Darkness

3.4K 501 6
                                    

"Selamat kembali, Tuan Ilario."

Hormat Lucire di abaikan Haru. Pria Ilario itu langsung pergi masuk ke dalam rumah, dan naik ke lantai dua dengan pakaiannya yang berbecak darah korbannya semalam.

Handle pintu di buka, Haru melihat submissive-nya tengah tertidur di atas ranjang dengan mata terpejam damai.

Haru menghampirinya, berdiri di sisi ranjang kemudian tangannya bergerak membuka selimut yang menutupi tubuh Doyoung.

Seketika tangannya terkepal kuat.

"Siapa yang mengkancing piyamanya?" Haru bertanya, menoleh menatap maid yang merundukan kepala. "Sialan, kalian ingin mati?"

Salah satu maid perempuan muda menelan ludahnya, lalu menjawab, "Tuan Lucire yang mengkancingi ya semalam." Jawabnya dengan kepala merunduk dalam.

Haru berdecak kesal, dia pergi melewati tubuh jejeran maid itu, dan menemui Lucire yang sibuk mengurus kepulangan Haru. Lebih tepatnya, mengurus pemenggalan kepala korban Haru semalam.

"Sebelum kalian buang, organ dalamnya di keluarkan lebih dulu. Hapus semua peluru di dalam tubuhnya, pastikan juga organnya tidak hancur karna pelurunya."

"Baik Tuan."

Lucire hendak berbalik badan, tapi Haru lebih dulu mencekik lehernya dari belakang, dengan kuat sampai Lucire langsung kehabisan oksigen.

"Saya tidak menyuruh kamu menyentuh milik saya." Desis Haru tajam. Memencet sisi leher Lucire dengan jarinya, sehingga terasa semakin sesak bagi Lucire.

"M-maafkan s-sa-saya."

Haru semakin kuat mencekik leher Lucire. Hingga dia melepaskannya secara kasar.

"Sekali lagi kau menyentuh atau melihat tubuh cantik milikku, aku tidak segan menghukum-mu, slave."

Lucire membungkuk hormat, sambil memegangi lehernya.

"Saya bersumpah akan memakan kulit jari saya sendiri jika saya menyentuh atau melihat tubuh submissive anda." Ucap Lucire membuat Haru pergi, kembali ke lantai atas.

Ketika di atas, Haru melihat Doyoung sudah duduk, sedang di berikan obat penenang karna laki-laki manis itu tengah berteriak ketakutan.

"Hiks.. aku gak mau! Aku gak mau, jangan.. Jangan!"

"Tuan Kim, anda minum ini dulu."

"Aku gak mau! Pergi!"

Haru melipat dua tangannya di dada, memperhatikan Doyoung yang terus berteriak ketakutan dengan pandangannya yang sayu dan trauma.

Kaki Haru mendekati ranjang. Dia menarik rambut maid perempuan yang hendak menyentuh submissive-nya. "Jangan lancang, ingat kau hanya budak, tidak pantas menyentuh submissive Tuan-mu."

"Am-ampun, Tuan." Ringis maid itu lalu menjerit sakit ketika Tuannya semakin kuat mencengkeram kepalanya. Rambutnya tercabut banyak, dengan kulitnya yang ikut tertarik. "Ampun Tuan!! Ampun!" Histerisnya lagi saat Tuannya menggerek bekas luka kulitnya di kepala.

Haru tetap datar. Tangannya terus melakukannya tanpa ampun dan rasa kasihan.

"Sekarang cepat siapkan air panas sampai 25⁰ Celcius."

Dua maid itu mengangguk patuh, lalu pergi terburu-buru. Sedangkan maid yang di tangan Haru, menangis tanpa suara, memirkikan nasibnya beberapa detik lagi.

"Sudah siap Tuan." Kata maid itu membungkuk hormat.

Haru tanpa belas kasih menarik kepala maid itu agar mengikutinya. Doyoung yang menatapnya dengan pandangan kosong juga mata sembab-nya langsung turun dari kasur, dan berlari mengikuti Haru.

Di kamar mandi milik Doyoung, sudah terdapat bak yang berisi air panas. Haru menggeret maid itu dengan menarik kepalanya, hingga ketika di depan bak, Haru langsung mencelupkan kepala maid itu, kemudian menahannya dengan kakinya.

"Manusia yang tidak tau diri pantas mati. Setidaknya, aku mengajarkan kalian untuk tahu diri, dan tidak berbuat sesuka hati dengan orang yang lebih berkuasa, makhluk-makhluk lemah."

Doyoung hanya menatap terpaku diam melihat perempuan maid itu yang sudah berhenti bergerak. Meski dia diam saja, tangannya sudah terkepal kuat, dengan matanya yang hampir menitikan air mata.

"Kenapa kau berfikir jika manusia makhluk lemah?"

Haru menolehkan kepalanya ke belakang, melihat Doyoung yang berdiri dengan tatapannya yang terlihat tajam namun tersirat sakit.

"Meskipun manusia terlihat lemah di mata iblis, setidaknya di mata Tuhan, kami makhluk yang lebih tinggi dari Iblis." Sambung Doyoung mencengkeram kuat sisi piyamanya.

Tatapan Haru semula datar, tapi semakin detik berjalan, mata hitam kelam pria itu semakin dalam, menjerumuskan siapapun yang menatapnya.

"Sudah ku bilang, manusia adalah makhluk rapuh yang melakukan sesuatu terbatas. Berbeda dengan Iblis yang bisa melakukan apapun tanpa ada batasannya." Haru membalas. Dia pergi, menghampiri Doyoung yang tetap diam di tempatnya.

Tangan Haru dengan cepat menjerat dagu lelaki manis di depannya.

"Kalian makhluk lemah karna adanya perasaan. Kalian tidak bisa melakukan apapun pada orang yang kalian cinta. Berbeda dengan iblis yang tidak memiliki perasaan dan mampu melukai siapapun, bahkan Tuan mereka sendiri."

Doyoung memejamkan mata saat jeratan Haru di dagunya semakin kencang. Rasanya tulang di dagunya akan remuk sebentar lagi.

Haru melepaskannya. Dia menepuk pelan pipi Doyoung yang tengah menangis pelan.

"Bersikaplah baik, Kim Doyoung. Meskipun aku mencintaimu, aku tidak akan segan menghabisimu dengan cara yang paling menyakitkan dalam hidupmu yang menyedihkan."

Haru menarik Doyoung ke dalam pelukannya. Mengelus rambut lelaki manis itu.

"Kau ingat? Iblis tidak hanya menyakiti fisik, tapi juga jiwa." Haru terkekeh, terdengar menakutkan. "Sebelum mati dengan penyiksaan bagai hidup tanpa bernafas, Iblis juga menghancurkan jiwa bagai hidup dalam kekosongan."

Lalu Haru melepaskan pelukannya. Dia menatap wajah Doyoung yang pucat dengan mata sembab. Tampak kekosongan di matanya, seolah terkurung jiwanya dalam kegelapan yang berdelusi.

Senyum Haru terukir lebar. Dia mengusap-usap poni Doyoung yang basah.

"Bermain-main dengan Iblis sama saja seperti," pria itu menggantung ucapannya. Tangannya mengangkat dagu Doyoung, hingga beling hitam penuh kegelapan, dan mata cokelat penuh ketakutan beradu dalam.

"Selangkah kamu bergerak, maka jurang yang kamu dapat. Tapi jika kamu bergerak mundur, pisau tajam yang menikam tengkukmu. Kau paham, Kim Doyoung?"

[✓] THE DEVIL MAFIA (DE' ILARIO SEASON 1)Where stories live. Discover now