Reply

2.4K 420 22
                                    

Haru menidurkan diri di sebelah submissive-nya. Sejenak mata pria itu melirik Doyoung, sebelum akhirnya memejamkan mata dengan tubuh menghadap langit kamar.

Bersamaan dengan itu, Doyoung terbangun langsung ke posisi duduk dengan nafasnya yang memburu. Lelaki Kim itu tampak ketakutan dengan tangan yang bergetar, mencengkeram seprai.

Haru kembali membuka mata. Awalnya Haru hanya menatap datar submissive-nya sebelum akhirnya ikut duduk, menolehkan kepalanya ke arah Doyoung.

"Ada apa?" Tanya Haru dengan tangannya yang mengelus rambut Doyoung.

"Aku.. mimpi buruk.." adu Doyoung dengan suara getar. Kepalanya merunduk, menangis mengingat mimpinya yang samar hitam putih.

Haru membuang nafas. Dia membawa bahu Doyoung ke dalam pelukannya. Tangan besarnya mengusap helaian basah di kening submissive-nya. "Katakan, apa yang kau mimpikan?"

Doyoung menggeleng, menangis sesegukan. "Aku.. tidak mau mengingatnya.." cicit lelaki itu membuat Haru mendecak.

"Kalau gitu lupakan, bodoh." Kesal Haru mengusap air mata Doyoung sedikit kasar. "Berhenti menangis, aku tidak suka kau menangisi sesuatu selain aku yang membuatmu menangis. Diam, dan lupakan. Just cry for your confined life."

Doyoung semakin menangis sesegukan.

"Tidurlah," ujar Haru mengusap rambut Doyoung sampai lelaki itu memejamkan mata meski masih sesegukan.

"Ak-aku tidak bisa tidur lagi.."

"Ck!" Haru jengkel. "Kalau gitu kenapa tidur tadi? Kau―akh!" Pria Ilario itu mendecak sangat frustasi. "Bisa tidak jangan menyusahkan? Selalu saja membuat-ku susah." Dumel Haru mengeluarkan unek-uneknya. Dia turun dari kasur, lalu menatap datar namun sinis ke arah Doyoung. "Cepat turun."

Lelaki Kim itu menggeleng. "Tidak usah. Kau tidur saja."

"Cepat Kim Doyoung!"

Langsung saja Doyoung turun dari kasur. Mengikuti Haru dari belakang layaknya anak ayam dengan induknya. Mereka keluar dari kamar, turun dari tangga, pergi ke ruang makan.

"Seharian kau belum makan. Sehabis makan, cepat tidur."

Doyoung mengangguk. Dia duduk di kursinya, dengan Haru yang mengambil kaleng kemasan dongwoon tuna jjajang, juga memasak mie jjajangmyun. Mungkin memasak ini yang paling mudah dan cepat di konsumsi.

"Bagaimana bisa kau tidur sampai seharian?" Haru bertanya, sibuk memasukan air di panci.

"Karena bosan."

"Alasan jelek." Komentar Haru mendengus. "Crana ada, anjing ada. Kau mau aku berikan apa lagi?"

Doyoung tidak membalas. Wajahnya langsung kembali murung.

"Apa aku bisa meminta kembali ke rumah?"

"Ini rumahmu, bodoh." Kesal Haru menoleh ke arah Doyoung dengan tatapan tajamnya. "Kau tidak punya rumah selain disini. Ingatlah, kau ini submissive-ku, itu artinya rumah ini, adalah rumahmu, bukan lagi penjara seperti pertama kali kau disini." Oceh Haru kembali sibuk.

Doyoung tidak menanggapi. Dia terus murung dengan jari-jarinya yang saling bergesekan dengan pandangan kosong karena jiwanya sedang sibuk membongkar masa lalunya.

"Kim Doyoung."

Lelaki Kim itu tidak merespon panggil Haru saking bengong dengan pikirannya.

"Ayah.. hiks.. ayah.. bangun.."

"Ayah.. kenapa pergi? Doyoung sendirian.."

"Semoga malam ini, ayah bisa datang ke mimpi Doyoung. Doyoung kangen ayah.. Doyoung pengen ngadu sesuatu sama ayah..,"

"Hiks.. ayah sakit.. Doyoung butuh Ayah.."

BRAK!

"Kim Doyoung!" Teriak Haru setelah menggebrak meja. Doyoung terkejut, berkedip beberapa kali sebelum akhirnya menatap Haru yang mengerutkan kening kesal. "Berapa kali ku panggil?!"

Doyoung menggeleng, "Tidak tau.." lelaki Kim itu dengan polos menjawab. Kepalanya merunduk. "Maaf, aku bengong tadi.."

Haru menggerling malas. Dia menaruh piring di meja, "Makan cepat."

Doyoung mengangguk. Ketika dia makan, Haru pergi ke sofa dekat ruang makan. Merebahkan punggungnya dengan mata di pejamkan. Sepertinya, Pria Ilario itu lelah sekali.

Seusai makan malam sendirian, Doyoung pergi ke sofa. Tangan kecilnya terulur, menepuk pelan pipi Haru.

"Bangun. Ayo pindah ke kamar."

Pria Ilario itu membuka matanya yang memerah, mengantuk. Haru bangun dari sofa, langsung menggendong submissive-nya ala bridal, menaiki anak tangga sampai ke kamar.

Doyoung ia bawa ke kamar mandi, membuat lelaki manis itu mengernyit.

"Kenapa ke kamar mandi?"

"Mulutmu bau."

Doyoung menggerut bibirnya kesal. Haru menurunkan tubuhnya di lantai kamar mandi. "Cepat gosok gigi,"

Doyoung mengangguk. Pria Ilario itu kemudian langsung keluar dari kamar mandi meninggalkan Doyoung yang langsung menyikat giginya di depan cermin.

Ketika Doyoung keluar dari kamar mandi, Haru langsung menarik tangannya ke sisi ranjang. Pria Ilario itu membuka baju yang di pakai submissive-nya sejak pagi. Mengganti pakaian Doyoung dengan stelan piyama yang nyaman.

Lelaki Kim itu hanya diam.

Haru berdiri. Dia kembali menggendong Doyoung pergi ke sisi lain ranjang. Menidurkan Doyoung disana. Sebelum Haru menegakan punggungnya, pria Ilario itu lebih dulu mencium bibir submissive-nya lembut.

Haru melepaskan ciumannya dan pergi ke sisi ranjang tempat tidurnya. Dia merebahkan punggungnya sebelum memejamkan mata, hendak tidur.

Tapi yang terjadi, dia justru tidak tertidur sama sekali, membuat pria Ilario itu mendesis kesal.

Matanya kembali terbuka. Dia menoleh, menatap Doyoung yang masih membuka matanya.

"Kenapa belum tidur?"

"Takut.."

Haru menatap jengah Doyoung sebelum akhirnya menarik lengan lelaki manis itu agar mendekat ke arahnya. Hingga kini, kepala Doyoung sudah berada di atas lengannya, tepatnya tengkuk lelaki itu yang berpangku di lengan Haru.

Tangan besar Haru yang lain, mengelusi rambut Doyoung sampai lelaki itu memejamkan mata.

"Tidurlah."

Kepala Doyoung mengangguk pelan, masih memejamkan mata, merasakan elusan lembut Haru.

"Terima kasih."

"Untuk?"

"Untuk malam ini."

"Hanya malam ini? Aku sudah melakukan banyak hal untukmu."

Doyoung terkekeh dengan matanya yang terpejam. "Aku lupa kau iblis. Hanya kata terima kasih tentu belum cukup untukmu."

"Benar, aku butuh yang lebih besar dari sekedar ucapan terima kasih."

Mata lelaki Kim itu terbuka. Menatap Haru dari bawah. "Apa?"

Haru terkekeh, dia mendekatkan bibirnya, mencium lembut mata kanan Doyoung membuat lelaki itu kembali memejamkan kedua matanya.

"Cukup bertahan sampai akhir bersamaku, dan berjanji tidak akan menghianati-ku."

[✓] THE DEVIL MAFIA (DE' ILARIO SEASON 1)Where stories live. Discover now