengangkat bridal keluar dari kamar, menuju ruang makan.

Haru mendudukan Doyoung di kursi deretan pertama. Haru duduk di kursi utama, kemudian beberapa maid datang dan menyediakan berbagai makanan di atas meja.

Haru mengernyit tipis melihat Doyoung diam saja, hanya memperhatikan makanan di depannya dengan tatapan lapar.

"Makan," Suruh Haru membuat Doyoung menolehkan kepala ke arahnya dengan tatapan hampir menangis membuat Haru semakin mengernyit. "kenapa? Cepat makan."

Doyoung menundukan kepalanya, memberi kode Haru agar melihat tangannya. Pria Ilario itu mengembuskan nafas malas juga kornea matanya yang jengah.

Haru mengambil makanan di meja. Karna Doyoung berasal dari Korea, kemungkinan lidahnya tidak cocok dengan masakan Italia. Jadi Haru memesan makanan khas Korea, sarapan pagi yang biasa.

Gyeran mari dan kimchi bokkeumbap.

"Buka," Suruh Haru menyodorkan sumpit. Doyoung tersenyum kecil, dia membuka mulutnya lalu memakan suapan Haru yang sedikit kasar. Tidak apa, yang penting dia makan.

Sekarang Haru mengambil sendok untuk menyuapkan Doyoung Kimchi bokkeumbap, yang langsung di terima laki-laki manis itu. Memakan makannya dengan wajah kembali normal, tidak sepucat semalam.

Lucire datang ke ruang makan. Dia membungkuk ke arah Haru. "Ada apa memanggil saya Tuan?"

Haru tetap fokus memotong daging untuknya. "Darah di kamar Doyoung, kau bersihkan sekarang."

Doyoung langsung memuncratkan makannya, membuat Haru menatapnya datar juga Lucire yang mengernyit bingung karna tidak tau apa-apa di saat matanya tertutup.

"Kim Doyoung―"

"Tolong jangan bahas darah..." Pinta Doyoung takut. Tangannya gemetar di bawah meja. Kuku-kukunya bergerak tidak karuan.

Haru menggerling malas. "Sekarang cepat lakukan." Titahnya di angguki Lucire. Pria Alveano itu membungkuk sebelum berbalik badan dan melepas ikatannya.

Haru mengambil sapu tangan di meja, lalu mengarahkan wajah Doyoung ke depannya. Tangan Haru membersihkan mulut Doyoung dengan lembut, meskipun sedikit kasar.

"Jika kau takut dengan darah, bagaimana bisa kau hidup bersama darah?"

Doyoung merundukan kepalanya, membuat Haru yang membersihkan bibirnya berhenti bergerak.

"Aku hanya takut melihatnya, bukan.."

"Kau tidak akan selamanya takut melihat darah. Karena ada satu hari dimana kau sendiri yang membuat matamu melihat darah."

[✓] THE DEVIL MAFIA (DE' ILARIO SEASON 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang