Bonus part 3 (End)

1.4K 85 17
                                    

Happy Reading:)

Maaf yah kalau ada typo

Kirana mencium dahi Giovan lalu beralih pada kedua pipi anaknya itu

"Hati-hati disana. Kalau udah nyampe kabarin mama"

Giovan mengangguk terlihat senyuman tulus darinya "mama juga baik-baik disini. Jaga kesehatan yah" ingin rasanya Giovan mengajak mamanya ke California tapi ia sadar bahwa sudah saatnya ia mandiri

"Papa Gio berangkat"ucap Giovan beralih memeluk Evan

"Iya nak. Jaga diri baik-baik di negara orang. Kalau ada apa-apa atau butuh sesuatu langsung kabarin papa. Ok"

"Iya pa"

Evan mengelus rambut Giovan. Tak disanga anak sekarang sudah besar dan siap menjalani hidup mandiri di negara orang. Tentu saja ada rasa takut untuk melepasnya seorang diri terlebih kejadian dua tahun yang lalu masih menghantuinya.

"Bang Gio berangkat yah"

"Iya. Ingat jaga diri baik-baik kamu kan udah gede"pesan Galih membawa adiknya itu kedalam pelukan "tapi  walaupun udah gede masih adeknya abang"

"Iya bang" jawab Giovan "Bang Galen Gio pamit yah"

"Iya. Hati-hati ya dek"

"Abang juga jagain kak Oliv dan calon keponakan Gio. Nanti kalau keponakan Gio udah lahir harus Gio yang kasih nama. Ingat tu"

"Iya nanti Gio deh yang kasih nama" Galen memberikan pelukan hangat untuk Giovan "sana pamit sama Bang Gavin sejak tadi udah mau nagis dia" bisik Galen dan melepaskan pelukannya pada Giovan

"Abang"panggil Giovan melangkah mendekati Gavin yang berdiri di belakang Galen.

Gavin tersenyum, senyum yang dipaksakan

"Gio pamit yah"

"Hati-hati"mengatakan itu saja  ternggorokan Gavin terasa tercekat

Grep!

Giovan langsung memeluk erat Gavin "biarin Gio pergi yah. Gio mau mandiri. Gio tau Gio bakalan kangen sama semuanya tapi Gio janji bakalan kuat kok. Gio pasti bakalan sering ngehubungin abang"

Gavin membalas pelukan Giovan. Rasa tak ikhlas untuk melepas adiknya  untuk hidup sendiri. Tentu saja ia takut, takut adiknya kenapa-napa. Selama ia hidup ia tidak pernah berpisah dalam waktu lama dengan Giovan. Hampir seluruh waktu mereka habiskan bersama Tapi kenapa saat ini mereka harus perpisah. Sejak awal ia menentang permintaan Giovan untuk sekolah di luar negri dan kemaren Giovan sempat gagal untuk masuk ke salah satu fakultas Inggris jujur ia sangat senang.
Tapi tampa sepengetahuannya Giovan mencoba mendaftar di stanford dan saat mendengar pernyataan Giovan diterima rasa tak ikhlas itu semakin besar. Lalu apa yang harus ia lakukan sekarang ia tak mungkin menghalangi impian adiknya itu.

"Jaga diri baik-baik disana"pecah sudah tangis Gavin. Memeluk Giovan dengan erat seakan tak ada hari esok lagi untuk memeluk Giovan "kabarin abang apapun yang terjadi disana. Kalau ada orang yang berani jahatin kamu lapor sama abang"

Gavin melepas pelukaanya "Abang izinin kamu pergi tapi ingat kembalilah tampa kurang apa pun. Tetap jadi Gio nya abang. Belajar dengan serius disana"

Giovan mengangguk "Gio akan selalu ingat kata-kata abang"

Gavin tersenyum mengusak rambut Giovan hingga berantakan "Adek abang pasti bisa"

"Makasih. Gio janji bakalan jadi orang yang hebat dan akan berusaha untuk selalu banggain keluarga"

Tak lama panggilan bahwa pesawat yang akan dinaiki Giovan akan segera lepas landas.

Giovan beralih pada Delita yang sejak tadi hanya menatapnya dalam diam " Doain kakak yah. Dan ingat kata-kata kakak. Tungguin kakak. Kakak janji bakalan kembali untuk kamu. Kakak pergi yah"

"Iya kak. Hati-hati disana. Delita janji akan jaga diri dan hati Delita untuk kakak"jawab Delita suara terdengar parau

Cup!

Giovan memberikan kecupan didahi Delita "Kakak berangkat"

Giovan menarik kopernya menatap keluarganya "Gio berangkat" dan ia segera melanjutkan langkahnya. Ia terus melangkah tampa berbalik ataupun meloleh. Air mata yang ia tahan sejak tadi kini sudah tak terbendung lagi. Namun ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk kuat atas jalan yang sudah ia ambil.

Tangis Kirana pecah saat Giovan sudah tak nampak lagi. Dengan sigap Evan memeluk Kirana menenangkan istrinya itu. "Ayo kita pulang" membawa Kirana, dan Delita menuju tempat memarkirkan mobil. Meninggalkan ketiga anaknya yang masih diam disana

"Pulang juga yuk"ajak Galih dan diangguki oleh Galen

"Vin ayok"Galen menarik tangan Gavin. Gavin menunduk diam "Giovan sudah besar sudah bisa memilih jalannya sendiri. Ingat Vin perpisahaan bukan akhir dari segalanya"

Gavin mengangguk. Mereka bertiga pun akhirnya pergi meninggalkan Bandara

Jangan lupa vote sama komennya

Karna cerita ini udah end aku mau nanya pendapat kalian.

Gimana sih cerita ini menurut kalian?

Menghibur gak sih?

Aku bener-bener pengen tau banget pendapat kalian. Siapa tau pendapat kalian bisa jadi pelajaran buat aku untuk nulis cerita-cerita berikutnya

Dan bagi kalian yang mau nanya sesuatu juga silahkan. Nanti aku jawab.

Oh iya satu lagi kalau aku bikin season 2. Setuju gak?"

See you :)

NARENDRA BROTHERS (Revisi)Where stories live. Discover now