Forget

2.3K 390 33
                                    

Doyoung membuka matanya, sedikit mengernyitkan keningnya hingga pandangan buramnya kembali normal. Lelaki Kim itu melihat ke sekeliling dengan matanya yang menyipit.

Sampai tangan Doyoung tidak sengaja memegang tangan besar Haru di atas perutnya. Lelaki manis itu menoleh ke arah kiri, melihat Haru tertidur di sebelahnya.

Tangan kecil Doyoung bergerak, menyentuh pipi Haru, menepuknya pelan. "Bangun, angkat tanganmu, aku―"

Haru menarik Doyoung lebih dalam ke pelukannya dengan mata terpejam. Doyoung menghembuskan nafas, dan memilih diam dengan matanya yang terbuka.

"Bagaimana bisa aku disini?"

"Hm? Kau tidak ingat kemarin?" Haru bertanya, matanya tetap terpejam.

"Tidak, memang kemarin kenapa?" Tanya Doyoung menolehkan kepala ke arah Haru.

Haru melirik Doyoung kemudian kembali memejamkan mata. "Kemarin malam, kita berciuman di atas kasur, di tembok, di balkon―"

"Sudah, kau berbohong." Sungut Doyoung menggerut bibirnya kesal.

Haru membuka matanya, menatap Doyoung sayu dengan bibirnya yang tersenyum sinis. "Buat apa bertanya kalau ingat? Bodoh." Tangan Haru mencubit pipi Doyoung, membuat lelaki manis itu merengek sakit.

"Lembut sedikit, sakit tau." Kesal Doyoung dengan kening mengernyit.

Haru terkekeh, dia mendekatkan bibirnya di telinga Doyoung. "Aku.. iblis." Setelahnya, Haru duduk di kasur dengan sedikit peregangan. Dia menolehkan kepala ke arah Doyoung yang masih tiduran di kasur. "Bangun, mandi sana. Kau bau."

Doyoung mengangkat tangannya mengkodekan tunggu, sedangkan tangan lain memencet bibirnya yang terasa sakit dan perih.

Haru yang melihat itu menggerling malas, sembari turun dari kasur. "Sudah ku bilang, kemarin kita berciuma―"

"Tidak sakit kok, cuma merasakan." Elak Doyoung bangun dari kasur, menatap Haru sebentar sebelum akhirnya lari ke kamar mandi. Melihat itu Haru berdecak sinis, sembari kembali duduk di sisi ranjang.

FYI, rumah yang saat ini mereka tempati berada di gunung. Bukan sebuah rumah mewah seperti rumahnya, hanya sekedar penginapan minimalis supaya orang-orang dari musuhnya itu tidak mencurigai keberadaan mereka disini.

Sambil menunggu submissive-nya keluar, Haru mengambil iPad di atas nakas dan mengkontek Lucire.

"Buongiorno, mio ​​signore."

"Sekarang bagaimana keadaan di rumah?"

"Sedang dalam 'pembersihan' Tuanku."

"Parah?"

"Iya, kemarin malam anda sendiri yang menyuruh kami membantai mereka."

Senyum Haru terbit kecil, puas dengan hasil. "Kalian memang cocok di jadikan budak-ku,"

"Setia kami Tuanku, sebagai budak anda."

"Baiklah, bagaimana dengan kamera pantau yang sempat kalian taburkan di beberapa sisi tembok?"

"Berhasil di amankan. Sampai saat ini, belum ada yang mengetahui atau mencurigai keberadaan kamera."

"Bene." Setelahnya, Haru mematikan sambungan dan menaruh iPad itu di nakas kembali. Pria Ilario itu menatap submissive-nya yang keluar menggunakan bathrobe hitam, membuat senyumannya semakin lebar.

Kaki jenjang Haru bergerak, menghampiri submissive-nya yang berdiri membelakangi dirinya di depan lemari. Kemudian, tangan besarnya langsung memeluk pinggang Doyoung dengan dagunya yang di taruh di atas bahu Doyoung.

[✓] THE DEVIL MAFIA (DE' ILARIO SEASON 1)Where stories live. Discover now