Similar

2.2K 356 65
                                    

di luar dugaan-ku, ternyata banyak yang dukung cerita ini lanjut dengan plot yang sama(个_个) jadi aku buru-buru buat bab baru biar malam ini bisa update>.<

anyway, thank you everyone, ilysm❤️

***

"Nah, tidur sekarang." Suruh Haru selesai mengkancingi piyama submissive-nya setelah tadi Doyoung selesai mandi. "Cepat tidur, atau aku akan membuatmu malam ini benar-benar tidak perjaka."

Doyoung langsung merangkak ke tengah kasur kemudian memposisikan tidur menghadap atas sambil memejamkan mata serapat mungkin. Haru terkekeh, dia memakai piyamanya tanpa di kancingi kemudian naik ke ranjang dan tidur di sebelah submissive-nya.

"Sial sekali tadi. Lihat saja Lucire, ku hukum dia besok."

"Justru aku berterima kasih.." cicit Doyoung membuat Haru mendengus kasar.

"Apa alasanmu tidak mau bercinta denganku?"

"Tentu saja karena aku masih waras. Dan!" Doyoung buru-buru menambahkan saat Haru menatapnya marah. "Aku juga takut kau main kasar.." suara memelan, dengan gelekan Saliva takut.

Haru menggerling malas. "Tentu aku main kasar. Aku kan―"

"Iya kau iblis, Tuan Ilario." Jengah Doyoung memutar bola mata malas. Dia membalikan tubuhnya ke arah bersebrangan dengan Haru. Satu tangannya menumpu sisi wajahnya, kemudian memejamkan mata.

Tapi tangan Haru melingkar di perutnya membuat Doyoung tersenyum kecil, dengan tangan satunya yang memegang tangan besar Haru.

"Aku mencintaimu."

"Hm aku tau." Balas Doyoung terkekeh kecil mendengarnya dengusan Haru.

"Katakan itu juga padaku." Suruh Haru menaruh dagunya di atas kepala Doyoung.

"Tidak mau."

"Katakan Kim Doyoung."

"Tidak, aku mengantuk."

"Apa susahnya berbicara seperti aku tadi?" Tanya Haru menekuk muka kesal.

Doyoung hanya tersenyum. Matanya pelan-pelan terpejam, meninggalkan Haru tidur. Pria Ilario itu menarik nafas dalam mencoba sabar saat mendengar dengkuran halus submissive-nya.

Haru menatap Doyoung dengan tatapan dalam. Tangannya bergerak naik, berhenti di pipi Doyoung. Membelainya pelan, dengan manik yang perlahan kosong.

"Aku mencintaimu, sangat. Bahkan ketika Aprodithe bersamaku, aku tidak pernah menemukan rasa sakit yang nyata darinya. Kau memang terbaik, submissive-ku."

***
"Ah! Balikan Dobby!!"

"Ambil saja pendek."

"Kak Doyoung!!" Adu Crana berteriak memanggil Doyoung yang duduk di sofa sambil makan. Lelaki manis itu hanya menunjukan senyumannya, sambil memakan cemilannya.

"Maaf ya, aku tidak bantu."

"Ish!" Kesal Crana menatap tajam Haru yang menatap remeh ke arahnya. "Balikin Dobby, atau Om aku buat menyesal?"

"Wah.." Haru menunjukan ekspresi terkejut yang di buat-buat. "Lihat, anak ini benar-benar tidak tau sedang berbicara dengan siapa."

"Aku tau." Balas Crana mendongak angkuh. "Mafia iblis."

Haru terkekeh, dia menatap anak perempuan itu sembari tangan-nya mengelus bulu lebat Dobby. "Orang yang memanggil seseorang iblis, adalah iblis yang sebenarnya." Ucap Haru tersenyum lebar melihat Crana yang semakin menekuk mukanya kesal.

"Seterah. Sekarang balikin Dobby!"

"Ambil pendek."

"Om Haru!!!"

Doyoung terkekeh. Dia menaruh cemilannya di atas nakas, lalu berdiri. Doyoung pergi dari ruang tengah, menuju dapur mini di dekat ruang tengah. Lelaki manis itu membuka kulkas, mengambil botol minum.

