Telephone

2.8K 442 65
                                    

"Hm, jadi kau ingin aku juga tertular?" Haru mendecak, "Manusia memang egois."

Doyoung terkekeh sangat kecil. "Kau yang jahat karena tidak menemani submissive-mu."

Haru menggerling malas. "Sudah, sana istirahat."

"Kau.. lelah ya? Bagaimana.. dengan lukamu?"

"Hmm," Haru bergumam berfikir. "Masih sakit. Kemarin aku tertembak."

"Sakit sekali.." Doyoung meringis membayangkan. "Kau.. sudah di atas ranjang? Lebih baik istirahat." Sarannya dengan suara serak.

"Perhatian?" Tanya Haru dengan kepala bersender di dashboard.

"Mm.. bagaimana dengan kau? Perhatian denganku?"

"Tidak," Haru menjawab acuh sembari memakan kacang. "Aku biasa saja. Bahkan masih bisa makan, bukan nangis seperti orang-orang buta cinta."

Doyoung tiba-tiba tertawa membuat Haru mengernyitkan dahinya. "Kau ini sakit atau tidak? Ketawamu puas sekali." Cibir Haru dengan muka tertekuk.

"Ah.. jadi aku harus terus batuk-batuk?" Setelah itu Doyoung benar-benar batuk berat membuat Haru melempar setumpuk kacang di tangannya.

"Mau ku panggil dokter?"

Haru cemas, melihat Doyoung terus batuk lewat iPad.

"Tidak.." Balas Doyoung sambil tersenyum kecil. "Temani aku.. aku takut.."

"Ck," Haru kesal, kembali bersender di dashboard. "Kemana sifatmu yang ini jika kita satu kamar?" Tanya Haru dengan alis berkerut kesal.

Doyoung terkekeh, "Manusia.. memang membutuhkan seseorang hanya jika dia.. butuh? Haha.."

"Hm, benar." Haru mengangguk menyetujui. Tapi kemudian dia mengernyit aneh. "Kau? Mengakui jika manusia hanya makhluk lemah jika sendirian?"

"He'em," Balas Doyoung terkekeh kecil. "Aku merasakannya.. sendirian, lemah, dan membutuhkan seseorang.."

Haru tersenyum manis. "Tidak salah aku mengajarkanmu."

Doyoung hanya tertawa kecil dengan mata kembali terpejam. Haru memperhatikannya, menatap submissive-nya yang damai dalam pejaman matanya.

"Apa kau punya keahlian?"

"Ck, pergilah tidur! Mengoceh terus." Dengus Haru. Padahal bisa saja dia mematikan telfon, dasar.

"Maaf.."

Haru mendengus, "Sudah. Tadi kau bertanya apa keahlianku?" Haru menyeringai, "Mencuri barang, menembakan pistol, membunuh―"

"Sudah-sudah.. tidak perlu." Doyoung menyela dengan helaan nafas kesal. "Apa kau bisa bercerita? Aku butuh.."

"Hah?" Haru kaget. "Kau―kau menyuruhku bercerita? Untukmu? Cih, siapa kau?"

"Submissive-mu. Ayolah.. aku ingin tidur.. tapi terlalu takut bermimpi buruk.."

"Tidak,"

"Aku mohon.. ayo.. cerita pendek saja.."

"Berisik. Pergi tidur sana."

"Ceritakan.. apapun aku dengarkan.."

"Hm baiklah." Haru menyetujui membuat senyum Doyoung mengembang. "Suatu hari, ada seorang anak perempuan yang membunuh orang-orang yang tidak menghargai karyanga dengan memutilasi tubuh mereka. Anak perempuan itu membungkus bagian tubuh korbannya lalu di baka―"

"Sudah, tidak perlu. Makasih.. maaf menganggu." Sela Doyoung pundung. Memejamkan mata dengan raut jelas kelihatan kesal. Haru diam-diam menertawai lelaki manis itu.

"Aku memang tidak bisa bercerita hal yang sesuai selera kau, karena aku sendiri.. bahkan tidak pernah di ceritakan sebelum pergi tidur."

Doyoung membuka matanya. Menoleh ke arah ponsel di atas nakas, terkejut mendengar cerita Haru.

"Kalau begitu.. setidaknya aku pernah di ceritakan sekali."

"Dengan siapa?" Haru bertanya dengan kernyitan di dahi.

"Denganmu. Barusan." Dia terkekeh geli. "1 langkah.. di depanmu."

"Cih," Haru menggerling malas. "Pergi tidur sekarang. Tidak usah banyak bicara. Menyusahkan."

Doyoung terkekeh meski sakit mendengarnya. "Hm. Maaf, ya."

Haru tau ucapannya terlalu menusuk, tapi jika tidak begitu, Doyoung terus bersikeras berbicara.

Hening setelahnya. Doyoung benar-benar memejamkan mata, namun gelagatnya aneh. Bibirnya terus bergetar, mengacau aneh membuat Haru membuang nafas.

"Hei, bangun."

Doyoung tidak merespon.

"Kim Doyoung,"

Sedangkan Doyoung terus meracau dalam tidurnya. Jelas sekali kernyitan di dahi lelaki itu memberi tau jika dia sedang mengalami hal buruk dalam mimpinya. Haru hanya menatap submissive-nya lalu memilih menonton raut wajah yang dia cintai.

"Di malam hari, seorang Iblis menjadikan, seorang makhluk tak berdaya menjadi submissive-nya hanya karena keadaan lelaki itu saat di temukan iblis. Penuh luka, dan kelemahan." Haru berucap, memasukan beberapa kacang dari stoples di nakas ke mulutnya yang menyeringai kecil. "Dari situ, Iblis hanya menginginkan semua rasa sakit submissive-nya karena dia yang melakukan."

Tatapan Haru kemudian menatap sayu dan lembut ke arah Doyoung dari iPadnya. Menatap wajah penuh ketakutan dengan mata terpejam. Senyum Haru terbit kecil, mengusap bagian wajah Doyoung dengan jari telunjuk.

"Aku akan membantai semua orang yang menyakitimu. Aku akan membalaskan semua dendam terpendam-mu. Karena kau submissive-ku, dan aku mencintaimu."

***

Haru keluar dari kamarnya, dengan kemeja hitam transparan. RahaA berdiri di sebelah kamarnya dengan memegang iPad.

"Lucire belum berhasil mencari siapa yang mengurung Kim Doyoung hari itu?"

RahaA menggeleng, "Belum Tuan."

"Ck, kalau gitu kau yang mencari, biar Lucire fokus mencari antibodinya."

RahaA mengangguk sekali. Haru langsung pergi, menuruni anak tangga, pergi ke luar dari pekarangan rumah. Haru berdiri di teras rumahnya, menatap perkarangan rumahnya dengan tatapan kosong.

"Sakit.."

Haru melihat iPadnya yang memperlihatkan keadaan Doyoung yang semakin memburuk. Tangan lelaki itu mencengkeram kuat seprai dengan wajah memerah sampai berkeringat, juga nafasnya yang tidak stabil.

"Sesak.."

Pria Ilario itu hanya menatap submissive-nya datar, tidak ada pergerakan untuk menelfon dokter.

Terlihat di iPad jika Doyoung batuk darah, muncrat ke atas lalu darahnya terjun ke tubuh bagian atasnya. Doyoung mengerang, kakinya bergerak menggesek seprai, dengan tangannya yang mencengkeram sangat kuat selimutnya.

Erangan yang terus tak berujung, semakin membuat Doyoung tersiksa. Beberapa kali lelaki itu meminta tolong dengan suaranya yang kecil, serak dan berat. Air matanya jatuh, ketika oksigen terasa susah di tarik masuk.

"Tolong.. sakit.." Lelaki itu menangis sakit dengan matanya yang terpejam. Sekali lagi dia batuk darah, dengan kepalanya yang ke sisi kanan sehingga merembeskan darah.

Pelan-pelan pergerakannya terhenti. Doyoung memejamkan mata dengan nafasnya yang kembali, meski terlihat berat dan susah.

Haru mengeluarkan ponsel dari sakunya, dengan tatapan kosong. Ketika tersambung, dia menyeringai.

"Batalkan pencarian antibodinya,"

Haru.. hanya terlalu mencinta Kim Doyoung.

[✓] THE DEVIL MAFIA (DE' ILARIO SEASON 1)Место, где живут истории. Откройте их для себя