Ketika sibuk menggelek air botol dengan kepala sedikit mendongak, Doyoung terkejut sampai batuk saat dua tangan besar memeluk perutnya. Tangannya mengusap mulutnya sendiri, sembari menoleh sedikit ke kanan, melihat Haru yang berdiri di belakangnya.

"Kau mengagetkanku."

"Dasar kagetan."

Doyoung mencibir. Kedua tangan kecilnya melepaskan tangan besar Haru, membuat pria Ilario itu justru semakin memeluknya erat.

"Lepas."

"Diam, kau terus saja bilang lepaskan saat ku peluk." Dengus Haru jengkel. Namun tak lama, senyumnya terukir. "Coba katakan padaku, Ti voglio bene." Bisik Haru membuat Doyoung terkekeh.

"Tidak mau."

"Come mai, hm?"

"Aku tau kok artinya." Balas Doyoung tertawa kecil mendengar dengusan kasar Haru di telinganya.

"Bibirmu susah ya mengatakan itu padaku? Mau ku cium kau sampai tidak bernafas?"

Doyoung terkekeh geli, "Aku sudah terbiasa, tenang saja."

Haru diam. Kata-kata Doyoung membuat pandangannya kosong. Kemudian, pria itu melepaskan pelukannya, membuat Doyoung berbalik badan, menatapnya.

"Kau tidak bisa membiasakan rasa sakit." Ucap Haru dingin, Doyoung yang mendengar itu mengatup bibir, membenarkan. "Kau juga tidak boleh terbiasa dengan rasa sakit, karena aku tidak menyukai itu."

Sejenak Doyoung diam, sampai lelaki manis itu hanya terkekeh hambar dengan tatapan sakit. "Tenang saja, seperti yang kau katakan, manusia tidak akan pernah terbiasa dengan rasa sakit." Senyumnya di ukir tipis, sebelum kakinya melangkah melewati tubuh tegap Haru.

Lucire yang melihat Haru hanya diam, langsung berdekhem menyadarkan pria Ilario itu. "Sudah waktunya ke Corfion."

Haru mengangguk sekali, kemudian pergi bersama Lucire di belakangnya.

***
"Ruangan apa ini?"

Pintu itu dia buka hati-hati, kemudian bergumam kagum karena banyak kain hitam yang menutupi dinding, sofa, dan lukisan. Di atas meja berlapis kain hitam itu di letakan lilin merah yang menyala.

Crana masuk lebih dalam, menutup pintu lebih dulu kemudian kembali melihat-lihat. Tidak ada yang spesial, sekedar barang-barang lama yang tertutup.

"Aku seperti masuk ke dunia lain." Gumam Crana dengan jari kecilnya yang menyentuh kain-kain hitam yang terpajang di dinding sembari berjalan.

klik.

Crana buru-buru sembunyi di balik sofa, sambil mengintip seseorang yang masuk ke dalam. Itu El, dia membawa sebuah nampan dengan kotak merah di atas nampan.

"El.. sedang apa?"

Crana terus memantau El yang perlahan membuka kotak persegi panjang berwarna merah itu kemudian mengeluarkan kalung salip. Kernyitan di dahi Crana menajam ketika melihat bentuk salip yang terbalik.

"Kenapa berbeda dengan milikku?" Batin Crana menyentuh kalung di lehernya, mengeluarkan kalung salip yang sengaja dia sembunyikan. "Apa El katolik? Eh? Perbedaan katolik dengan Kristen apa ya.." ringis Crana berusaha mengingat.

Karena dia tidak ingat, Crana memilih abai dan melihat apa yang El lakukan lagi. Sekarang wanita tua itu justru mengalungkan kalung salip terbalik itu di foto seorang perempuan cantik―bagi Crana.

Tangan El lalu mengambil sebilah pisau kecil di meja. Menggoreskan lengannya sehingga darah menetes di atas foto itu, mengalir membasahi bagian wajah juga Kalungnya.

Seusai El melakukan itu, wanita itu berdiri sambil melepaskan kalungnya, dan kembali memasukan kalung itu di kotak kemudian pergi.

Crana berdiri dari persembunyiannya dan berjalan pelan-pelan sambil memantau ke arah pintu. Ketika di depan foto itu, Crana menutup mulutnya sendiri saat melihat foto yang sama dengan kepala yang ia lihat di bawah air terjun.

klik.

"Ketahuan kau."

[✓] THE DEVIL MAFIA (DE' ILARIO SEASON 1)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant